Komunitas Afrika di Al-Quds Bela Al-Aqsha

Warga Afrika dalam salah satu demo Solidaritas Palestina (Getty Images)

Ramallah, MINA – Komunitas Afrika di kota ikut membela Al-Aqsha dengan menawarkan bantuan air dan makanan kepada para pejuang Palestina yang melakukan demo di gerbang Al-Aqsha.

Mereka juga menyambut warga yang hendak beribadah ke kawasan Al-Aqsha selama demonstrasi, karena pusat komunitas ini terletak di dekat Al-Aqsha, di dekat Gerbang Al-Majlis.

Komunitas Afrika di Al-Quds memiliki akar yang mendalam di kota tersebut dan aktif dalam demonstrasi baru-baru ini di Masjid Al-Aqsha, Al-Monitor melaporkan Sabtu (12/8/2017) yang dikutip MINA.

Komunitas Afrika di sekitar Al-Aqsha relatif kecil, terdiri dari sekitar 50 keluarga yang tinggal di dekat Gerbang  Al-Majlis.

Mayoritas mereka berasal dari negara-negara di Afrika, seperti Chad, Nigeria, Senegal dan Sudan.

Nenek moyang mereka datang ke kawasan itu dalam periode yang berurutan, dimulai saat negeri itu di dalam kekuasaan Turki Utsmani dan berlanjut ke Mandat Inggris.

Moussa Qaws, salah satu pendiri komunitas Afrika mengatakan, orang-orang Afrika “berimigrasi ke Palestina karena dua alasan utama, karena pindah setelah ibadah haji ke Makkah dan karena panggilan perjuangan.”

Menurutnya, mereka baru mulai menetap di sana pada tahun 1940-an, selama kekuasaan Mandat Inggris.

Sebagian besar orang Afrika datang ke kota tersebut sebagai bagian dari Tentara Pembebasan Arab, termasuk relawan dari berbagai negara Islam yang ingin membantu Palestina dalam perang melawan Inggris dan Zionis.

Banyak anggota tentara Afrika tinggal di Yerusalem setelah pertempuran berakhir.

Ayah Qaws sendiri datang ke Palestina dari Chad pada tahun 1942 untuk shalat di Masjid Al-Aqsha setelah melakukan haji ke Mekkah.

Dia membawa dokumen perjalanan Prancis sejak Chad berada di bawah pemerintahan Prancis. Dia akhirnya tinggal di Al-Quds dan menikahi wanita Palestina.

Ketika Yordania menguasai Al-Quds dari tahun 1948-1967, pemerintah Yordania tidak memberikan kewarganegaraan kepada orang-orang Afrika.

Setelah pendudukan Israel di Palestina tahun 1967, orang-orang Afrika memperoleh kartu identitas.

Meskipun komunitas Afrika bergabung dengan orang-orang sekitar dan menyesuaikan diri dengan cara hidup kota. Namun mereka tetap mempertahankan tradisi dan kebiasaannya sendiri. Seperti tradisi saat kematian dan pernikahan, juga ada hidangan bubur populer Asida yang disajikan pada acara-acara khusus. (T/RS2/RI-1)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.