Khutbah Jumat: Urgensi Kalender dalam Syariat Islam (Oleh: Imaam Yakhsyallah Mansur)

 بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Khutbah ke-1:

اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ اللَّيْلِ عَلَى النَّهَارْ، تَذْكِرَةً لِأُولِى الْقُلُوْبِ وَالْأَبْصَارْ، وَتَبْصِرَةً لِّذَوِي الْأَلْبَابِ وَالْاِعْتِبَارْأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ٠فَقَالَى اللهُ تَعاَلى فِيْ كِتَا بِهِ اْلكَرِيْمِ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ٠فَقَال ايضا٠

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

Puji dan syukur marilah senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala atas semua nikmat yang telah dikaruniakan kepada kita semua.  Di antara nikmat-nikmat yang utama adalah iman dan Islam dan itu kita dapatkan dan nikmati hingga hari ini.

Maka dengan nikmat-nikmat itu, marilah kita gunakan untuk beribadah, beramal shaleh, dan mengkaji ilmu sehingga iman dan taqwa kita meningkat. Bekal terbaik seseorang dalam hidup di dunia dan akhirat nanti adalah taqwa.

Beruntunglah manusia yang memiliki bekal taqwa dalam dirinya, dan celakalah mereka yang tiada sedikitpun taqwa dalam dirinya.

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah Subhanahu Wa Ta’ala

Pada kesempatan khutbah Jumat ini, marilah kita merenungkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala yang terdapat dalam surah Al-Baqarah ayat 189:

يَسْـَٔلُونَكَ عَنِ ٱلْأَهِلَّةِ ۖ قُلْ هِىَ مَوَٰقِيتُ لِلنَّاسِ وَٱلْحَجِّ ۗ وَلَيْسَ ٱلْبِرُّ بِأَن تَأْتُوا۟ ٱلْبُيُوتَ مِن ظُهُورِهَا وَلَٰكِنَّ ٱلْبِرَّ مَنِ ٱتَّقَىٰ ۗ وَأْتُوا۟ ٱلْبُيُوتَ مِنْ أَبْوَٰبِهَا ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ (البقرة [٢]: ١٨٩)

Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: “Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji; Dan bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebajikan itu ialah kebajikan orang yang bertakwa. Dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintu-pintunya; dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.”

Dalam tafsir Al-Muyassar dijelaskan, Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan hilal sebagai tanda-tanda bagi manusia untuk mengetahui waktu-waktu ibadah yang telah ditentukan, seperti awal Ramadhan, membayar zakat dan kafarat, haji, pembayaran utang-piutang atau dalam perniagaan, serta menghitung masa iddah bagi kaum wanita.

Bukan termasuk kebajikan, apabila kaum Muslimin meniru kebiasaan kaum jahiliyah, seperti masuk ke rumah-rumah mereka melalui bagian belakang ketika hendak memulai haji dan umrah. Tetapi kebajikan yang sebenarnya adalah perbuatan orang bertakwa, yakni menjauhi maksiat dan berusaha melakukan ibadah sesuai syariat yang telah diperintahkan.

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah Subhanahu Wa Ta’ala

Syaikh Ibnu Hajar Al-Atsqalani dalam kitab “Fathul Baari“ menerangkan, hijriah resmi digunakan umat Islam pada masa Khalifah Umar bin Khattab. Hal itu berangkat dari kerisauannya ketika menerima surat-surat dari para sahabat, di antaranya dari Waliyul Amri di Basrah pada saat itu, Abu Musa Al-Asy’ari yang tanpa disertai hari dan tanggal pengirimannya.

Khalifah Umar menyadari, ada kesulitan saat melakukan pengarsipan dan seleksi urutan surat. Lalu, beliau mengadakan musyawarah yang melibatkan para ahli dari kalangan sahabat untuk menyusun penanggalan yang khusus berlaku dalam Islam.

Dalam satu riwayat, Sayyidina Ali bin Abi Thalib mengusulkan awal kalender Islam dimulai dari tahun dimulainya hijrah Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wasalam dari Makkah ke Yatsrib (Madinah). Usul itu diterima peserta musyawarah dan selanjutnya, Umar menetapkan penggunaan kalender resmi umat Islam pada tanggal 8 Rabi’ul Awal tahun 17 H.

Mengapa Muharam ditetapkan sebagai bulan pertama di kalender hijriah? Karena pada bulan itulah, Rasulullah Shallallahu alaihi Wasalam pertama kali berniat dan merencanakan akan berhijrah ke Madinah.

Rasulullah Shallallahu alaihi Wasalam pergi dari kota Mekkah pada Kamis, 27 Shafar dan keluar dari Gua Tsur pada 2 Rabiul Awal, hingga sampai di kota Madinah pada tanggal 12 Rabi’ul Awal.

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah Subhanahu Wa Ta’ala

Mengapa kita harus memahami dan menggunakan kalender ? Karena kalender hijriyah itulah yang dijadikan sebagai pedoman dalam pelaksanaan ibadah-ibadah sebagaimana dijelaskan dalam tafsir Al-Muyassar di atas.

Peristiwa-peristiwa penting dan bersejarah, terutama Sirah Nabawiyah juga tercatat dengan kalender hijriyah. Maka, bagi siapapun yang ingin belajar dan mendalami sejarah Islam, ia  harus memahami kalender hijriyah.

Tidak hanya itu, jika seseorang ingin memahami sejarah, falsafah, perkembangan dan kemajuan ilmu, sains serta teknologi para ulama Timur Tengah dan Eropa pada abad keemasan Islam, maka memahami kalender Hijriyah menjadi syarat utama. Karena di setiap perjalanan sejarahnya, selalu tercatat dalam hitungan kalender hijriyah.

Menggunakan kalender Hijriyyah juga menunjukkan keterikatan diri kita lahir dan batin, sebagai umat Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wasallam. Kalender hijriyah mengingatkan umat pada peristiwa-peristiwa besar yang menjadi tonggak perubahan peradaban umat manusia, yakni peristiwa hijrah.

Perjuangan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam dalam mengubah peradaban harus menjadi inspirasi dan penyemangat kita dalam menjalankan setiap pekerjaan yang dilakukan.

Dengan mengambil suri tauladan dan mengikuti sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam, kesuksesan dan keberkahan akan bisa kita raih dalam kehidupan dunia, bahkan hingga Akhirat nanti. Sebagaimana sabda beliau:

إِنِّي تَرَكْتُ فِيكُمْ شَيْئَيْنِ لَنْ تَضِلُّوا بَعْدَهُمَا كِتَابَ اللَّهِ وَسُنَّتِى وَلَمْ يَتَفَرَّقَا حَتَّى يَرِدَا عَلَيَّ الْحَوْضَ /رواه الحاكم

“Aku tinggalkan dua perkara yang kalian tidak akan tersesat selama kalian berpegang teguh dengan keduanya, yaitu Kitabullah dan Sunnahku. Keduanya tidak akan berpisah sampai mendatangiku di telaga (surga).” (HR Al-Hakim)

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah Subhanahu Wa Ta’ala

Beberapa kalangan ulama dan cendekiawan mengungkapkan Islam global dengan prinsip “satu hari satu tanggal” di seluruh dunia. Itu artinya, sistem kalender hijriyah berlaku di seluruh kawasan tanpa kecuali, yang berazaskan kesamaan antara hari dan tanggal.

Penerapan kalender Islam global termasuk dalam kategori hifdzuddin (perlindungan terhadap agama). Dengan demikian, hari-hari ibadah umat Islam dapat disatukan.

Kehadiran kelender Islam global merupakan tuntutan peradaban (civilization imperative), sekaligus merupakan syarat bagi sebuah peradaban agar tetap eksis dan berkembang.

Kalender hijriyah akan membantu umat Islam dalam membuat perencanaan pembangunan. Sementara perdebatan dan perbedaan penanggalan di kalangan umat seperti penentuan awal Ramadhan, Idul Fitri dan hari Arafah akan terselesaikan karena umat telah memiliki standar yang disepakati.

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah Subhanahu Wa Ta’ala

Ciri khas agama Islam adalah ajarannya yang menekankan universalitas dan kebersamaan. Hal itu sejalan dengan esensi kehadiran Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wasallam yang membawa misi rahmatan lil ‘alamin, memberi keselamatan dan kedamaian kepada makhluk seluruh alam.

Maka, dengan kalender Islam yang satu, syiar Islam akan bersinar cerah dan kesatuan umat akan terwujud sebagaimana digambarkan Allah dalam firman-Nya:

إِنَّ هَٰذِهِۦٓ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَٰحِدَةً وَأَنَا۠ رَبُّكُمْ فَٱعْبُدُونِ (الانبياء [٢١]: ٩٢)

Sesungguhnya (agama Tauhid) ini adalah agama kamu semua, agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku.”

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah Subhanahu Wa Ta’ala

Kalender Islam akan menjadi tonggak sejarah peradaban umat. Kaum Muslimin akan kembali berjaya, menempati posisi mulia dan memimpin dunia, dengan identitasnya sendiri, kalendernya sendiri, ibadahnya sendiri, sebagaimana yang pernah dipraktekkan oleh Rasulullah dan para sahabatnya, dilanjutkan oleh generasi setelahnya.

Semoga kita semua mampu meneladani keberhasilan mereka yang telah berjaya dan semoga keberkahan dan kemudahan selalu mengiringi langkah umat Islam dalam berjuang, menegakkan risalah agamanya. Aamiin Ya Rabbal Alamiin.

بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِن الآيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم

Khutbah II 

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ.

فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى . وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآء مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.

 عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

(A/P2/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Widi Kusnadi

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.