Pemotong Kepang Picu Ketakutan dan Kerusuhan di India

Gulshan (35) bersama keluarganya, korban serangan pemotongan kepang. (Foto: Baba Tamim/Al Jazeera)

Gelombang ketakutan telah mencengkeram Kashmir di India, setelah serangkaian serangan pemotongan kepang terjadi yang mengakibatkan munculnya demonstrasi di seluruh wilayah.

Sedikitnya 200 wanita di Kashmir telah melaporkan mendapat serangan oleh penyerang bertopeng dalam dua bulan terakhir.

Para wanita mengklaim bahwa penyerang menyemprotkan bahan kimia ke wajah mereka dan membuat mereka tidak sadarkan diri. Setelah terbangun, mereka menemukan rambut mereka telah dipotong.

Pada Ahad, 8 Oktober 2017, penyerang bertopeng memotong kepang wanita di Srinagar sehingga kemudian memicu unjuk rasa warga yang marah.

Gulshan, korban yang berusia 35 tahun tersebut mengatakan bahwa dia diserang setelah dia membukakan pintu bagi seseorang yang mengetuk pintu rumahnya. Saat itu suaminya yang supir becak mobil, tidak ada di rumah.

Gulshan mengatakan, salah satu penyerang bertopeng meraih rambutnya dari belakang dan menyemprotkan sesuatu ke wajahnya. Ia berteriak keras sebelum pingsan. Awalnya ia berasumsi itu suaminya, tapi ternyata bukan.

Gulshan tidak bisa menyelesaikan ceritanya kepada wartawan Al Jazeera. Dia yang duduk di tempat tidurnya, mulai menggigil di tengah isak tangisnya yang tak tertahankan.

Hussain Ahmed, seorang tetangga, adalah orang pertama yang menanggapi jeritan Gulshan. Ia mengatakan bahwa di wajah Gulshan ada cairan.

Pihak keluarga sudah berulang kali menghubungi polisi, tapi tidak ada yang menjawab panggilan mereka.

Sepekan sebelumnya, Sami Reyaz (32) dari lingkungan Baghat, Srinagar, mengalami nasib yang sama.
Saat kejadian, Reyaz sedang membuang sampah. Ada dua orang melewati gerbang utama rumahnya.

Seperti korban lainnya, Reyaz juga tidak sadarkan diri dan kepangnya kemudian dipotong.

Ketika ia terbangun, ia melihat pelaku meninggalkan jalinan kepangnya di dekat pintu masuk kemudian melarikan diri.

Kejadian pemotongan kepang pertama di Kashmir dilaporkan pada 6 September, ketika seorang mahasiswi bernama Naira Nazir diserang.

Insiden semacam itu juga telah dilaporkan terjadi di negara-negara bagian India utara, Uttar Pradesh, Punjab, Rajasthan dan Haryana, serta ibu kota, New Delhi.

Reyaz, tidak mau meninggalkan rumah sejak kepangnya dipotong orang tak dikenal pada 5 Oktober 2017. (Foto: Baba Tamim/Al Jazeera)

Awal bulan ini, seorang pejabat senior polisi mengatakan kepada media setempat bahwa dia telah mengumpulkan rincian lebih dari 1.500 insiden serangan serupa.

Kepala Polisi Daerah Kashmir SP Vaid mengatakan bahwa kasus tersebut diperlakukan sebagai sebuah kejahatan, bahkan ditawarkan hadiah sebesar US$ 9.000 untuk informasi yang mengarah ke pelaku kejahatan tersebut.

“Polisi sedang melakukan yang terbaik,” kata Vaid. “Kami telah meminta pemerintah untuk membentuk sebuah tim sehingga mereka yang mengadukan kepangnya dipotong, benar-benar dibantu. Kami akan memastikan setelah penyelidikan selesai.”

Namun, sekarang isu serangan itu telah menjadi krisis politik yang besar.

Kelompok pro-kemerdekaan Kashmir telah melakukan demonstrasi pada Senin, 9 Oktober 2017. Mereka menuding ada “tangan pemerintah” di balik peningkatan serangan tersebut.

“Pemerintah ingin menanamkan rasa takut dan mengalihkan perhatian dari isu utama yang merupakan pembunuhan tanpa henti dan pelanggaran hak asasi manusia lainnya yang dilakukan oleh pasukan India di Kashmir,” kata pemimpin pro-kemerdekaan Mirwaiz Umar Farooq.

“Setiap hari, pemberontak diidentifikasi dan dibunuh, pemuda ditangkap dengan dalih melempar batu. Mengapa pemerintah tidak dapat mengidentifikasi pelaku ini?” tambahnya.

Pemotongan kepang telah menakut-nakuti penduduk setempat di wilayah lembah subur Himalaya yang disengketakan itu. Pemberontakan melawan peraturan India dan militerisasi sejak 1989 telah menyebabkan kerusakan fisik dan mental yang besar bagi penduduk Kashmir.

India dan Pakistan masing-masing mengelola sebagian wilayah Kashmir, tapi keduanya saling mengklaim wilayah tersebut secara keseluruhan.

Hampir 70.000 orang terbunuh dalam pemberontakan-pemberontakan dan tindakan militer India.

Sebanyak 10.000 orang lainnya telah dinyatakan hilang, sebagian besar berada dalam tahanan pasukan pemerintah, meninggalkan anak yatim dan janda.

Ketakutan di kalangan penduduk setempat akibat isu pemotongan kepang telah membuat sejumlah orang tak bersalah menjadi korban kemarahan publik.

Di distrik Baramulla, utara Kashmir, penduduk setempat memukuli seorang pemuda yang pergi menemui pacarnya. Di kota Srinagar, dua wanita yang mendatangi pernikahan tanpa diundang dituduh memotong kepang lalu diserang oleh tuan rumah dan tamu.

Bulan lalu, orang-orang di distrik Kulgam selatan mengklaim telah menangkap pemotong kepang yang diselamatkan oleh tentara India, sehingga menimbulkan ketegangan baru.

Awal bulan Oktober 2017, seorang pria berusia 70 tahun yang pergi keluar di malam hari, disalahartikan sebagai pemotong kepang oleh tetangganya sehingga ia dibunuh.

Pada Ahad, 8 Oktober, polisi merilis gambar enam backpacker – tiga orang Australia, seorang Korea Selatan, Irlandia dan Inggris – yang kehilangan arah dan tersesat melakukan perjalanan di Srinagar. Mereka dikepung warga, tapi beberapa warga mencoba menyelamatkan mereka dengan memanggil polisi. Polisi harus berupaya keras memahamkan warga sehingga kelompok turis itu bisa diamankan. (A/RI-1/RS2)

Sumber: tulisan Baba Tamim di Al Jaseera

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.