Prof. Aysen Gurcan : Al-Aqsha Tak Ternilai Harganya

Istanbul, 23 Rajab 1437/1 Mei 2016 (MINA) – Mantan Menteri Sosial dan Kebijakan Keluarga Turki, Prof Aysen Gürcan mengatakan dalam penutupan Konferensi Nisaa’ul Aqsha di Istanbul, Turki, Sabtu (30/4), bahwa Masjid Al-Aqsha merupakan hak umat Islam yang tak ternilai harganya.

Aysen Gürcan  di depan sekitar 350 peserta dari berbagai negara dalam pertemuan bertema “Kaum Muslimah Penjaga Al-Aqsha Demi Kehormatan Umat” mengatakan pernah berkunjung ke Masjid Al-Aqsha dan merasakan betapa berharganya tempat itu bagi umat Islam.

“Ketika saya berkunjung dan melihat langsung ke dalam Masjid Al-Aqsa, saya merasa bahwa ayat-ayat al-Qur’an sedang turun di antara pohon-pohon zaitun, dan tidak mungkin bagi siapapun untuk mengetahui betapa berharganya nilai tempat itu, kecuali jika ia melihatnya langsung dengan mata kepala sendiri,” ujarnya, Abarah Press melaporkan.

Baca Juga:  Serangan Udara Israel Jatuh dekat Guest House MER-C di Gaza

Dia menambahkan bahwa Al-Aqsa adalah tempat di mana ia memanggil  seluruh kaum Muslimin, termasuk Muslimat, ada nuansa semangat saat di sana, tempat yang sebenarnya mempertemukan semua agama.

Salah seorang panitia konperensi, Mohammed Arif, mengatakan, semua peserta konferensi memberikan berkontribusi yang besar dalam mencapai dukungan terhadap pembebasan Masjid Al-Aqsha.

Dia menambahkan, “Masjid Al-Aqsha tidak seperti tempat lainnya, tempatnya penuh debu, dan untuk itu diperlukan perhatian mendalam dari para pemimpin umat Islam, seperti dicontohkan Sultan Turki Utsmaniyah, Abdul Hamid II, ketika mempertahankan Palestina dari tawaran Zionis”.

Perhatian serupa juga mesti ditujukan pada Jalur Gaza hingga terbukanya blockade dari Zionis Israel, paparnya.

Nisaa’ul Aqsha dirintis sejak tahun 2013, dan tahun ini merupakan pertemuan internasional kedua, bertujuan untuk memajukan peran kaum Muslimah dalam menjaga identitas Islam di kawasan Al-Aqsha.

Baca Juga:  Empat Warga Palestina Syahid Akibat Serangan Udara Israel

Para peserta utusan dari pemerintah maupun Lembaga Swadaya Masyarakat, datang dari berbagai negeri Muslim, seperti: dari Aljazair, Arab Saudi, Bahrain, Indonesia, Kuwait, Malaysia, Mesir, Palestina, Qatar, Sudan, Suriah, Thailand, Tunisia, Turki, Yordania, dan Yaman.

Utusan Jama’ah Muslimin (Hizbullah)

Salahsatu peserta konferensi “Nisaa’ul Aqsha” adalah Ustadzah Maghfirah, delegasi dari Jama’ah Muslimin (Hizbullah), wadah kesatuan umat Islam, yang berpusat di Pondok Pesantren Al-Fatah Cileungsi, Bogor, Jawa Barat.

Jama’ah Muslimin (Hizbullah) aktif menggalang solidaritas dan kekuatan dunia Islam dalam pembebasan Al-Aqsha dan kemerdekaan Palestina, terutama sejak peluncuran Ghazwah Fath Al-Aqsha (Perang Pembebasan Al-Aqsha) tahun 2006.

Maghfirah, seperti dilaporkan suaminya, Wahyudi KS, yang mendampinginya selama di Turki, pada kesempatan konferensi menyerahkan dan membagi-bagikan makalah Kesatuan Umat Islam yang Rahmatan Lil ‘Alamin.

Baca Juga:  Hamas: Agresi Zionis telah Membunuh 70 Persen Sandera Israel

Pada sessi shalat Shubuh berjama’ah, Wahyudi asal Indonesia, berkesempatan menjadi muadzin, sedangkan Imam shalat Syaikh Salah Eid Shobair, Konsultan Yayasan Islam Internasional untuk Pendidikan, berdomisili di Mekkah, Arab Saudi.

Seusai shalat Wahyudi juga menyampaikan makalah Kesatuan Umat yang disusun oleh Imaamul Muslimin Yakhsyallah Mansur, yang pada waktu yang sama sedang berkunjung ke Riyadh, Arab Saudi.

Syaikh Salah mempertanyakan Hizbullah, kaitannya dengan Hizbullah syi’ah Lebanon. Namun kemudian dijawab itu adalah Hizbullah yang Sunnah. “Na’am Kulluna Hizbullah (Ya, semua kita adalah Hizbullah),” komentar Syaikh Salah. (P4/P2)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Wartawan: Ali Farkhan Tsani

Editor: Ismet Rauf