Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

MASUK NERAKA GARA-GARA LALAT

Ali Farkhan Tsani - Senin, 24 November 2014 - 14:51 WIB

Senin, 24 November 2014 - 14:51 WIB

1726 Views

lalat

ilustrasi : masuk neraka gara-gara lalat

Oleh : Ali Farkhan Tsani,

Redaktur Kantor Berita Islam MINA (Mi’raj Islamic News Agency)

Setiap muslim senantiasa berharap agar menjadi penghuni syurga, dan dijauhkan dari siksa api neraka. Karena itu, seorang muslim selalu berdoa setelah shalat, antara lain dengan doa :

رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِى ٱلدُّنۡيَا حَسَنَةً۬ وَفِى ٱلۡأَخِرَةِ حَسَنَةً۬ وَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ

Artinya : “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka”. (QS Al-Baqarah [2]: 201).

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-25] Tentang Bersedekah Tidak Mesti dengan Harta

Karena itu, seorang muslim akan selalu hati-hati jangan sampai berniat, berkata atau melakukan suatu kegiatan yang dapat menjerumuskannya ke dalam jurang api neraka. Walau dengan kelihatannya sepele sekalipun. Bahkan, hanya gara-gara seekor lalat saja, dapat memasukkan seseorang ke siksa pedih neraka.

Hal ini seperti disebutkan di dalam sebuah hadits, dari Thariq bin Syihab, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, (yang artinya), “Ada seorang lelaki yang masuk surga gara-gara seekor lalat dan ada pula lelaki lain yang masuk neraka gara-gara lalat.” Mereka (para sahabat) bertanya, “Bagaimana hal itu bisa terjadi wahai Rasulullah ?” Beliau menjawab, “Ada dua orang lelaki yang melewati daerah suatu kaum yang memiliki berhala. Tidak ada seorangpun yang diperbolehkan melewati daerah itu melainkan dia harus berkorban (memberikan sesaji)  sesuatu untuk berhala tersebut.

Mereka pun mengatakan kepada salah satu di antara dua lelaki itu, “Berkorbanlah.” Maka dia menjawab, “Aku tidak punya apa-apa untuk dikorbankan.” Maka mereka mengatakan, “Berkorbanlah, walaupun hanya dengan seekor lalat.” Maka dia pun berkorban dengan seekor lalat, sehingga mereka pun memperbolehkan dia untuk lewat dan meneruskan perjalanan. Karena sebab itulah dia masuk neraka. 

Dan mereka juga mengatakan kepada orang yang satunya, “Berkorbanlah.” Dia menjawab, “Tidak pantas bagiku berkorban untuk sesuatu selain Allah ‘azza wa jalla.” Maka mereka pun memenggal lehernya, dan karena itulah dia masuk surga.” (H.R. Ahmad).

Baca Juga: Tafsir Surat Al-Fatihah: Makna dan Keutamaannya bagi Kehidupan Sehari-Hari

Hal ini memberikan pelajaran bahwa segala sesuatu yang dikerjakan oleh hamba Allah muslim hendaklah selalu dikaitkan kepada Allah, hanya karena dan untuk Allah. Bukan karena yang selain Allah.

Allah menegaskan niat, tujuan dan sikap orang beriman adalah :

قُلْ إِنَّ صَلاَتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Artinya : “Katakanlah: sesungguhnya shalatku, sembelihanku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.”(Q.S. Al-An’am [6] : 162).

Makna kata ‘nusuk’ adalah sembelihan atau kurban, yaitu melakukan pendekatan diri (taqarrub) dengan cara mengalirkan darah. Dalam ayat ini Allah menyebutkan bahwa shalat dan menyembelih adalah termasuk ibadah sehingga harus ditujukan hanya kepada Allah semata.

Baca Juga: Tak Perlu Khawatir Tentang Urusan Dunia

Berkorban kepada selain Allah, walau kelihatannya sepele, hanya dengan seekor lalat, namun dapat digolongkan ke dalam perbuatan syirik (menyekutukan, menduakan) Allah.

Perkara menyembah Allah tanpa syirik, Allah nyatakan di dalam firman-Nya :

وَاعْبُدُواْ اللّهَ وَلاَ تُشْرِكُواْ بِهِ شَيْئاً …..

Artinya : “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun…..” (Q.S. An-Nisa’ [4] : 36).

Apalagi itu jelas-jelas berkorban, memberikan sesaji, untuk berhala atau selain Allah.

Baca Juga: [Hadits Al-Arbain ke-24] Tentang Haramnya Berbuat Zalim

Allah dengan tegas menyebutkan :

…وَمَا ذُبِحَ عَلَى النُّصُبِ…

Artinya : “…dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala…” (Q.S. Al-Maidah [5] : 3).

Secara lebih luas tentunya, marilah kita berniat, berkata, bekerja, beramal, mencari nafkah, menulis, membaca, hanya semata-mata mengharap ridha Allah.

Sehingga jika kita beramal sholeh, walaupun tidak ada yang memuji, dan memang kita tidak boleh mengharap pujian, walaupun hanya sendirian tidak ada yang melihat, kita akan terus beramal karena kita hanya melakukannya karena Allah, Yang Maha Hidup, Maha Mengetahui dan Maha Penerima Taubat. (T/P4/P2.

Baca Juga: Keutamaan Menulis: Perspektif Ilmiah dan Syari

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Kolom
Tausiyah
Tausiyah
Breaking News
Ekonomi
Indonesia
Kolom
MINA Preneur
Sosok