Jakarta, 9 Jumadil Akhir 1438/ 8 Maret 2017 (MINA) – Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia (Kemristekdikti) Intan Ahmad mengatakan, kualitas lulusan perguruan tinggi masih belum merata untuk memenuhi standar tenaga kerja yang dibutuhkan dunia usaha dan industri.
“Kapasitas perguruan tinggi untuk menyediakan tenaga kerja yang dibutuhkan oleh dunia usaha dan industri yang bisa diukur secara kualitatif dan kualitatif,” katanya dalam acara Kopi Darat ke-31 dengan tema “Sudahkah Pendidikan Tinggi Menyesuaikan Diri dengan Rencana Pembangunan Ekonomi Nasional” di gedung Kemendikbud, Jakarta, Rabu (8/3), demikian siaran pers yang diterima Mi’raj islamic News Agency (MINA).
Menurutnya secara kuantitatif, kapasitas perguruan tinggi dalam menyediakan tenaga kerja ke dunia industri tidak terlampau tertinggal. Tetapi, kualitas lulusannya masih dianggap kurang memenuhi standar dan kebutuhan pengguna jasa, terutama dalam hal keterampilan teknis, kemampuan berbahasa Inggris, dan soft skills seperti kemampuan bekerjasama dalam kelompok, kemampuan berpikir kritis dan berinovasi.
Disparitas kualitas lulusan perguruan tinggi tidak hanya dirasakan antar daerah, tetapi juga antar universitas.”Lulusan yang memiliki kualifikasi yang sama, dalam hal ini mempelajari bidang ilmu yang sama, belum tentu memiliki pengetahuan dan keterampilan yang sama,” ujarnya.
Baca Juga: Wamenag Sampaikan Komitmen Tingkatkan Kesejahteraan Guru dan Perbaiki Infrastruktur Pendidikan
Ia memaparkan, untuk itu setiap lulusan perguruan tinggi harus bisa bersaing, terlebih sudah memasuki era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Menurut dia, selain ada upaya dari pemerintah, orangtua juga harus mendorong anaknya supaya lulus dengan hasil yang baik.
“Kontribusi para lulusan dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia bisa dilihat dengan produktivitasnya, apakah setelah lulusan bekerja dengan baik atau tidak. Artinya lulus dengan kualifikasi tinggi sehingga tidak menjadi pengangguran,” sebutnya.
Salah satu jalur lain untuk mengembangkan relevansi perguruan tinggi dengan dunia kerja adalah dengan menggunakan Sistem Informasi Tenaga Kerja (SITK). Berdasarkan pengalaman dan praktik di lapangan kerja.
Acara ini menghadirkan tiga pembicara yakni, Intan Ahmad Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia (Kemristekdikti), Amich Alhumami Direktur Pendidikan Tinggi, IPTEK dan Kebudayaan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) Republik Indonesia, Abdul Malik, Penasihat Pengembangan Keterampilan, Pendidikan Tinggi dan Tata Kelola Pendidikan ACDP Indonesia.(L/R10/P1)
Baca Juga: Hari Guru, Kemenag Upayakan Sertifikasi Guru Tuntas dalam Dua Tahun
Miraj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Program 100 Hari Kerja, Menteri Abdul Mu’ti Prioritaskan Kenaikan Gaji, Kesejahteraan Guru