Teheran, MINA – Ketegangan antara Iran dan Prancis memuncak karena publikasi karikatur pemimpin tertinggi Iran, Ayatullah Khameini pada majalah satir Charlie Hebdo.
Majalah satir Prancis Charlie Hebdo menerbitkan serangkaian karikatur yang menggambarkan Ayatollah Ali Khamenei dalam edisi khusus pekan lalu, yang oleh otoritas Iran dianggap “menghina” tokoh politik dan agama terkemuka.
Dikutip dari Anadolu pada Kamis (12/1), banyak pejabat Iran, termasuk Presiden, Menteri Luar Negeri, komandan tinggi militer dan anggota parlemen senior, telah mengeluarkan pernyataan yang mengkritik majalah tersebut dan pemerintah Prancis.
Ada juga serangkaian demonstrasi di depan Kedutaan Besar Prancis di Teheran dalam beberapa hari terakhir di tengah meningkatnya seruan untuk meninjau kembali hubungan diplomatik dengan Prancis.
Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan
Dalam reaksi paling pedas terhadap publikasi kartun tersebut, yang merupakan bagian dari kompetisi yang diumumkan oleh majalah itu bulan lalu, Kepala Korps Pengawal Revolusi Islam Iran (IRGC) pada hari Selasa (10/1) mengatakan, umat Islam “cepat atau lambat” akan membalas dendam terhadap Charlie Hebdo.
Mayor Jenderal Hossein Salami, berbicara di sebuah acara di kota Zahedan, Iran tenggara, meminta pemilik majalah Charlie Hebdo untuk “melihat nasib Salman Rushdie”.
Rushdie diserang dalam sebuah acara di New York pada 12 Agustus tahun lalu, hampir 33 tahun setelah Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Khomeini mengeluarkan fatwa (keputusan) terhadapnya untuk novel kontroversialnya “The Satanic Verses” yang diterbitkan pada tahun 1988.
Komandan IRGC mengatakan, majalah satir Prancis, yang sebelumnya terlibat dalam kontroversi atas penerbitan kartun Nabi Muhammad Islam, membuat “kesalahan besar” dengan menerbitkan karikatur Khamenei dan akan melihat balas dendam.
Baca Juga: Militer Israel Akui Kekurangan Tentara dan Kewalahan Hadapi Gaza
“Jangan bermain-main dengan (sentimen) Muslim,” kata Salami. “Salman Rushdie menghina Al-Quran dan Nabi Suci Islam 30 tahun lalu dan bersembunyi.”
“Setelah beberapa tahun, seorang pemuda Muslim dengan berani membalas dendam pada Salman Rushdie dan tidak ada yang bisa menyelamatkannya,” tambahnya.
Jenderal IRGC, bagaimanapun, tidak menjelaskan sifat “balas dendam” terhadap majalah Prancis tersebut. (T/RI-1/P2)
Baca Juga: Netanyahu Akan Tetap Serang Lebanon Meski Ada Gencatan Senjata
Mi’raj News Agency (MINA)