Ketua PP Muhammadiyah: Waspadai Pemikiran Sekularisasi

Jakarta, MINA – Goodwill Zubir mengingatkan, umat muslim Indonesia sedang terancam perpecahan oleh serangan-serangan , westernisasi, liberalisasi dan nativisasi yang harusnya mulai disadari, diwaspadai dan dihindari.

“Setidaknya ada beberapa pemikirian yang dapat merusak persatuan umat Islam di Indonesia seperti sekularisasi, sekularisasi, westernisasi, liberalisasi dan nativisasi,” jelas Goodwill Zubir saat memberikan tausiahnya di salah satu masjid di Jakarta Pusat, Selasa (25/9).

Sekularisasi berusaha memisahkan urusan dunia dari agama. Agama hanya digunakan untuk mengatur hubungan pribadi dengan Tuhan, sedangkan hubungan sesama manusia diatur berdasarkan kesepakatan sosial.

Dalam perjalanannya, pemikirian ini terus menular dan mulai memasuki dunia Islam pada awal abad ke-20. Turki merupakan negara pertama yang mengamalkan paham ini di bawah kempimpinan Kamal Artartuk.

Dia mengganti agama Negara dengan sekularisme, menghapus syariah Islam, tidak ada lagi jabatan kekhalifahan, mengganti hukum-hukum Islam, menutup beberapa masjid dan madrasah, mengubah azan ke dalam bahasa Turki dan melarang pendidikan agama di sekolah umum.

Sungguh tak mungkin Islam dapat berdampingan dengan sekularisme. Sekularisme menciptakan kerusakan serta menyuburkan kemaksiatan dan pelanggaran terhadap aturan Allah SWT. Namun sebaliknya, Islam menebarkan rahmat bagi semesta alam.

Sedangakan, pemikiranwesternisasi adalah sebuah arus besar yang mempunyai jangkauan politik sosial, kultural, dan teknologi. Arus ini bertujuan mewarnai kehidupan bangsa-bangsa, terutama kaum muslimin dengan gaya Barat.

Dengan cara menggusur kepribadian Muslim yang merdeka dan karakteristiknya yang unik, kemudian kaum muslimin dijadikan tawanan budaya yang meniru secara total peradaban Barat, seperti cara berpakaian dan gaya hidup mereka.

Sekarang kebudayaan bangsa Indonesia sudah meniru kebarat-baratan. Apalagi ditunjang dengan tampilnya acara-acara TV yang terlalu berkiblat pada peradaban Barat. Kini jati diri kepribadian Muslim hanya tampak pada sebagian kecil umat.

Belum lagi pemikiran-pemikiran yang lainya seperti nativisasi yang merupakan usaha-usaha menativkan Islam untuk disesuaikan dengan konteks budaya lokal dan pemikiran liberalisasi yang mendahulukan akal dari pada Al-Quran dan Sunnah. (L/Sj/RI-1)

Mi’raj News Agency (MINA)