Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

MA’HAD AL-FATAH LAMPUNG LEPAS 113 SANTRI ALIYAH

Nur Hadis - Senin, 20 April 2015 - 15:36 WIB

Senin, 20 April 2015 - 15:36 WIB

919 Views

Imaamul Muslimin KH. Yakhsyallah Mansur selaku Pembina Utama Ma'had Al-Fatah saat melepas santri Al-Fatah angkatan 21 di Ma'had Al-Fatah Lampung, Ahad, (19/4). Photo : Faqih/MINA.
Imaamul Muslimin KH. Yakhsyallah Mansur selaku Pembina Utama Ma'had Al-Fatah saat melepas santri Al-Fatah angkatan 21 di Ma'had Al-Fatah Lampung, Ahad, (19/4). Photo : Faqih/MINA.
Imaamul Muslimin KH. Yakhsyallah Mansur selaku Pembina Utama Ma'had Al-Fatah saat melepas santri Al-Fatah angkatan 21 di Ma'had Al-Fatah Lampung, Ahad, (19/4). Photo : Faqih/MINA.

Imaamul Muslimin KH. Yakhsyallah Mansur selaku Pembina Utama Ma’had Al-Fatah saat melepas santri Al-Fatah angkatan 21 di Ma’had Al-Fatah Lampung, Ahad, (19/4). Photo : Faqih/MINA.

Bandar Lampung, 2 Rajab 1436/20 April 2015 (MINA) – Ma’had Al-Fatah Lampung menggelar acara Haflah Tasyakur (perpisahan) santri Madrasah Aliyah (MA) angkatan ke 21 di Komplek Ma’had Al-Fatah, Muhajirun, Negararatu, Natar, Lampung Selatan, Ahad, (19/4).

Acara pengelepasan dilakukan oleh Pembina Utama Ma’had Al-Fatah, Imaamul Muslimin, KH. Yakhsyallah Mansur, MA. Dilepas sejumlah 113 santri yang terdiri dari 45 santri laki-laki, dan 68 santri perempuan, yang semuanya  hadir pada acara itu.

Dalam tausiyahnya, Yakhsyallah berharap sebagaimana harapan Nabi Dzakari agar para santri selepas kelulusan ini bisa mengembangkan ilmu pengetahuan yang selama ini didapatkan selama di Al-Fatah.

“Kegelisahan Nabi Dzakaria yang diabadikan pada surat Maryam adalah kekhawatiran, tidak bisa mewariskan sesuatu pada keturunannya, para ahli tafsir memaknai waris ini adalah mewarisi ilmu pengetahuan,“ ujarnya.

Baca Juga: Tiba di Inggris, Presiden Prabowo Hadiri Undangan Raja Charles III

Yakhsyallah juga berpesan agar alumni tidak mencoreng nama baik almamater dengan perbuatan-perbuatan di luar syariat.

Dia menutup tausiyahnya dengan harapan, alumni menjadi generasi yang memuaskan Allah, memuaskan seluruh umat manusia terutama bangsa Indonesia yang sedang membangun ini.

“Mudah-mudahan Allah meridhoi kalian dalam menemukan jalan yang diridhoi menuju lautan kehidupan yang luas, dengan ucapan bismillah berangkat dan berlabuhnya kapal kalian, saya lepas untuk menuju lautan kehidupan yang memang tidak mudah, percayalah imaam berdoa untuk kalian dan di relung hati ini untuk kalian, “ tutupnya.

Sementara Amir Majelis Tarbiyah Pusat Jama’ah Muslimin (Hizbullah) , Ahmad Zubaidi dalam sambutannya juga mengharapkan peran orang tua santri dalam mendidik generasi pejuang.

Baca Juga: Syubban Jambi Kibarkan Bendera Palestina di Puncak Gunung Dempo

“Anak kita akan menjadi satu di antara dua pilihan, anak biologis dan anak pejuang. Untuk menjadi anak pejuang, basisnya adalah keluarga, sedini mungkin menumbuhkan ke dalam jiwa anak kesadaran sebagai anak pejuang dibekali akidah yang benar, ibadah yang sempurna, akhlak yang terpuji, “ ujarnya.

Dengan usaha yang sungguh-sungguh dan memohon pertolongan Allah, penerus kita akan sanggup menjadi penerus dan pewaris perjuangan para nabi, tegasnya.

Ma’had Al-Fatah Muhajirun Lampung adalah pusat pendidikan Islam dan dinamika kehidupan Ahlu Shuffah (santri) yang menyatu dengan masyarakat, lahir tahun 1976. Pesantren ini, terletak di Kampung Muhajirun, Desa Negararatu, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung, Indonesia. Berjarak ± 7 km dari Bandara Raden Intan, ± 125 km dari pelabuhan Bakauheni, dan ± 15 km dari Terminal Bus Rajabasa Bandar Lampung.

Berangkat dari visi dan cita-cita para tokoh perintisnya yang memilih hijrah kepada  Islam yang Kaffah (Sempurna) sebagaimana perwujudan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wasallam dan Khulafau ar-Rasyiddin, Pondok Pesantren Islam Shuffah Hizbullah menyelenggarakan program pendidikan dalam rangka mempersiapkan generasi pelanjut amanah risalah Islam bagi kemakmuran seluruh alam.

Baca Juga: Ulama Palestina: Ujian Pertama untuk Bebaskan Al-Aqsa adalah Shubuh Berjamaah

Pada mulanya, bentuk pendidikan menerapkan pengajaran salafilah yang bersifat tradisional dengan masjid sebagai pusat kegiatannya. Lalu, pada tahun 1986 diterapkan pengajaran klasikal program 5 tahun dengan nama “Al-Wustho” dan madrasah sebagai tempat kegiatan belajar mengajar.

Kemudian pada tahun 1993, atas tuntutan dan usulan masyarakat sesuai perubahan dan perkembangan dunia pendidikan yang menuntut adanya penyesuaian sistem pengelolaan, maka dilakukan evaluasi dan langkah-langkah penyempurnaan status lembaga dari pesantren tradisional ke pesantren modern. Keberadaan pesantren pun didaftarkan di Kementrian Agama RI sehingga formal dan dapat mengeluarkan  ijazah untuk para lulusannya, mengingat sebelumnya lulusan Al-Wustho tidak memiliki ijazah sehingga kesulitan jika meneruskan jenjang lebih tinggi. Sejak itulah, Pondok Pesantren Islam Shuffah Hizbullah melengkapi namanya menjadi Pondok Pesantren Shuffah Hizbullah dan Madrasah Al-Fatah.

Untuk lebih memperkuat sisi keislaman di pesantren itu mulai tahun 2004 di buka program Halaqoh Diniyah dengan tujuan mencetak lulusan yang spesialis di bidang ilmu-ilmu keislaman.

Selanjutnya mulai tahun 2005 dilaksanakan program khusus Tahfidz Al-Qur’an yang bertujuan untuk mencetak lulusan yang selain Hafal Al-Qur’an 30 Juz juga mampu mengamalkan kandungannya serta mengajarkan Al-Qur’an.

Baca Juga: UAR Korwil NTT Ikuti Pelatihan Water Rescue

Lalu, sejak tahun 2010 dibuka Lembaga Bahasa A-Fatah yang bertujuan untuk mencetak lulusan yang selain memahami Islam dan Teknologi juga memiliki kemampuan lebih di bidang Bahasa Arab dan Inggris.(L/K08/P2)

Rekomendasi untuk Anda

Tausiyah
Pendidikan dan IPTEK
Indonesia
Indonesia
Palestina
Indonesia