Ketua Komisi VIII DPR Kecam Film KAAL

Jakarta, 9 Syawwal 1438/3 Juli 2017 (MINA) –  Ketua Komisi VIII DPR RI Parasong dengan tegas menyatakan, video “Kau adalah Aku yang Lain ()” sebagai bagian dari cara membangun opini yang tidak bagus terkait toleransi .

“Film itu saya sudah tonton dua kali. Polisi tidak cukup bisa memberi pemahaman bahwa umat Islam dalam konteks sosial sangat toleran. Dalam ajaran Islam seperti dalam film itu,” ujar Ali Taher, dalam keterangan pers DPR RI yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Senin (3/7).

Film pendek yang menjadi pemenang dalam festival yang digagas oleh Mabes Polri ‘Police Movie Festival IV 2017’ itu diunggah ke Youtube dan dibagikan melalui akun Facebook dan Twitter Divisi Humas Polri sejak Sabtu (24/6) lalu.

Meski Anto Galon selaku Sutradara film tersebut sudah meminta maaf, dan pihak Polri juga sudah menghapus video tersebut, namun gelombang protes masih terus mengalir. Mulai dari anggota DPR, dai, tokoh dan pimpinan ormas Islam, bahkan pakar hukum pidana pun turut menyesalkan film yang dinilai menodai ajaran Islam itu.

Ali Taher mengingatkan kepada institusi polisi, agar jangan sampai aparat kepolisian menjadi sumber konflik dan fitnah baru bagi umat Islam yang selama ini sudah sangat akomodatif terhadap berbagai persoalan di dalam negeri.

“Kita ingin agar polisi berhati-hati menggunakan simbol-simbol keagamaan di dalam menyampaikan pesan-pesan sosial apalagi pada kondisi saat ini. Islam tak seperti yang digambarkan dalam film itu, karena Islam dibangun di atas landasan rahmatan lil ‘aalamiin,” ujar politisi PAN tersebut.

Menurutnya, film yang digagas oleh Mabes Polri itu dibuat dengan kesombongan dan arogansi kekuasaan yang ada saat ini.

“Video itu jelas-jelas menunjukkan arogansi kekuasaan. Itu tidak baik bagi sebuah akomodasi sosial terhadap umat Islam. Saya usul polisi segera melakukan permintaan maaf kepada umat Islam, dan juga jangan sampai terulang kembali,” tegasnya.

“Saya mau tanya kenapa dalam film itu harus umat Islam dan Kristen? Ada enam agama di Indonesia yang hidup damai. Film itu ingin menggambarkan seolah-olah bahwa ajaran Islam tidak toleran pada persoalan sosial,” pungkasnya. (T/R05/P1)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

 

 

Wartawan: Fauziah Al Hakim

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.