Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kutukan Silikosis Hantui “Desa Janda” di India

Rudi Hendrik - Ahad, 19 November 2017 - 19:04 WIB

Ahad, 19 November 2017 - 19:04 WIB

147 Views

Tambang batu pasir di Negara Bagian Rajasthan, India. (Foto: Sunaina Kumar/Al Jazeera)

Ada sekitar 180 janda di Desa Budhpura di Negara Bagian Rajasthan. (Foto: Ashish V/Al Jazeera)

Radha Bai dan Hira Bai adalah dua wanita tua dan lemah. Pada suatu sore di bulan September 2017, keduanya meneriakkan slogan-slogan di luar kantor administrasi distrik Bundi, Negara Bagian Rajasthan, India Barat. Kepala keduanya terselubung oleh ujung-ujung sarinya yang berwarna cerah.

Keduanya memimpin 80 janda untuk menuntut kompensasi hak mereka. Semua suami mereka bekerja di pertambangan dan telah meninggal oleh apa yang penduduk setempat sebut “kutukan” di wilayahnya, yaitu penyakit pernafasan yang fatal, silikosis.

Silikosis adalah penyakit pekerjaan tertua di dunia yang membunuh ribuan orang setiap tahunnya. Silikosis adalah penyakit paru yang tidak dapat disembuhkan, ia disebabkan oleh penghirupan debu silika yang ditemukan di bebatuan, pasir, kuarsa dan bahan bangunan lainnya.

Menurut sebuah laporan dari penelitian akademis, hampir 800.000 pekerja dapat terpengaruh oleh silikosis hanya di Negara Bagian Rajasthan. Namun, tidak ada data resmi yang tersedia.

Baca Juga: Turkiye Konfirmasi Tolak Akses Wilayah Udara untuk Presiden Israel

Radha dan Hira berasal dari Budhpura, sebuah “desa janda” di Bundi, terletak di tengah tambang batu pasir yang besar. Distrik Bundi dan distrik Bhilwara merupakan pusat ekspor batu pasir ke Eropa.

Radha (55) menghitung dengan jari-jarinya jumlah orang di keluarganya yang menderita silikosis. Suaminya, kedua saudara laki-lakinya, putri tertuanya, semuanya meninggal karena silikosis. Dia bahkan merasa akan menjadi korban silikosis berikutnya.

“Beginilah kami, semua mati di sini. Saat ada darah di batuk kami, kami tahu kematian telah datang untuk kami,” katanya.

Terlihat kerusakan lingkungan di sekitar Budhpura. Jalan kasar yang mengarah ke desa itu berada di hamparan batu cokelat abu-abu. Bukit-bukit reruntuhan batu yang hancur oleh peledak menumpuk di mana-mana. Ada sekitar 5.000 orang di desa tersebut. Tambang batu pasir itu adalah satu-satunya yang menawarkan sarana penghidupan.

Baca Juga: Netanyahu Akan Tetap Serang Lebanon Meski Ada Gencatan Senjata

Setelah Radha didiagnosis terkena silikosis, para dokter menasihatinya agar berhenti bekerja di atas batu dan menjauhi debu, tapi dia tidak punya pilihan lain. Radha harus membesarkan tiga anak perempuannya yang lebih muda dan ketiga anak dari anak perempuannya yang tertua, Mamta. Putri tertuanya meninggal lima tahun yang lalu karena TBC pada usia 32 tahun.

Mamta tidak pernah bekerja di pertambangan, tapi udara di Budhpura yang sarat dengan debu tidak hanya mempengaruhi orang-orang yang bekerja di pertambangan, tapi juga mereka yang tinggal di sekitarnya.

Meski Mamta didiagnosis menderita tuberkulosis, tapi Radha yakin putrinya dibunuh oleh silikosis.

Penyakit telah membuat Radha lemah dan sakit kronis. Dia terlihat lebih tua dari usianya.

Baca Juga: Kepada Sekjen PBB, Prabowo Sampaikan Komitmen Transisi Energi Terbarukan

Sementara Hira (58), ia kehilangan suaminya yang menyerah pada silikosis dua tahun lalu. Suaminya berusia 68 tahun.

Tambang batu pasir di Negara Bagian Rajasthan, India. (Foto: Sunaina Kumar/Al Jazeera)

Hira adalah bidan di desa, tempat dia tidak dibayar apa pun. Kondisi telah memaksanya melakukan pekerjaan memecah batu, sama seperti kedua putranya. Ia menghasilkan rupee (1,5 sen) untuk per bagian.

Aturan mengenai hak-hak pekerja sering dilanggar dan undang-undang hampir tidak berlaku, karena mafia pertambangan memiliki pengaruh terhadap pihak otoritas.

Semakin banyak mereka bekerja, semakin banyak mereka peroleh hasil. Orang yang lebih muda dan lebih kuat bisa menghasilkan lebih dari 100 buah dalam sehari.

Baca Juga: Presiden Brazil: Tak Ada Perdamaian di Dunia tanpa Perdamaian di Gaza

Sejak suaminya meninggal dunia. Dia telah pergi ke pos untuk menerima 300.000 rupee (sekitar US$ 4.595) dari pemerintah negara bagian sebagai kompensasi atas kematian suaminya.

“Rajasthan termasuk yang paling parah terkena silikosis di India,” kata MK Devarajan, mantan anggota Komisi Hak Asasi Manusia Negara Bagian Rajasthan, yang membantu merumuskan kebijakan negara bagian itu tentang silikosis.

Negara bagian memiliki mekanisme bantuan moneter untuk pasien silikosis bersertifikat sejak 2013.

Pemerintah Rajasthan menyediakan kompensasi sebesar Rs 100.000 ($ 1.545) untuk orang-orang yang didiagnosis silikosis oleh dokter pemerintah. Ketika pasien “bersertifikat” seperti itu meninggal, keluarga mereka menerima Rs 300.000 (US$ 4.636).

Baca Juga: Anak-Anak Gaza yang Sakit Dirujuk ke Yordania

Namun, untuk mendapatkannya, diperlukan proses panjang yang harus dipenuhi dengan berbagai dokumen yang sulit. Itu adalah syarat yang menakutkan bagi sebagian besar pekerja dan keluarganya, karena tidak ada kontrak kerja formal dan industri ini sebagian besar tidak legal.

Pendapatan rata-rata orang yang bekerja di pertambangan sekitar Rs 350 per hari (hampir US$ 5,4).

Hira mengaku sudah delapan kali datang ke kantor administrasi dalam dua bulan terakkhir. Namun, setiap ia datang, ia harus mengajukan dokumen baru.

“Saya buta huruf dan hampir siap untuk menyerah,” katanya kepada wartawan Al Jazeera dengan air mata mengalir.

Baca Juga: Kota New Delhi Diselimuti Asap Beracun, Sekolah Diliburkan

Menurut Dr Anil Saxena, profesor obat pernafasan dan Ketua Dewan Silikosis di Rajasthan, rata-rata orang mulai terkena silikosis pada usia antara 35 sampai 45 tahun.

Janda di kelompok usia 18 sampai 60 tahun berhak mendapatkan uang pensiun sebesar 500 rupee (sedikit lebih dari US$ 7) sebulan.

Para janda dari Budhpura telah mengajukan permohonan agar tunjangan pensiunan janda ditingkatkan.

Menurut data Kampanye Perlindungan Tenaga Kerja Tambang (MLPC), sebuah LSM yang bekerja untuk hak-hak pekerja tambang di Rajasthan, ada hampir 180 janda di desa Budhpura dan sekitar 80 kasus silikosis terdeteksi di desa tersebut sejak tahun 2014.

Baca Juga: Israel Bunuh Pejabat Hezbollah Mohamad Afif

Setiap keluarga di Budhpura memiliki cerita yang sama untuk diceritakan. Kematian datang lebih awal. Lebih banyak pria yang meninggal karena silikosis.

Bila gejala awal mulai diderita seperti batuk, sesak napas, kelelahan konstan, biasanya mereka salah didiagnosis dan diobati untuk penyakit tuberkulosis.

Sebutan “desa janda” adalah bahasa umum di Negara Bagian Rajasthan. Di distrik demi distrik, desa-desa seperti itu dapat ditemukan, dengan kondisi kerja yang tidak baik dan tidak ada pekerjaan alternatif.

Negara Bagian Rajasthan memiliki cadangan batu alam tertinggi di India, termasuk cadangan marmer dan granit. Wilayah ini menghasilkan lebih dari 80 persen batu pasir India.

Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang

Menurut perkiraan, ada 2,5 juta pekerja tambang di Rajasthan dan sejumlah besar berisiko mengalami silikosis.

Rana Sengupta, Manajer MLPC mengatakan, kesadaran tentang silikosis telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir, tapi perlu dilakukan lebih banyak lagi.

“Tragedi silikosis adalah penyakit yang dapat dicegah, melalui pengeboran basah dan perlengkapan pelindung yang tepat,” kata Sengupta.

Namun, pemilik tambang di India akan menghabiskan jutaan dolar untuk membeli mesin baru, membayar kompensasi kepada pekerja atau memperbaiki kondisi kerja.

Baca Juga: Turkiye Tolak Wilayah Udaranya Dilalui Pesawat Presiden Israel

“Kami memberi masker pekerja dan helm, tapi mereka tidak bertanggung jawab atas keselamatan mereka sendiri,” kata Chote Khan, pemilik tambang batu pasir di Bhilwara. (A/RI-1/P1)

Sumber: tulisan Sunaina Kumar di Al Jazeera

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat

Rekomendasi untuk Anda