Lirik Religi Lagu Pop Indonesia

Oleh: Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Kantor Berita Islam MINA (Mi’raj Islamic News Agency)

Era tahun 1980-1990-an belantara musik penuh dengan lagu-lagu bernuansa religi. Sebut saja beberapa lirik lagu Rhoma Irama, Bimbo, Ebiet G. Ade, dan lainnya. Di samping beberapa lagu dari kelompok nasyid semacam Nasyidaria, Nida Ria, dan lainnya.

Lalu periode 2000-an muncul para munsyid dari negeri jiran semacam Raihan, Saudjana dan Hijaz.  Dan masa 2010-an ada Sulis dan Hadad Alwi dengan Cinta Rasulnya, Mahir Zein dengan Insya Allah, dan Tombo Ati Opick.

Di tahun 2015-2016 muncul lagi lirik-lirik lagu religi. Namun kali ini dinyanyikan oleh penyanyi lagu-lagu pop yang digandrungi anak-anak muda. Sebut saja: Pasha Ungu, Charlie Van Houten (ST 12 dan Setia), Wali Band dan Afghan.

Dalam pengantar Songlagu disebutkan, munculnya lagu-lagu bertemakan religi tentu selalu menjadi lagu yang berkesan dan membuat pikiran lebih tenang menikmatinya. Apalagi itu dinyanyikan oleh penyanyi pop yang sudah sangat dikenal, terutama generasi muda. Ini tentu dapat menjembatani penggemar lagu pop anak muda, untuk mengisinya dengan tema-tema religi.

Bahkan tercatat ada lebih dari 100 judul lagu bertemakan religi yang dinyanyikan oleh artis pop papan atas Indonesia tersebut. Di samping beberapa nama pelantun lagu pendatang baru, sebut saja: Fatin Sidqia Lubis, D’Masiv, Cakra Khan, Nidji, Noura, Rossa, dsb.

Beberapa lirik lagu religi itu seperti ketika Ryan D’Masiv melantunkan tembang Jangan Menyerah. Ada nada-nada motivasi dalam suara parau mengharu : “Tak ada manusiaYang terlahir sempurna. Jangan kau sesali. Segala yang telah terjadi. Kita pasti pernah. Dapatkan cobaan yang berat. Seakan hidup ini. Tak ada artinya lagi. Syukuri apa yang ada. Hidup adalah anugerah. Tetap jalani hidup ini. Melakukan yang terbaik…..”
Lalu ditutup dengan : “Tuhan pasti kan menunjukkan. Kebesaran dan kuasanya. Bagi hambanya yang sabar. Dan tak kenal putus asa. Jangan menyerah…..”.

Pasha Ungu dengan nada tinggi pun seakan sedang mengoreksi diri ketika dalam Andai Ku Tahu, merangkai dawai, “Andai ku tahu. Kapan tiba ajalku. Ku akan memohon. Tuhan tolong panjangkan umurku. Andai ku tahu. Kapan tiba masaku. Ku akan memohon. Tuhan jangan kau ambil nyawaku”.

Ketakutan manusia biasa, dirangkai dalam lirik puitis, “Aku takut. Akan semua dosa-dosaku. Aku takut. Dosa yang terus membayangiku. Andai ku tahu. Malaikat-Mu kan menjemputku. Izinkan aku. Mengucap kata taubat padamu….”.

Senada dengan bait Abu Nawas dalam “ilahi lastulil firdausi ahla”, Pasha pun bergumam, “Aku manusia. Yang takut neraka. Namun aku juga. Tak pantas di surga…..”.

Lagu-lagu berirama gembira macam Wali Band, yang digawangi anak-anak alumni Pesantren. Termasuk Tomy penabuh drum, adalah alumni Pesantren Al-Fatah Muhajirun, Natar, Lampung Selatan. Pun merilis lagu Tomat (Tobat Maksiat).

Terdengar sederhana, ngepop, tapi bernada menyentil nasihat kalangan muda, “Dengarlah hai sobat. Saat kau maksiat, dan kau bayangkan ajal mendekat. Apa kan kau buat. Kau takkan selamat. Pasti dirimu habis dan tamat”.

Lalu, masih dalam sapaan, “Bukan ku sok taat. Sebelum terlambat. Ayo sama-sama kita taubat. Dunia sesaat. Awas kau tersesat. Ingatlah masih ada akhirat. Astafighrullahal’adzim….”.

Charlie van Houten dalam ST12, yang nada cengkoknya meliuk bak penyanyi khas Malaysia plus dangdut Nusantara, pun tak kuasa haru ketika mendendangkan Kebesaran-Mu.

Ia mengawali dengan, “Kau tempatku mengadu hati. Pemberi segala hidup. Dunia dan seisinya milik-Mu. Mencintai-Mu sejati. Ku manusia yang penuh dosa. Berharap ampunan-Mu. Lihat di langit kesempurnaan hadir-Mu. Kau cinta pertama dalam hidup”.

Dalam gubahan Reff-na pun, ia brkata, ”Allahu Akbar Maha besar. Memuja-Mu begitu indah. Selalu Kau berikan semua. Kebesaran-Mu Tuhan”.

Afghan yang banyak digemari kaum Hawa, pun harus Pada-Mu Bersujud. Katanya, “Ku menatap dalam kelam. Tiada yang bisa ku lihat. Selain hanya nama-Mu Ya Allah. Esok ataukah nanti. Ampuni semua salahku. Lindungi aku dari segala fitnah”.

Dalam nada reff-nya, Afghan pun mengharu biru, dengan suara lembut dan lesung pipinya dan khas kacamatanya, berujar, ”Kau tempatku meminta. Kau beriku bahagia. Jadikan aku selamanya. hamba-Mu yang slalu bertakwa. Ampuniku Ya Allah. Yang sering melupakan-Mu. Saat Kau limpahkan karunia-Mu. dalam sunyi aku bersujud…..”.

Setia Band yang dimotori Charlie pun begitu mengakui pentingnya Sholat Malam. Hingga ia pun sambil bersenandung menegur, “Jika malam kamu tak bisa tidur. Ambil wudhu ayo tunaikan sholat. Bersujud sambil kita berdoa. Insya-Allah hidup damai dan sentosa. Jika pikiran kita sedang bingung. Yakinkan untuk minta pada Allah. Memohon petunjuk jalan yang benar. Insya-Allah hidup tenang bahagia”.

Buat pemuda, ibu bapak da gadis, Charlie pun menyapa, “Para pemuda yang susah cari kerja. Ibu bapak yang punya anak lima. Para gadis yang susah cari jodoh. Ayo kau lakukan itu. Mari kita sama-sama berdoa. Mari kita sama-sama memohon. Dekatkan hati kita dengan Tuhan. Insya-Allah masuk surga…..”.

Masih banyak lagi tema-tema riligi dalam nada lagu pop Indonesia, yang paling tidak memberi warna nasihat tak terasa dan masukan bermakna. Ini terutama buat generasi muda pop Indonesia.

Penulis sendiri bukan pecandu lagu pop, dangdut, nasyid atau apalah itu. Hanya sesekali menyimak liriknya yang sesuai. Berarti memang sejatinya mereka memerlukan arti Kebesaran Allah, pentingnya bersujud kepada Sang Maha Kuasa, agar hidup tidak mudah menyerah begitu saja. Semoga saja ya. (P4/R01)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.