Jakarta, MINA – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) akan mengoptimalkan pemanfaatan “emas hijau” atau rumput laut dari perairan Indonesia.
KKP mengungkapkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, memungkinkan rumput laut bisa diolah menjadi beragam produk bernilai tambah yang memiliki nilai ekonomis tinggi.
Secara garis besar, produk turunan rumput laut dapat dikelompokkan menjadi 5P, yakni Pangan, Pakan, Pupuk, Produk Kosmetik, dan Produk Farmasi.
“Sejumlah penelitian juga menyebutkan bahwa rumput laut dapat digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan bahan bakar atau biofuel, sehingga dapat menjadi salah satu alternatif solusi krisis energi yang banyak dikhawatirkan di masa datang,” ungkap Ishartini, Kepala Biro Perencanaan KKP, melalui keterangan tertulisnya dilaporkan Infopublik.id (10/10).
Baca Juga: Prediksi Cuaca Jakarta Akhir Pekan Ini Diguyur Hujan
Ishartini mengungkapkan, Indonesia berpotensi besar sebagai pemain rumput laut dunia terlebih jika didukung oleh kebijakan yang holistik dari hulu – hilir.
Secara volume ekspor Indonesia menempati peringkat 1 eksportir rumput laut dunia. Pada 2021, volume ekspor mencapai lebih dari 225 ribu ton atau lebih dari 30 persen terhadap total volume ekspor rumput laut dunia. Namun secara nilai, Indonesia menempati urutan kedua setelah RRT, dengan nilai mencapai USD345 Juta atau setara dengan Rp5 triliun (kurs Rp14.500/USD).
“Tercatat 196 negara di dunia menjadi pengimpor komoditas itu. Tentu itu menunjukkan betapa pentingnya produk rumput laut dalam perdagangan internasional,” ujar Ishartini.
Saat membuka webinar bertajuk “Diversifikasi dan Pengembangan Produk Rumput Laut”, beberapa waktu lalu, Ishartini menyebut ratusan jenis rumput laut dapat tumbuh dengan baik di wilayah Indonesia.
Baca Juga: Menag Tekankan Pentingnya Diplomasi Agama dan Green Theology untuk Pelestarian Lingkungan
Dikatakannya, masyarakat juga mulai mengembangkan produk turunan rumput laut seperti manisan, agar-agar, dodol, mie, minuman, stik sebagai produk pangan.
Industri rumput laut juga mulai mengembangkan inovasi rumput laut dengan pemanfaatan di berbagai bidang seperti food, health, pharmaceuticals, sustainable materials, cosmetics, biostimulant, dan fertilizer.
Selain itu, penggunaan produk turunan rumput laut juga dikembangkan sebagai hydrocolloid seperti karaginan, agar, dan alginate, juga umum digunakan untuk bahan pembantu dalam pembuatan berbagai produk industri baik pangan (es krim, roti, susu, sosis, edible film pada buah-buahan, minuman instan, dsb) maupun nonpangan (cat, tekstil, farmasi, kosmetik, dan sebagainya).
“Sejalan dengan ini, KKP di bawah arahan Bapak Menteri Trenggono juga telah memasukkan rumput laut sebagai komoditas budidaya prioritas,” tutur Ishartini.
Baca Juga: Menhan: 25 Nakes TNI akan Diberangkatkan ke Gaza, Jalankan Misi Kemanusiaan
Karenanya, Ishartini menegaskan integrasi hulu-hilir menjadi kunci optimalisasi “emas hijau” laut Indonesia. Terlebih saat ini, masih terdapat perbedaan antara data produksi rumput laut di bagian hulu dengan kebutuhan bahan baku di industri hilir, sehingga perlu dilakukan perbaikan kualitas pendataan disemua lini.
Selain itu, kualitas bahan baku yang dihasilkan oleh pembudidaya masih banyak yang belum memenuhi standar/ spesifikasi untuk diolah.
Faktor lain yang juga penting ialah sinergi dan kerjasama dari berbagai pihak seperti akademisi, bisnis/pelaku usaha, komunitas, pemerintah, dan media atau yang dikenal dengan konsep pentahelix.
Diseminasi dan sosialisasi berbagai produk rumput laut yang banyak dihasilkan dari penelitian perguruan tinggi, industri maupun lembaga lainnya perlu dilakukan sehingga dapat diaplikasikan secara komersial.
Baca Juga: BMKG: Waspada Gelombang Tinggi di Sejumlah Perairan Indonesia
“Perlu dilakukan market intelligence untuk mengetahui jenis produk rumput laut yang dibutuhkan, baik untuk kebutuhan pasar internasional maupun domestik. Permintaan dunia terhadap bahan baku rumput dan produk turunannya sangat tinggi. Di sisi lain, terjadi persaingan ketat untuk perolehan bahan baku antara eksportir rumput laut kering dengan para processor (industri pengolahan) di dalam negeri. Oleh karena itu, data dan informasi market intelligence ini juga dapat menjadi referensi kebijakan untuk mengatur pemasaran rumput laut,” tutur Ishartini.
Ishartini berharap melalui webinar bertajuk “Diversifikasi dan Pengembangan Produk Rumput Laut” bisa menumbuhkan industri pengolahan rumput laut dalam negeri. Dengan begitu, Indonesia bisa meningkatkan ekspor produk rumput laut yang bernilai tambah.
Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan (KP) Sakti Wahyu Trenggono menyampaikan sejumlah program yang menjadi prioritas KKP pada 2023.
Salah satunya adalah kebijakan pengembangan perikanan budidaya yang berorientasi ekspor seperti udang, lobster, kepiting, dan rumput laut.(R/R1/P1)
Baca Juga: Longsor di Salem, Pemkab Brebes Kerahkan Alat Berat dan Salurkan Bantuan
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Tausiyah Kebangsaan, Prof Miftah Faridh: Al-Qur’an Hadits Kunci Hadapi Segala Fitnah Akhir Zaman