Malaikat dan Burung dari Amerika untuk Orang Gaza

Razan Al-Najjar (tengah) sedang menangani korban luka demonstran perbatasan Gaza, 1 April 2018. (Foto: Ashraf Amra/APA Images)

 adalah direktur program Palestina-Israel untuk American Friends Service Committee di Chicago dan wakil ketua kampanye “No Way to Treat a Child”.

Suatu hari pada awal Maret, ia membeli sebuah boneka malaikat di toko seni dan kerajinan di New Mexico, negara bagian selatan Amerika Serikat.

Saat mendaftarkan barang-barang belanjaannya di kasir, ia berbincang dengan penjaga toko yang adalah seorang wanita tua.

“Saya ingin tahu apakah Anda tertarik, mengapa saya membeli malaikat ini hari ini,” tanya Jennifer. “Saya membelinya untuk seorang teman yang pernah bepergian dengan saya selama beberapa pekan terakhir yang berasal dari Gaza.”

Wanita tua itu terlihat tertarik, jadi Jennifer melanjutkan.

“Teman saya Ahmed adalah seseorang yang menginspirasi orang-orang untuk berbaris tanpa kekerasan ke pagar perbatasan di Gaza. Dia ada di sini pada turnya dan berbicara di AS. Apakah Anda menonton acara Democracy Now!?”

“Ya,” jawabnya. “Saya selalu mencari media alternatif. Amy Goodman hebat. Sedih apa yang terjadi antara Palestina dan Israel.”

“Yah, teman saya diwawancarai oleh Amy Goodman di New York pekan lalu. Dia berbagi cerita tentang mengapa ribuan orang Palestina di Gaza berbaris ke pagar setiap pekan. Salah satu kisahnya adalah tentang seorang wanita para medis muda bernama . Pernahkah Anda mendengar ceritanya?”

“Tidak, saya tidak pernah mendengarnya,” jawab penjaga toko. “Saya sebenarnya tidak berpikir saya pernah mendengar cerita dari orang-orang di Gaza.”

Jennifer lalu menjelaskan bahwa Razan adalah seorang gadis sukarelawan medis berusia 21 tahun, yang membantu merawat korban luka-luka yang sering ditembak oleh penembak jitu Israel ketika mereka melakukan protes setiap pekan di pagar perbatasan.

Menurut Ahmed, Razan berasal dari keluarga miskin dan mengabdi untuk melayani orang lain. Ahmed pernah bertemu dengan keluarga Razan.

Namun, Razan terbunuh oleh penembak jitu Israel tahun lalu ketika dia membantu merawat korban terluka dalam protes itu. Dia mengenakan mantel medis putihnya ketika dia ditembak.

Razan adalah satu dari sekitar 260 warga Palestina di Gaza yang telah terbunuh oleh tentara Israel selama setahun terakhir, hampir 200 di antaranya tidak bersenjata ketika ditembak.

Lebih dari 29.000 orang telah terluka selama demonstrasi yang dimulai 30 Maret 2018 lalu, sekitar 7.000 terluka oleh tembakan langsung.

 

Malaikat untuk dibawa kembali ke Gaza

Simbol burung untuk Ahmed dari penjaga toko kesenian di New Mexico, Amerika Serikat. (Foto: Jennifer Bing)

Ahmed berbicara tentang Razan ketika dia berbicara kepada audiens di AS. Dia sering menyebutnya sebagai “malaikat”.

“Saya ingin memberikan malaikat ini kepada Ahmed untuk dibawa pulang ke Gaza untuk diberikan kepada ibunya Razan. Hanya supaya dia tahu bahwa orang-orang di AS telah mendengar kisah putrinya,” kata Jennifer.

“Kenapa kami tidak mendengar cerita ini? Maksud saya, saya tidak tahu bahwa orang Palestina telah melakukan protes di pagar selama setahun. Saya kira kondisinya sangat sulit. Bisakah Anda memberi tahu saya lebih banyak?” ujar penjaga toko.

Jennifer lalu memberinya cerita versi singkat dari pesan-pesan yang telah dibagikan Ahmed dalam tur ceramahnya, tentang kehidupan sehari-hari di Gaza yang dihabiskan tanpa listrik, tanpa akses ke perawatan medis yang layak, tanpa air bersih, tanpa pekerjaan, tanpa kemampuan untuk bepergian. Ahmed mengingatkan para hadirin yang mendengar ceritanya bahwa orang Palestina menginginkan kehidupan yang bermartabat.

Mayoritas warga Palestina di Gaza adalah pengungsi dan tinggal hanya bermil-mil dari rumah asli mereka di sisi lain pagar perbatasan Israel yang wilayahnya diduduki Israel. Mereka ingin kembali. Protes mereka selama setahun yang disebut Great March of Return adalah seruan dari sebidang kecil tanah yang telah menjadi penjara bagi dua juta orang karena 12 tahun diblokade Israel.

 

Keajaiban

“Sungguh ajaib bahwa Ahmed bisa datang ke AS,” kata Jennifer. “Kami butuh enam bulan untuk merencanakan perjalanannya dan sampai dia tiba. Saya benar-benar tidak yakin dia akan berhasil. Sangat sulit bagi orang untuk melakukan perjalanan ke dan dari Gaza. Jika seseorang beruntung pergi, terkadang sulit untuk pulang. Ahmed memiliki empat anak kecil dan seorang istri yang ia rindukan setiap hari. Tapi dia berkomitmen untuk menjangkau Amerika dengan kisah Palestina dari Gaza.”

“Temanku Ahmed sering berbicara tentang burung,” kata Jennifer sambil membungkus burung seni rakyat yang dibeli sebagai hadiah perpisahan untuk Ahmed. “Dia adalah pencinta alam dan sering melihat bagaimana burung-burung terbang bebas di Gaza. Dia bertanya kepada hadirin di AS, mengapa orang Palestina di Gaza tidak bebas bergerak seperti burung? Saya tidak bisa melihat burung sekarang tanpa memikirkan bagaimana mereka sangat berarti baginya.”

Penjaga toko bangkit dari balik mejanya. “Ya, kami punya banyak burung di toko ini. Biarkan saya memberi Anda beberapa untuk diberikan kepada Ahmed sebagai hadiah dari saya. Saya ingin dia tahu bahwa orang Amerika seperti saya ingin dia terbang bebas seperti burung.”

Kedua wanita itu kemudian kembali ke dalam toko, mengumpulkan pernak-pernik yang mungkin disukai Ahmed dan anak-anaknya, seperti sekotak boneka worry dolls, lonceng berbentuk hati, seekor burung dengan kata-kata Spanyol Te Quiero berarti “aku mencintaimu”, dua burung tanah liat kecil yang dibuat di pueblo terdekat.

Ketika wanita tua penjaga toko membungkus kado-kado kecil itu, Jennifer berkata kepadanya bahwa dia bisa mengetahui lebih banyak di situs web miliknya, GazaUnlocked.org, dan menonton Democracy Now! pada kesempatan wawancara Ahmed.

Jennifer mengucapkan terima kasih atas kebaikannya dan meluangkan waktu untuk mendengar cerita tentang Gaza.

“Saya sangat senang Anda membuka percakapan tentang malaikat,” kata penjaga toko. “Saya akan mengingat pertemuan ini selama bertahun-tahun yang akan datang.”

“Saya juga akan mengingatnya,” jawab Jennifer. (AT/RI-1/P1)

Sumber: The Electronic Intifada   

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Rudi Hendrik

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.