Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mahasiswa UGM Kembangkan Lampu Tanpa Listrik dari Kaleng Bekas

Fauziah Al Hakim - Rabu, 12 Juli 2017 - 19:53 WIB

Rabu, 12 Juli 2017 - 19:53 WIB

207 Views ㅤ

Yogyakarta, 18 Syawwal 1438/12 Juli 2017 (MINA) – Empat mahasiswa Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada (UGM), berhasil mengembangkan lampu ramah lingkungan. Lampu tersebut dibuat dengan memanfaatkan kaleng bekas dan cahaya matahari sebagai sumber cahaya.

Mereka adalah Aditya Ramdhona, Anggraini Puspitasari, Nesditira Sunu S dan Satrio Bayu Aji yang berhasil mengembangkan lampu tanpa listrik yang diberi nama Slocan (Solar in a Can).

“Inovasi ini bermula dari keprihatinan kami terhadap banyaknya sampah kaleng yang dijumpai di Indonesia. Kondisi ini mendorong kami mencari solusi untuk memanfaatkan limbah kaleng bekas menjadi barang yang bernilai guna,” ujar Ketua Tim PKM Solacan, Aditya Ramdhona, Rabu (12/7). Demikian keterangan pers UGM yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).

Di sisi lain juga melihat konsumsi listrik khususnya penggunaan lampu yang cukup banyak di siang hari. Padahal, potensi sinar matahari di luar ruangan jumlahnya tak terbatas. Berangkat dari kondisi ini keempat mahasiswa ini mengembangkan Slocan yang berhasil mendapatkan dana hibah dari Dirjen DIKTI melalui Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) 2017.

Baca Juga: Wamenag Sampaikan Komitmen Tingkatkan Kesejahteraan Guru dan Perbaiki Infrastruktur Pendidikan 

“Masih banyak terjadi pemborosan energi dengan penggunaan lampu di siang hari baik di perkantoran maupun rumah. Sementara potensi sinar matahari di luar ruangan jumlahnya tidak terbatas,” ungkapnya.

Aditya menyampaikan, kondisi ini banyak terjadi akibat akses cahaya matahari masuk ke dalam ruangan sangat terbatas. Dengan begitu, ruang akan menjadi gelap apabila lampu tidak dihidupkan meskipun pada siang hari.

“Solacan ini hadir untuk mengatasi persoalan tersebut,” tuturnya.

Cara kerja alat ini cukup sederhana. Kaleng bekas digunakan untuk meneruskan cahaya matahari yang berada di luar ruang agar bisa masuk ke dalam ruangan.  Pertama, cahaya dikumpulkan oleh light collector yang berbentuk cembung. Kemudian, cahaya tersebut diteruskan ke tabung dan dipantulkan sehingga menuju ujung Solacan dan light diffuser akan menyebarkan cahaya ke seluruh ruangan.

Baca Juga: Hari Guru, Kemenag Upayakan Sertifikasi Guru Tuntas dalam Dua Tahun

“Prinsip kerjanya dengan pemantulan cahaya,” ungkapnya.

Sementara itu, Sunu menambahkan, lampu tanpa listrik ini tidak hanya mampu menghemat penggunaan energi listrik. Namun, dengan pencahayaan alami  melalui Solacan juga dapat menimbulkan efek fisiologis yang positif untuk kesehatan manusia.

“Selain itu, juga dapat mengurangi pencemaran lingkungan,” ujarnya.

Tidak hanya itu, pemanfaatan kaleng bekas menjadi Solacan ini juga dapat meningkatkan nilai ekonomis limbah kaleng bekas. Produk ini dapat dikembangkan secara massal oleh masyarakat termasuk pemulung sehingga dapat meningkatkan pendapatan keluarga.

Baca Juga: Program 100 Hari Kerja, Menteri Abdul Mu’ti Prioritaskan Kenaikan Gaji, Kesejahteraan Guru

Mereka berharap Solacan ini dapat dimanfaatkan secara luas untuk kepentingan masyarakat Indonesia. (T/R05/P2)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

 

Baca Juga: Delegasi Indonesia Raih Peringkat III MTQ Internasional di Malaysia

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
Indonesia
Indonesia
Indonesia