Oleh : Wahyudi KS, Amir Majelis Dakwah Pusat (MDP) Jama’ah Muslimin (Hizbullah)
إنَّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَ نَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَـغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَ مِنْ سَـيّـَئاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ الله فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدَا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ هُدَاةِ الْاُ مَّةِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. أَعُوْذُ بِالله مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ: يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا.
Baca Juga: Selamat dari Longsor Maut, Subur Kehilangan Keluarga
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا. أمـّا بعد
فَـإِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَـابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّ الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَرَّالْأُمُوْرِ مُحْدَثاَتُهَا.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar
Ma’asyiral muslimin Rahimakumullah
Baca Juga: Terakreditas A, MER-C Training Center Komitmen Gelar Pelatihan Berkualitas
Ramadhan 1442 H. telah berlalu, hari ini 1 Syawwal 1442 H. Gemuruh takbir, tahlil dan tahmid berkumandang dimana-mana, di seluruh jagad raya alam semesta, bersatu padu dalam irama membesarkan Allah, memuji dan mensucikan-Nya, semua itu adalah, sebagai ungkapan rasa syukur atas nikmat-Nya yang telah Allah anugerahkan. Alhamdulillah, kita telah berhasil mengikuti rangkaian ibadah di bulan Ramadhan sebagai jaminan untuk mendapatkan ampunan, keridhoan dan pahala dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Ramadhan yang penuh berkah dan sarat pahala telah meninggalkan kita, dan boleh jadi itu Ramadhan yang terakhir untuk kita. Selama sebulan penuh kita dididik dan dilatih untuk menumbuhkan ikhlash dan ihsan.
Dengan Ramadhan, Allah memuliakan diantara hamba-hamba-Nya yang bertaqwa kepada-Nya. Maka berbahagialah orang-orang yang diterima amal Ramadhannya dan merugilah mereka yang masih bergelimang dengan noda dan dosa. Rasulullah bersabda;
جَاءَنِيَ جِبْرِيْلُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: شَقِيَ عَبْدٌ أَدْرَكَ رَمَضَانَ فَانْسَلَخَ مِنْهُ وَلَمْ يُغْفَرُ لَهُ. فَقُلْتُ: آمِيْن. (صحيح لغيره) ” —-البخاري.
Baca Juga: Tiba di Inggris, Presiden Prabowo Hadiri Undangan Raja Charles III
“Jibril datang kepadaku dan berkata; Celaka seorang hamba yang menjumpai Ramadhan kemudian keluar darinya sebelum ia diampuni. Maka aku berkata Aamiin. …” (HR. Al Bukhari dalam Shahih Al Adabul Mufrad, Juz 1. Hal. 245, no. 644)
Celakanya seseorang di bulan Ramadhan, karena ia tidak mensyukuri momentum emas tersebut, padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan kesempatan untuk meraih pahala yang luar biasa. Antara lain dengan menyempurnakan shaum lahir dan batin, tadarus Al-Quran, sedekah, shalat tarawih yang berkualitas, I’tikaf dan zakat fithrah serta amal shalih lainnya.
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ وَالْجَهْلَ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ. (صحيح البخارى – 6057 ح 20 / ص 192 ج).
“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan kotor, dan tidak meninggalkan kebodohan (dengan mencari ilmu), maka Allah tidaklah membutuhkan padanya, dalam ia meninggalkan lapar dan dahaganya.” (HR. Al-Bukhari)
Baca Juga: Syubban Jambi Kibarkan Bendera Palestina di Puncak Gunung Dempo
رُبَّ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلاَّ الْجُوعُ وَرُبَّ قَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ قِيَامِهِ إِلاَّ السَّهَرُ.
“Banyak yang berpuasa, tidak ada baginya pahala dari puasanya selain lapar, dan banyak yang qiyamur Ramadhan (tarawih), tidak ada baginya pahala dari tarawihnya, kecuali kelelahan.”(HR. Ibnu Majah, juz 5, hal. 283, no, 1760)
Oleh karena itu, bagi mereka yang merasa tidak sungguh-sungguh beramal shalih di bulan Ramadhan, hendaklah bertaubat dan segera memperbaiki amalnya di bulan Syawwal ini dan bulan-bulan lainnya. Bagi mereka yang sudah mengoptimalkan amal shaleh di bulan Ramadlan, maka bersyukurlah dan peliharalah serta tingkatkan terus di bulan Syawal dan bulan-bulan lainnya.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar
Baca Juga: Ulama Palestina: Ujian Pertama untuk Bebaskan Al-Aqsa adalah Shubuh Berjamaah
Ayyuhal ikhwah hafizhakumullah
Ungkapan tahmid, Alhamdulillah yang kita lantunkan, adalah wujud dari sikap tawadhu kepada Allah yang Maha Terpuji. Karena hanya Allah-lah yang paling pantas mendapat pujian dan sanjungan.
Gema takbir, Allahu Akbar yang kita kumandangkan penuh kekhusyuan, adalah bukti ketidakberdayaan, kehinaan dan kecilnya kita di mata Allah. Hanya Allah yang Maha Besar, Maha Perkasa dan Maha Bijaksana. Karena itu dengan puasa kita mengikis sifat-sifat arogan, emosional destruktif dan mengendalikan diri sehingga mematangkan nafsu muthmainnah. (QS. Al-Fajr: 27-30)
Kalimat tahlil, laa ilaaha illallah, adalah mengokohkan tauhid rububiyah dan tauhid uluhiyah, bahwasanya tiada yang patut disembah selain Allah . Tiada yang patut dimintai pertolongannya selain Allah. Maka dengan kalimah ini, motivasi pemikiran, pandangan dan seluruh aktivitas kita hanya karena Allah dan hanya dipersembahkan kepada Allah semata.
Baca Juga: UAR Korwil NTT Ikuti Pelatihan Water Rescue
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.
Ayuhal ikhwah a’azzakumullah
Hamba-hamba Allah yang senantiasa mengharap kemuliaan dari Allah
Pandemi Covid-19 telah melanda dunia, lebih dari 195 negara yang terpapar. Sebagian besar umat manusia menjadi panik dan penuh kekhawatiran. Dampaknya sungguh luar biasa kepada berbagai lini kehidupan, yang paling terasa adalah terjadinya krisis ekonomi dimana-mana.
Baca Juga: Cuaca Jakarta Diguyur Hujan Kamis Ini
Sebagai seorang Muslim, hendaknya kita sadari bahwa tidak ada sesuatu yang terjadi di muka bumi melainkan dengan izin Allah. Karena itulah sikap ridha dan selalu berprasangka baik, hendaknya senantiasa kita miliki. Banyak hikmah di balik mushibah, tidak sedikit orang-orang yang meninggalkan maksiat dengan adanya Corona, mereka bertobat dan meninggalkan kebiasaan buruknya. Dan tidak sedikit orang-orang yang masuk Islam di masa pandemi ini. Subhanallah wa bihamdihi.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.
Ayuhal ikhwah a’azzakumullah
Diantara hikmah Ramadhan yang dapat kita petik, adalah kebersamaan kaum muslimin dalam memenuhi perintah Allah . Sebulan penuh kita shaum bersama, mengawali dan mengakhiri dengan rukyatul hilal. Di masa Rasulullah dan para Khalifah yang empat yakni Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali kebersamaan Ramadlan ini telah memperkokoh kesatuan dan persatuan muslimin. Karena mereka hidup terpimpin dengan satu komando seorang Imaam, yakni Rasulullah yang selama hidupnya sembilan kali bertemu Ramadhan dan di masa Khalifah sebanyak 29 kali Ramadhan.
Baca Juga: Tim Gabungan Lanjutkan Pencarian Korban Longsor Jawa Tengah
Hari ini Muslimin yang terbentang dari Maroko hinggga Merauke berjumlah 1,7 Milyar, akan tetapi masih terpecah belah tidak satu pimpinan. Atas dasar hal tersebut, hendaknya menjadi agenda utama, membersihkan aqidah kaum muslimin dari segala bentuk kesyirikan dan merapatkan barisan serta membangun kesatuan muslimin.
Hamba-hamba Allah yang mengharapkan rahmat dan ampunan-Nya.
Bila kita menguraikan unsur-unsur kesatuan muslimin yang terbentang dari Maroko hingga Merauke, setidaknya akan kita temukan 12 unsur kesatuan muslimin sebagai berikut ;
Pertama, Kesatuan Aqidah
Baca Juga: BKSAP DPR Gelar Kegiatan Solidaritas Parlemen untuk Palestina
Bahwa kaum muslimin di mana pun berada, disatukan dengan ikatan syahadat
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَ أَشْهَد أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ
Maka dengan syahadat inilah, dimana pun dan kapan pun kita menjadi saudara sesama muslim.
Kedua. Kesatuan Ibadah
Baca Juga: Lomba Mewarnai dan Menggambar Al-Aqsa Meriahkan Festival Baitul Maqdis di Samarinda
Di seluruh persada dunia ini, kaum muslimin disatukan dengan ibadah yang sama; Shalat lima waktu, shaum wajib di bulan Ramadlan, zakat fithrah, haji ke baitullah, dan ibadah lainnya.
Ketiga. Kesatuan Uswah /Figur Teladan
Satu-satunya teladan dan figur terbaik kita adalah Nabi Muhammad, Rasulullah . Allah telah berfirman :
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ
“Sungguh telah ada bagi kamu pada Rasulullah, teladan yang baik. “ (QS. Al-Ahzaab : 21)
Keempat. Kesatuan Sejarah
Kaum muslimin se-dunia, memiliki akar sejarah yang sama. Kita sepakat, bahwa manusia pertama adalah Nabi Adam ‘alaihissalam, Da’i pertama yang menyeru kepada Tauhid, adalah Nabi Nuh ‘alaihissalam, Abul Anbiya (bapaknya para nabi) adalah Nabi Ibrahim ‘alaihissalam, dan Nabi terakhir yang menjadi rahmat seluruh alam, adalah Nabi Muhammad
Kelima. Kesatuan Jalan
Umat Islam memiliki jalan yang satu, yakni Shirathal Mustaqiim (jalan yang lurus), atau Sabiilul Mukminin (jalannya orang-orang mukmin), itulah jalan yang telah ditempuh oleh para Nabi, Shiddiqin (orang-orang yang benar), Syuhada (orang-orang yang mati syahid) dan Shalihin (orang-orang yang shalih).
Keenam. Kesatuan Dustur
Kaum muslimin disatukan dengan undang-undang yang sama, pedoman hidup yang sama, untuk meraih keselamatan dan kebahagiaan dunia dan akhirat, yakni dengan Al-Quran dan As-Sunnah. Nabi bersabda :
تَرَكْتُ فِيكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا كِتَابَ اللَّهِ وَسُنَّةَ نَبِيِّه.ِ (مالك) 1395
“Aku tinggalkan dua pusaka kepada kalian, tidak akan sesat kalian selama berpegang teguh kepada keduanya, itulah kitab Allah Al-Qur’an dan Sunnah Nabinya” (Al-Muwatha’, Imam Malik, no. 1395)
Ketujuh. Kesatuan Manhaj, prosedur dan sistem
Nabi telah mengabarkan, bahwa muslimin dari waktu ke waktu, akan mengalami lima periode kepemimpinan;
Pertama. Kepemimpinan para Nabi; dari Nabi Adam, ‘alaihissalam sampai Nabi Muhammad .
Kedua. Kepemimpinan Khalifah di atas manhaj kenabian. Mereka itulah : Abu Bakar, Umar bin Khaththab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib, radliyallahu ‘anhum
Ketiga. Kepemimpinan Kerajaan yang menggigit, (Mulkan ‘Adldlan),
Keempat. Kepemimpinan Kerajaan yang sombong (mulkan Jabariyyah),
Kelima. Nabi menyebut kembali, bahwa muslimin akan mengalami masa Khalifah yang mengikuti manhaj kenabian
(Musnad Ahmad, juz 30, hal. 355, no. 18406)
Di masa kelima inilah, kaum muslimin telah dijanjikan Nabi , akan berproses kembali menuju masa kejayaannya.
Kedelapan. Kesatuan Bahasa
Salah satu di antara keunggulan umat Islam, adalah memiliki bahasa resmi, yakni Bahasa Arab. Maka selayaknya seorang muslim belajar Bahasa Arab untuk memahami Islam dan menjalin komunikasi dan kerja sama dengan muslimin di berbagai negeri.
Ke sembilan. Kesatuan kiblat
Semua kaum muslimin sepakat, bahwa kiblat pertamanya adalah Masjidil Aqsha, dan yang kedua adalah Masjidil Haram. Oleh karena itu menjadi tanggung jawab bersama kaum muslimin di mana pun berada, memakmurkan dan menjaganya dari bahaya. Maka terhadap keberadaan Al Aqsa yang kini dijajah oleh Zionis Israel, adalah menjadi tanggung jawab kita membebaskannya.
Kesepuluh, Kesatuan Pimpinan atau Imaam
Keberadaan Rasulullah adalah sebagai Imaam dalam shalat, dan sebagai Imaam dalam kehidupan sehari-hari. Demikian pula Khalifah Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali radliyallahu ‘anhum sebagai Imaam Shalat dan Imaam dalam kehidupan berjama’ah sehari-hari. Oleh karena itulah, saat wafatnya Rasulullah para sahabat membai’at Abu Bakar sebagai khalifah atau Imaam kaum muslimin, karena tidak mau menjalani kehidupan tanpa dipimpin Imaam di tengah-tengah mereka. Karena Allah berfirman dalam QS. Al-Israa’ : 71-72:
يَوْمَ نَدْعُوا كُلَّ أُنَاسٍ بِإِمَامِهِمْ فَمَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ فَأُولَئِكَ يَقْرَءُونَ كِتَابَهُمْ وَلَا يُظْلَمُونَ فَتِيلًا (71) وَمَنْ كَانَ فِي هَذِهِ أَعْمَى فَهُوَ فِي الْآَخِرَةِ أَعْمَى وَأَضَلُّ سَبِيلًا (72).
“(Ingatlah) suatu hari (yang di hari itu) Kami panggil tiap-tiap manusia dengan Imam mereka; dan barangsiapa yang diberikan kitab amalannya di tangan kanannya maka mereka ini akan membaca kitabnya itu, dan mereka tidak dianiaya sedikitpun. Dan barangsiapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan lebih buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang benar).”
Kesebelas. Kesatuan Jamaah
Komunitas muslimin yang berjama’ah dan dipimpin oleh seorang Imaam atau Amir, dalam banyak hadits yang shahih, disebut dengan Jama’atul Muslimin atau Jama’ah Muslimin. Oleh karena itulah, menghadapi zaman yang penuh fitnah ini, pesan Rasulullah kepada Hudzaifah bin Yaman, adalah :
تَلْزَمُ جَمَاعَةَ المُسْلِمِينَ وَإِمَامَهُمْ
“Tetaplah kamu dalam Jama’ah Muslimin dan Imaam Mereka.” (Shahih Al-Bukhari, juz 4, hal. 189, no. 3606)
Kedua belas. Kesatuan Tujuan
Setiap muslim adalah wajib meluruskan niatnya dalam hidup untuk mencapai tujuan hakiki, yakni : Secara vertikal, kita berharap keridloan, ampunan dan karunia Allah . Dan secara horizontal, bertujuan untuk mewujudkan kejayaan Islam dan Muslimin se-dunia.
Kesatuan tujuan ini dapat terwujud apabila kita semua memfokuskan orientasi hidup kepada kebahagiaan akhirat dengan menjadikan dunia sebagai ladang amal saleh. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam QS. Asy-Syuuraa : 20.
مَنْ كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الْآخِرَةِ نَزِدْ لَهُ فِي حَرْثِهِ وَمَنْ كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الدُّنْيَا نُؤْتِهِ مِنْهَا وَمَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ نَصِيبٍ
“Barangsiapa yang berorientasi pada kehidupan akhirat, maka kami akan menambahkan pada kehidupan (dunia)nya. Dan barangsiapa yang berorientasinya pada kehidupan dunia, maka kami akan berikan dari dunianya, dan tidak ada bagian baginya di akhirat nanti”.
Rasulullah bersabda :
إِنَّ اللَّهَ يُبْغِضُ كُلَّ عَالِمٍ بِالدُّنْيَا جَاهِلٍ بِالْآخِرَةِ
“Sesungguhnya Allah membenci setiap orang yang pandai urusan dunia (tapi) bodoh urusan akhirat” (HR. Al-Hakim, Shahih dalam kitab Jaami’ul Ahaadits, juz 41, hal. 258, no. 44833)
Atas dasar-dasar di atas itulah, kita wajib peduli kepada sesama muslim di manapun berada. Terutama yang sedang menghadapi ujian berat, seperti di Palestina, Suriah, Rohingnya, Uighur Cina, Yaman, dan negeri muslim lainnya. Demikian pula di negeri Indonesia yang kita cintai ini harus diwaspadai. Adanya pihak-pihak yang anti Islam dan bahkan anti agama apapun, mereka berusaha mengadu domba kaum muslimin dan memporak-porandakan persaudaraan kaum muslimin.
Ibadah Ramadlan telah menumbuhkan semangat kebersamaan, persatuan dan kesatuan. Semangat ini hendaknya terus kita jaga, sehingga dapat menyelesaikan berbagai problema umat Islam.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar
Kaum muslimin yang seiman dan seperjuangan
Allah dengan jelas berfirman dalam QS. Al Hujurat ayat 10 :
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُون
“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah di antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” (Q.S. Al-Hujurat: 10)
Pada ayat ini, sesama mu’min disebut dengan ikhwah, karena persaudaraan seiman lebih dari persaudaraan biasa. saudara seiman tidak putus dengan nasab, sedangkan saudara senasab bisa putus karena beda iman.
Ma ‘asyiral muslimin Rahimakumullah
Kita masih prihatin dengan adanya fanatisme golongan, ashobiyyah dan memonopoli kata ikhwan hanya untuk kelompoknya, seolah-olah di luar kelompoknya bukan ikhwan padahal mereka shalat dan zakat. Marilah kita kembalikan kepada pengertian ikhwan yang sebenarnya.
Rasulullah bersabda :
وَدِدْتُ أَنِّى لَقِيتُ إِخْوَانِى. قَالَ فَقَالَ أَصْحَابُ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- أَوَلَيْسَ نَحْنُ إِخْوَانَكَ قَالَ: أَنْتُمْ أَصْحَابِى وَلَكِنْ إِخْوَانِى الَّذِينَ آمَنُوا بِى وَلَمْ يَرَوْنِى
“Sesungguhnya aku rindu ingin berjumpa dengan ikhwanku. Maka berkata para sahabat Nabi ; Bukankah kami adalah ikhwanmu ?, beliau menjawab : Kalian semua adalah sahabat-sahabatku. Tetapi ikhwanku adalah orang-orang yang beriman kepadaku, padahal mereka belum pernah berjumpa denganku.” (HR. Ahmad, juz 26, hal.448,12910)
Dalam QS. At-Taubah : 11 terkait dengan ikhwan disebutkan sebagai berikut :
فَإِنْ تَابُوا وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآَتَوُا الزَّكَاةَ فَإِخْوَانُكُمْ فِي الدِّينِ
“Jika mereka bertaubat, mendirikan sholat dan menunaikan zakat, maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama”.
Berdasarkan ayat ini, seseorang dapat disebut sebagai ikhwan fid din atau ikhwan fillah, adalah dengan tiga syarat, yakni taubat, shalat dan zakat. Bukan suatu kelompok tertentu di kalangan Muslimin.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar
Jama’ah Shalat Idul Fitri yang dimuliakan Allah
Allah telah memberikan kriteria taubat yang benar, yakni dengan 4 tahapan;
Pertama. Taubat dalam pengertian mohon ampun kepada Allah dan menyesali atas segala perbuatan yang telah dilakukan, serta bertekad kuat untuk tidak mengulangnya.
Kedua. Ishlah, yakni melakukan perbaikan atas segala kekeliruan dan kesalahan serta meningkatkan kualitas amal sholeh setiap hari.
Ketiga. I’tishom billah, berpegang teguh kepada Allah , istiqamah dalam kebenaran.
Keempat. Ikhlash menjalankan Islam, semata-mata hanya untuk Allah kita beramal, beribadah dan berjuang.
Inilah syarat yang pertama harus dimiliki oleh seorang ikhwan, yakni taubatan nashuha, taubat yang sebenar-benarnya.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar
Para ikhwan dan akhwat yang mengharap perjumpaan kelak dengan Allah dan Rasul-Nya.
Syarat yang kedua bagi seorang ikhwan, adalah mendirikan shalat, tidak sekedar mengerjakan dan menggugurkan kewajiban. Seorang ikhwan akan senantiasa menjaga kualitas shalatnya dimanapun dan kapanpun. Ada beberapa ciri shalat yang berkualitas, antara lain :
Pertama, shalat berjama’ah di awal waktu, hal ini menjadi ciri utama seorang mu’min adalah, senantiasa mengutamakan shalat dari urusan lainnya. Sikap bermalas-malasan untuk shalat adalah ciri orang munafiq, sebagaimana firman Allah dalam QS. An Nisaa : 142,
وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَى يُرَاءُونَ النَّاسَ
“Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia”.
فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ. الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ
“…Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya,…” (QS. Al Maa’uun : 4-5)
Ibnu Katsir, Al Qurtuby, Ibnu Abbas, Sa’id bin Musayyib, memberikan penjelasan yang sama tentang ayat ini, bahwa yang dimaksud dengan “Saahuun, atau Lalai” adalah mengakhirkan atau menunda-nunda waktu shalat.
Demikian pula, jika kita meremehkan dan tidak peduli dengan panggilan shalat, maka Allah memasukannya kepada golongan yang tidak berakal, sebagaimana firman-Nya ;
وَإِذَا نَادَيْتُمْ إِلَى الصَّلَاةِ اتَّخَذُوهَا هُزُوًا وَلَعِبًا ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَا يَعْقِلُون
“Dan apabila kamu menyeru (mereka) untuk shalat, mereka menjadikannya buah ejekan dan permainan. Yang demikian itu adalah karena mereka benar-benar kaum yang tidak berakal.” (QS. Al Maidah : 58)
Kedua, ciri shalat yang berkualitas adalah “Khusyu”, inilah yang menjadi ciri utama seorang mukmin yang sukses, yakni khusyu dalam shalatnya. Karena khusyu inilah, shalat dan shabar menjadi penolong baginya. (QS. 2 : 45-46)
Ketiga, Shalat seorang ikhwan adalah yang senantiasa menjaga thuma’niinah. Jumhur ulama sepakat, bahwa tuma’niinah dalam shalat adalah wajib. Dan menjadi batal shalatnya, ketika thuma’niinah tidak dilakukan. Sebagaimana disebutkan dalam Shahih Bukhari-Muslim, tentang seorang sahabat yang disuruh shalat berkali-kali oleh Rasulullah . Hal ini karena ia shalat tanpa tuma’ninah. (Shahih Al Bukhari : Juz 3, hal. 340, no.793)
Dengan peristiwa ini, sahabat tersebut menjadi sadar, bahwa shalatnya terburu-buru, tanpa thuma’niinah, sehingga Rasulullah menyuruhnya sampai 3x dan hampir 4x. Dengan hadits ini pula, jumhur ulama sepakat, bahwa tanpa thuma’niinah, menjadi batal shalatnya.
Keempat, kualitas shalat berjama’ah para ikhwan fiddiin, adalah dengan merapatkan dan meluruskan shaf. Bahu rapat dengan bahu disampingnya, mata kaki rapat dengan mata kaki disampingnya, kedua kaki lurus menghadap kiblat. Cara shalat berjama’ah seperti inilah yang diajarkan oleh Rasulullah , sebagaimana sabdanya :
سَوُّوا صُفُوفَكُمْ فَإِنَّ تَسْوِيَةَ الصُّفُوفِ مِنْ إِقَامَةِ الصَّلاَة
“Rapatkan shaf-shaf kalian, karena sesungguhnya merapatkan shaf-shaf adalah termasuk keutamaan shalat (berjama’ah)” (Shahih Bukhari, Juz 3, hal. 220, no.723).
Anas bin Malik RA mengambarkan shaf shalat para sahabat sebagai berikut:
عَنْ أَنَسٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَقِيمُوا صُفُوفَكُمْ فَإِنِّي أَرَاكُمْ مِنْ وَرَاءِ ظَهْرِي وَكَانَ أَحَدُنَا يُلْزِقُ مَنْكِبَهُ بِمَنْكِبِ صَاحِبِهِ وَقَدَمَهُ بِقَدَمِهِ
“Diriwayatkan dari Anas bin Malik dari Nabi Muhammad , ia bersabda, ‘Tegakkanlah shaf kalian, karena saya melihat kalian dari belakang pundakku,’ (Sahabat Anas berkata) ‘Ada di antara kami orang yang menempelkan bahunya dengan bahu temannya dan menempelkan telapak kakinya dengan telapak kaki temannya,’” (HR. Bukhari).
Para sahabat radliyallahu ‘anhum selalu berebut pada shaf awal agar mendapatkan keutamaan dan derajat tertinggi di sisi Allah seraya berusaha merapatkan shaf shalatnya. Demikian pula para ikhwan Rasulullah , selalu berusaha mendapatkan nilai shalat jama’ah yang terbaik.
Kelima, karakteristik yang telah mendirikan shalat, akan nampak dalam kehidupan sehari-harinya. Jiwanya senantiasa ihsan, merasa dilihat dan dimonitor oleh Allah Dzat Yang Maha Melihat lagi Maha Mengetahui. Sikapnya akan senantiasa menjaga diri dari perbuatan keji dan munkar, sebagaimana firman Allah ;
إِنَّ الصَّلاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ
“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan munkar....” (QS. Al Ankabut : 45)
Hidupnya seorang ikhwan terpimpin sesuai contoh Rasulullah dan para sahabatnya radliyallahu ‘anhum. Hidup berjama’ah menjadi pakaian dan identitas hidupnya. Mereka senantiasa berpegang kepada kitabullah dan sunnah Rasulullah , seraya berjama’ah dan tidak berpecah-belah. Itulah potret kehidupan Jama’atul Muslimin dan Imaamnya, di masa Rasul dan sahabat, serta di masa kini.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar
Para ikhwan dan akhwat yang mengharap perjumpaan kelak dengan Allah dan Rasul-Nya.
Syarat yang ketiga untuk mendapat predikat ikhwan fiddiin, adalah dengan membayarkan zakat. Melaksanakan zakat bagi mereka yang hartanya sampai nishab, adalah sebagai bukti keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya.
Sangsi tidak berzakat adalah sangat berat di pengadilan Allah. Allah berfirman;
وَوَيْلٌ لِلْمُشْرِكِينَ. الَّذِينَ لَا يُؤْتُونَ الزَّكَاةَ
“Dan kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang mempersekutukan-Nya, yaitu orang-orang yang tidak menunaikan zakat dan mereka kafir akan adanya (kehidupan) akhirat…” (QS. Fushilat: 6-7)
Berdasar ayat ini menunjukkan bahwa, tidak membayarkan zakat adalah termasuk syirik, dosa besar yang paling besar. Orang yang tidak membayar zakat berarti telah memotong-motong Islam. Oleh karena itu, Khalifah Abu Bakar radliyallahu ‘anhu memerangi orang-orang yang tidak mau membayar zakat, sekalipun mereka shalat dan shaum.
Kaum muslimin dan muslimat yang dimuliakan Allah
Ramadhan merupakan madrasah ijtima’iyah (pembinaan sosial dan kemasyarakatan)
Amaliyah Ramadlan, yakni shaum, shalat tarwih, sedekah, dan lainnya dapat membina umat untuk hidup berjama’ah dan berimamah, hidup dalam kebersamaan, bersatu padu, cinta keadilan, melahirkan kasih sayang kepada orang-orang miskin, sehingga orang-orang yang mampu dan kaya merasakan apa yang di derita oleh orang-orang fakir dan miskin. Dari sinilah di harapkan timbul rasa persaudaraan dan solidaritas. Rasulullah bersabda :
وَاللهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ
“Allah akan menolong seorang hamba, selama hamba tersebut menolong saudaranya” (Shahih Muslim, juz 4, hal. 2074, no.38)
Hadirin kaum muslimin dan muslimat, dari uraian tadi dapat kita simpulkan, bahwa keberhasilan seseorang dari amaliyah Ramadlan, adalah bila berbagai amaliyah tersebut berlanjut dan meningkat di bulan Syawwal dan selanjutnya. Yakni dengan shalat malam, shaum sunnah, tadarus Al-Quran, banyak sedekah, mewujudkan kehidupan berjama’ah serta meningkatkan ukhuwah dan solidaritas sesama muslim, sehingga layak mendapat predikat sebagai ikhwan Rasulullah.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar
Hamba-hamba Allah, muslimin dan muslimat yang dimuliakan Allah
Sebelum mengakhiri khutbah ini, perkenankan kami menyampaikan nasihat khusus untuk muslimat sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah .
Wahai kaum muslimat dan mukminat: Bertaqwallah kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa, janganlah berbuat syirik sekecil apapun, jauhilah riba dalam berbagai urusan duniamu, jagalah kehormatanmu, tutuplah auratmu dengan jilbab sesuai syari’at, sempurnakanlah kekurangan agamamu dengan memperbanyak shadaqah, jadilah pendamping setia bagi suamimu dalam mentaati Allah dan Rasul-Nya, dan dalam berjuang di jalan Allah , berhiaslah di depan suamimu, bersyukurlah atas kebaikan suami sekecil apapun, jadilah penjaga yang baik atas harta dan keluargamu, makanlah selalu dengan yang halal. Jauhilah sifat dengki dan saling mengumpat diantara kaummu.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar
Jama’ah Shalat Idul Fithri yang dirahmati Allah,
Untuk mengakhiri khutbah ini, sejenak kita tundukkan kepala dan pusatkan hati nurani hanya kepada Allah , tanamkan rasa tawadlu, hilangkan rasa sombong dan angkuh untuk bersimpuh dan berdo’a kepada-Nya.
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا يُوَافِيْ نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ يَارَبَّنَا لَكَ اْلحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِيْ لِجَلاَلِ وَجْهِكَ الْكَرِيْمِ وَعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ.اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
Yaa Allah, Dzat Yang Maha Perkasa, lagi Maha Bijaksana, detak jantung kami dalam genggaman-Mu, denyut nadi kami dalam kuasa-Mu, segala rasa dan pikiran yang terlintas dalam pengetahuan-Mu, segala noda dan dosa dalam perhitungan-Mu. Segala apa yang terjadi dalam kehendak-Mu.
Wahai Dzat Yang jantung kami dalam genggaman-Mu. Saat ini kami datang kepada-Mu, untuk mengadukan segala dosa dan kesalahan kami. Untuk mengadukan segala masalah yang kami hadapi dalam mengemban urusan umat ini.
Yaa Allah, yaa Tuhan kami, kini kami sadar, kami sudah bergelimang dosa, namun Engkau masih menutupi dengan ampunan-Mu, betapa sering diri ini lalai atas amanah-Mu, betapa sering kami mengkhianati cinta dan kasih sayang-Mu. Kami lalui hari-hari dalam hidup kami tanpa penyesalan dan taubat, tanpa tangisan, tanpa rasa takut dan tanpa rasa duka.
Yaa Allah, ya Tuhan Kami, Engkau Maha Tahu akan kelemahan dan kehinaan diri kami. Sungguh yaa Allah kami sadar, betapa tak pantasnya kami mendapat ridha dan surga-Mu. Namun yaa Allah kami tak akan sanggup menahan siksa-Mu. Karena itu yaa Allah, ampuni segala dosa dan kesalahan kami, bersihkan noda dan kotoran hati kami, hapuslah segala dengki di hati kami, sebelum kematian menjemput kami. Sucikan hati kami yaa Allah, sucikan pikiran kami, jauhkan anggota tubuh kami dari segala sesuatu yang dimurkai-Mu. Kami berlindung kepada-Mu yaa Allah dari keburukan pendengaran kami, dari keburukan penglihatan kami, dari keburukan lisan kami, dari keburukan hati kami dan dari keburukan angan-angan kami.
Yaa Allah, ya Tuhan kami, berikan kesempatan kepada kami untuk dapat selalu merintih dan mengadu kepada-Mu. Berikan kesempatan kepada kami untuk bertaubat dan memperbaiki diri. Kami mohon pada-Mu Yaa Allah, jangan matikan kami dalam keadaan maksiat pada-Mu. Jangan ambil ruh kami dengan penuh noda dan dosa.
Yaa Allah, yang Maha Agung dan Bijaksana, kami lemah tanpa kekuatan-Mu, kami gelap tanpa cahaya-Mu, kami takut tanpa keberanian dari-Mu, kami goyah tanpa keteguhan dari Mu. Yaa Allah, betapa berat kami meniti perjuangan ini bila tanpa pertolongan-Mu, Tolonglah kaum Muslimin di Indonesia, di Palestina, di Suriah, di Cina, di Rohingnya, di Yaman, dan diberbagai belahan dunia lainnya. Untuk kemuliaan Islam dan Muslimin. Amiin yaa Rabbal ‘alamiin.
Yaa Allah, tunjukkan dan bimbinglah diri kami agar tetap istiqomah pada jalan-Mu. Berilah kami kekuatan dan kemudahan untuk ta’at kepada-Mu, kepada Rasul-Mu dan kepada Ulil Amri yang engkau ridhai. Jauhkan dan persulitlah diri kami dari maksiat kepada-Mu. Terimalah taubat kami Yaa Allah, masukanlah kami kepada golongan hamba-Mu yang salih, satukan kami dengan para nabi, syuhada, shiddiqin dan shalihin. Terimalah kami dipangkuan-Mu dengan cinta, ampunan dan ridha serta karunia-Mu. Amiin yaa Rabbal ‘alamiin.
اَللَّهُمَّ اشْدُدْ وَطْأَتَكَ عَلَى الْكُفَّارِ الَّذِيْنَ يُحَارِبُوْنَ الْإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ. اَللَّهُمَّ شَطِّطْ شَمْلَهُمْ وَفَرِّقْ جَمْعَهُمْ وَمَزِّقْ حِزْبَـهُمْ وَاخْـتَلِفَ بَيْنَ قُلُوبِـهِمْ، اَللَّهُمَّ اهْزِمْهُمْ وَزَلْزِلْهُمْ. اَللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلاَءِ وَالْبَلاَءِ وَالْوَبَاءِ وَالـْمِـحَنِ وَ سُوْءِ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَابَطَنِ في بَلَدِناَ هَذَا خَاصَّةً وَفيِ بُلْدَانِ الـْمُسْلِمِيْنِ عَامَّةً
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ،
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آَمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ.
رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى الله عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّد وَعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِـيْنَ
والْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
(A/R8/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)