Moskow, MINA – Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova mengecam Pasukan Kosovo NATO (KFOR) dan menudingnya sebagai “faktor eskalasi” dalam bentrokan baru-baru ini di Kosovo.
Dalam sebuah pernyataan di situs Kementerian pada Selasa (30/5), Zakharova mengatakan, krisis di kotamadya Zvecan, Zubin Potok dan Leposaviс dapat diselesaikan dengan menemukan kompromi, tetapi “ternyata terlalu sulit bagi misi KFOR.”
“Mereka (KFOR) tidak hanya menunjukkan kurangnya profesionalisme, tetapi juga menjadi sumber kekerasan yang tidak perlu dan faktor eskalasi,” tegasnya, Anadolu Agency melaporkan.
Zakharova mengatakan, Barat menunjukkan “sikap selektif terhadap ketentuan Resolusi Dewan Keamanan PBB 1244,” yang hanya kehadiran militer di provinsi itu yang “dianggap serius”.
Baca Juga: Gunung Berapi Kanlaon di Filipina Meletus, 45.000 Warga Mengungsi
Dia mendesak untuk “membalikkan pemilihan kota palsu yang diadakan pada tanggal 23 April” dan berhenti memprovokasi Serbia, yang “dipaksa untuk menempatkan pasukannya dalam kesiapan tempur penuh dan mengirimkannya ke jalur administratif dengan Kosovo.”
Juru bicara itu mengatakan bahwa jika AS dan Uni Eropa ingin menemukan pihak yang “bersalah”, mereka harus “bercermin”.
“Langkah-langkah tegas diperlukan untuk meredakan ketegangan, alih-alih setengah-setengah seperti gagasan Amerika untuk memindahkan sementara walikota yang baru diangkat dari gedung kota dan ‘memukimkan kembali’ mereka di fasilitas lain,” katanya.
Zakharova menyebut sebagai “tugas nomor satu” pembentukan Komunitas Kota Serbia di provinsi tersebut dalam bentuk aslinya, seperti yang dibayangkan dalam perjanjian antara Beograd dan Pristina di bawah jaminan Brussel 10 tahun lalu.
Baca Juga: Pengadilan Belanda Tolak Gugatan Penghentian Ekspor Senjata ke Israel
“Ini adalah syarat utama untuk dialog, yang merupakan satu-satunya kesempatan untuk memastikan stabilitas dan keamanan di kawasan,” katanya.
Ketegangan mencengkeram Kosovo, dengan pengunjuk rasa dan pasukan keamanan bentrok di kota-kota utara yang didominasi warga Serbia atas pemilihan walikota etnis Albania.
Albania adalah kelompok etnis terbesar di Kosovo, diikuti oleh Serbia, terutama di utara dekat perbatasan dengan Serbia.
Sebelas tentara Italia dan 19 Hongaria dengan KFOR menderita banyak luka, termasuk patah tulang dan luka bakar, dari alat pembakar bahan peledak improvisasi.
Baca Juga: Macron Resmi Tunjuk Francois Bayrou sebagai PM Prancis
Sementara itu, lebih dari 53 warga sipil terluka akibat bom kejut dan gas air mata, menurut sumber rumah sakit. (T/RI-1/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Jerman Batalkan Acara Peringatan 60 Tahun Hubungan Diplomatik dengan Israel