Laporan PBB: Lebih 85 Persen Keluarga Indonesia Terima Bantuan COVID-19

Jakarta, MINA – Lebih dari 85 persen rumah tangga yang disurvei di Indonesia telah menerima sedikitnya satu bentuk bantuan sosial pemerintah dari Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), menurut survei nasional yang diterbitkan Kamis (4/3).

Survei oleh lembaga PBB untuk Anak-Anak (United Nations Children’s Fund/UNICEF), Program Pembangunan PBB (United Nations Development Program/UNDP), Australia-Indonesia Partnership for Economic Development (PROSPERA), dan SMERU Research Institute melibatkan wawancara tatap muka dengan lebih dari 12.000 rumah tangga di 34 provinsi, menjadikannya survei terbesar tentang dampak COVID-19.

Laporan yang berjudul “Dampak Sosial dan Ekonomi Covid-19 pada Rumah Tangga dan Rekomendasi Kebijakan Strategis untuk Indonesia”, mengungkap hasil survei tersebut.

Laporan ini meninjau dampak pandemi pada pekerjaan, usaha kecil, ketahanan pangan, akses ke perawatan kesehatan, pendidikan dan jaring pengaman sosial.

Laporan tersebut juga memberikan perhatian khusus pada rumah tangga dengan anak, perempuan, dan kelompok rentan, termasuk penyandang disabilitas.

“Situasi luar biasa ini membutuhkan kebijakan luar biasa,” kata Suahasil Nazara, Wakil Menteri Keuangan Republik Indonesia dalam sambutan pembukaannya.

Ke depan, lanjut dia, Kemenkeu RI akan berfokus kepada kebijakan yang bersifat game changer untuk melawan dampak ekonomi dari pandemi yaitu pertama intervensi kesehatan yang efektif untuk vaksinasi 185 juta orang, kedua pemulihan ekonomi melalui program perlindungan sosial dan keberlanjutan usaha, dan ketiga reformasi struktural untuk bertahan dan keluar dari pandemi ini.

“Pandemi COVID-19 telah menimbulkan tantangan keamanan manusia. Pemerintah dan mitranya harus menanganinya dan memastikan tidak seorangpun tertinggal. Dengan pendekatan human security, kita harus melindungi individu, terutama yang berada dalam kelompok rentan, dan memberdayakan mereka,” ujar Suahasil dalam sambutannya.

Hasil survei tersebut menunjukkan setengah (50,8%) dari rumah tangga di Indonesia telah menerima bantuan tunai.

Sebagian besar penerima bantuan adalah rumah tangga termiskin: 90% menerima setidaknya satu bentuk bantuan (tunai dan/atau non-tunai) dan 62% menerima bantuan tunai. Hampir tiga perempat rumah tangga (74,3 persen) berpenghasilan lebih rendah daripada pada Januari 2020.

Keluarga dengan anak-anak (75,3 persen) dan mereka yang tinggal di daerah perkotaan (78,3 persen) mengalami kehilangan pendapatan yang lebih besar.

Selain itu, 12,6 persen keluarga yang disurvei mengalami kesulitan keuangan untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga mereka.

Masyarakat miskin dan kelompok berpenghasilan menengah yang menjadi rentan karena keterpurukan ekonomi membutuhkan bantuan sosial lebih lanjut.

Di Indonesia, Jepang telah memberikan bantuan teknis kepada sektor kesehatan, dan menyediakan perlengkapan medis seperti ventilator, APD dan alat tes PCR, baik secara bilateral maupun melalui organisasi internasional, termasuk UNDP dan UNICEF.

Jepang juga akan berkontribusi kepada UNDP untuk digitalisasi sistem kesehatan di Indonesia, termasuk sistem informasi data vaksinasi COVID-19,” kata Kanasugi Kenji, Duta Besar Jepang untuk Indonesia.

Sementara Alison Duncan, Minister-Counselor (Economic, Infrastructure & Investment) untuk Kedutaan Besar Australia di Jakarta, menjelaskan, Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia (DFAT) telah menyesuaikan kembali kemitraan pembangunannya untuk bekerja dengan Indonesia guna menanggapi tantangan yang ditimbulkan pandemi.

Dia juga mengatakan, program tata kelola ekonomi PROSPERA bekerja sama dengan pemerintah Indonesia untuk mendorong lembaga dan kebijakan ekonomi yang lebih efektif yang berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi yang kuat, berkelanjutan, dan inklusif yang peka terhadap kebutuhan perempuan dan kelompok rentan.

“Kami senang laporan ini dapat memberi masukan kepada pemerintah tentang dampak COVID-19 dan mendukung kebijakan untuk melindungi rumah tangga di seluruh Indonesia,” kata Duncan.

Studi ini menyoroti dampak ekonomi pada yang termiskin dan paling rentan, termasuk anak-anak, yang dalam banyak kasus paling terdampak pandemi.

“Pada 2021 dan seterusnya, kita harus terus menggunakan strategi yang sama untuk cakupan perlindungan sosial dan bantuan tunai bagi mereka yang paling membutuhkan,” kata Representative UNICEF Debora Comini.

“Gabungan semua langkah kebijakan pada saat yang genting ini dapat membantu mencegah lonjakan kemiskinan anak yang ekstrem,” tambahnya.

Laporan tersebut menegaskan sekali lagi bahwa COVID-19 memiliki dampak terbesar pada kelompok paling rentan di Indonesia.

Pandemi ini berisiko menyebabkan kemunduran terhadap kemajuan yang telah dicapai Indonesia menuju pengentasan kemiskinan dan pembangunan manusia.

Norimasa Shimomura, Resident Representative UNDP Indonesia menyatakan, survei ini menunjukkan kerentanan signifikan yang dihadapi masyarakat di seluruh Indonesia saat ini.

“Sekarang adalah saatnya bagi pemerintah, masyarakat madani, sektor swasta, dan komunitas internasional untuk bekerja sama lebih erat, membangun kembali dengan lebih baik, mengembangkan kebijakan dan sistem, dan meningkatkan kesiapsiagaan Indonesia terhadap krisis di masa depan – dengan memastikan tidak seorangpun tertinggal,” kata Norimasa.

Wakil Direktur SMERU Research Institute Athia Yumna mengatakan, studi komprehensif ini menggambarkan kondisi sosial ekonomi rumah tangga di tengah pandemi COVID-19.

Dia menemukan bahwa sebagian besar rumah tangga mengalami guncangan ekonomi yang signifikan, kelompok rentan mengalami gangguan dalam mengakses layanan kesehatan, kelompok lansia dan anak menghadapi tantangan dalam pembelajaran jarak jauh, dan perempuan harus mengambil lebih banyak tanggung jawab karena penutupan sekolah.

“Berdasarkan temuan kami menyarankan peningkatan bantuan pemerintah lebih lanjut untuk melindungi kelompok rentan selama masa sulit ini,” kata Athia.(R/R1/P1)

 

Mi’raj News Agency (MINA)