Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meneladani Ulama

kurnia - Senin, 26 Desember 2022 - 19:44 WIB

Senin, 26 Desember 2022 - 19:44 WIB

274 Views ㅤ

Oleh: Ustaz Nurokhim

Ulama adalah orang-orang yang mempunyai pengetahuan tentang ayat Allah Subhanahu Wa Ta’ala. yang bersifat Kauniyah (alam semesta) maupun Qauliyah (Al-Quran) dan mengantarnya kepada kebenaran atau al-haq sehingga terbentuk sifat takut kepada Allah. Ada beberapa ciri ulama, antara lain:

Pertama, Memahami ayat-ayat Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

أَوَلَمۡ يَنظُرُواْ فِي مَلَكُوتِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَمَا خَلَقَ ٱللَّهُ مِن شَيۡءٖ وَأَنۡ عَسَىٰٓ أَن يَكُونَ قَدِ ٱقۡتَرَبَ أَجَلُهُمۡۖ فَبِأَيِّ حَدِيثِۢ بَعۡدَهُۥ يُؤۡمِنُونَ  ١٨٥

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-9] Jalankan Semampunya

Artinya: “Dan apakah mereka tidak memperhatikan kerajaan langit dan bumi dan segala sesuatu yang diciptakan Allah dan kemungkinan telah dekatnya kebinasaan mereka. Maka kepada berita manakah lagi mereka akan beriman sesudah Al-Quran itu.” (Q.S. Al-A’raf : 185)

Orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah ditanya oleh Allah dengan lafaz istifham ula tentang kekuasaan-Nya di langit dan di bumi dan semua makhluk yang telah diciptakan pada keduanya. Karenanya mereka lalu merenungkan untuk mengambil pelajaran darinya. Akhirnya sampailah mereka pada suatu kesimpulan bahwa hal tersebut hanya dapat dilakukan oleh Allah Ta’ala yang tiada tandingan dan penyerupaan-Nya.

Akhirnya mereka beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kembali kepada jalan ketaatan dan merasa takut bila ajalnya datang mendadak sedangkan mereka masih dalam kekafiran. Adapun dengan lafaz istifham tsani mengisyaratkan tentang peringatan dan ancaman mana sesudah peringatan yang disampaikan Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam. yang datang kepada mereka menyampaikan ayat-ayat Allah mereka akan percaya, jika mereka tidak mau percaya kepada berita yang disampaikan oleh beliau kepada mereka dari sisi Allah.

Kedua, Meyakini kebenaran dari Allah

Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat

إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَسۡتَحۡيِۦٓ أَن يَضۡرِبَ مَثَلٗا مَّا بَعُوضَةٗ فَمَا فَوۡقَهَاۚ فَأَمَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ فَيَعۡلَمُونَ أَنَّهُ ٱلۡحَقُّ مِن رَّبِّهِمۡۖ وَأَمَّا ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ فَيَقُولُونَ مَاذَآ أَرَادَ ٱللَّهُ بِهَٰذَا مَثَلٗاۘ يُضِلُّ بِهِۦ كَثِيرٗا وَيَهۡدِي بِهِۦ كَثِيرٗاۚ وَمَا يُضِلُّ بِهِۦٓ إِلَّا ٱلۡفَٰسِقِينَ  ٢٦

Artinya: “Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: “Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?”. Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik.” (Q.S. Al-Baqarah: 26)

Allah memberitahukan bahwa Dia tidak pernah menganggap remeh sesuatupun untuk dijadikan tamsil atau perumpamaan sekalipun sesuatu itu hina lagi kecil seperti nyamuk. Semua perumpamaan yang besar maupun yang kecil diyakini oleh orang-orang yang beriman dan mereka mengetahui bahwa hal itu merupakan perkara yang haq dari Tuhan mereka, dan melaluinya Allah memberi petunjuk kepada mereka.

Ketiga, Sifat takut kepada Allah

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat

وَمِنَ ٱلنَّاسِ وَٱلدَّوَآبِّ وَٱلۡأَنۡعَٰمِ مُخۡتَلِفٌ أَلۡوَٰنُهُۥ كَذَٰلِكَۗ إِنَّمَا يَخۡشَى ٱللَّهَ مِنۡ عِبَادِهِ ٱلۡعُلَمَٰٓؤُاْۗ إِنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ  ٢٨

Artinya: “Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak, ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun,” (Q.S. Al-Fathir: 28)

Sesungguhnya yang benar-benar takut kepada Allah dari kalangan hamba-hamba-Nya hanayalah para ulama yang mengetahui tentang Allah. Semakin sempurna pengetahuan seseorang tentang Allah. Yang Mahabesar, Mahakuasa, Maha Mengetahui lagi menyandang semua sifat sempurna dan memiliki nama-nama yang terbaik, maka makin bertambah sempurnalah ketakutannya kepada Allah.

Sa’id ibnu Jubair mengatakan, bahwa khasy-yah atau takut kepada Allah adalah perasaan yang menghalang-halangi antara kamu dan perbuatan durhaka terhadap Allah.

Baca Juga: Tertib dan Terpimpin

Adapun mengkaji kontribusi ulama dengan pendekatan sejarah (historical approach) dapat digunakan dalam membantu memahami agama Islam lebih utuh. Perlulah kiranya kita menata ulang bagaimana beragama yang berdimensi vertikal dan horisontal, menjadi pribadi yang tekun beribadah yang memiliki kemanfaatan bagi orang lain. Jadilah pribadi yang bermanfaat bagi orang lain selaras dengan hadis yang menyatakan,

 خيرالناس انفعهم للناس

Artinya: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Ahmad, Tabrani, dan Daruqutni)

Diantara hal-hal yang sebaiknya kita lakukan untuk menambah tingkat keimanan dan amalan adalah:

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat

Pertama, Literasi Sejarah

Bagi umat Islam, literasi sejarah Islam perlu dibudayakan agar terinspirasi menjadi orang yang cerdik pandai sesuai dengan disiplin ilmunya. Kelak ilmuwan-ilmuwan muslim akan bermunculan dan memberikan kontribusi dalam membangun peradaban dunia yang bermanfaat dan bermartabat.

Mempelajari sejarah ini amat dibutuhkan dalam memahami agama, karena agama itu sendiri turun dalam situasi yang kongkret bahkan berkaitan dengan kondisi sosial kemasyarakatan. Seseorang yang tidak memahami sejarah Islam maka pemahaman agamanya bersifat parsial (memahami sebagian saja) dan dapat menyesatkan pemahamannya.

Kedua, Cinta tanah air

Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang

Fitrah manusia adalah mencintai tanah airnya di mana ia lahir dan dibesarkan sehingga tidak akan melupakannya meskipun sudah menetap di perantauan. Nabi Muhammad juga kelihatan berat meninggalkan Mekah sebelum akhirnya hijrah ke Madinah sesuai perintah Allah. Dengan konsep cinta tanah air bagian dari nilai keimanan seseorang, maka hendakmya seorang muslim pandai bersyukur dengan negerinya sendiri.

Jika menjadi ulama, tentunya akan didedikasikan untuk bangsanya sendiri sebagai bentuk cinta tanah air. Terlebih tanah air Indonesia yang sangat luas, kaya raya, ‘gemah ripah loh jinawi’ yang terkadang menjadi incaran negara lain. Kita berkewajiban menjaganya menjadi negeri yang terbaik baldatun tayibatun wa rabbun ghafur. Negeri yang makmur, sejahtera, berkeadilan sosial, rakyatnya kaya raya dan dosanya mendapat ampunan Allah Ta’ala.

Ketiga, Mendorong peradaban dan kemanusiaan

Selaku muslim tentunya harus memiliki karakter dan kegemaran dalam melakukan kegiatan keilmuan seperti belajar, rajin membaca, meneliti, dan lainnya untuk mengeksplorasi bakatnya masing-masing sesuai dengan kompetensinya. Tidak ada pembatasan ilmu agama dan ilmu umum, karena semuanya bersumber dan bermuara kepada Dzat yang Maha Berilmu.

Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat

Konsep kesatuan ilmu, wahdatul ulum atau unity of sciences memberikan gambaran bahwa semua ilmu membentuk satu kesatuan. Bagaimana kita menjadi seorang yang profesional sesuai dengan profesi pekerjaannya masing-masing dan ber-akhlakul karimah. Semua disiplin ilmu boleh dikuasai oleh semua umat Islam sesuai dengan potensi yang sesuai dengan dirinya tetapi perlu dibangun terlebih dahulu akidah dan akhlakul karimah.

Islam sejak kelahirannya telah tampil sebagai agama yang memberi perhatian pada keseimbangan hidup dunia-akhirat; hubungan manusia-Allah, manusia-manusia; ibadah-muamalah. Jika dibandingkan perhatian Islam terhadap urusan ibadah dan muamalah, ternyata Islam menekankan urusan muamalah lebih besar dari pada urusan ibadah dalam arti yang khsusus.

Islam lebih banyak memerhatikan aspek kehudupan sosial dari pada aspek kehidupan ritual. Islam adalah agama yang menjadikan seluruh bumi sebagai masjid tempat mengabdi kepada Allah, peluang muamalahnya lebih banyak.

Keempat, Semangat membangun negeri

Baca Juga: Cinta Dunia dan Takut Mati

Sebagai warga negara Indonesia, generasi penerus seharusnya memiliki tanggung jawab besar untuk membangun negerinya. Orang tua menyekolahkan anak-anaknya sesuai dengan kompetensi yang mereka miliki agar nanti dapat menggeluti profesinya dengan baik.

Namun bekal akidah dan akhlak perlu ditanamkan terlebih dahulu pada anak-anaknya sejak kecil dalam keluarga. Anak-anak yang sedang menimba ilmu perlu semangat tinggi dengan mencintai ilmu yang dibuktikan dengan rajin belajar, membaca, meneliti atau menulis dan kegiatan lainnya yang lebih produktif secara keilmuan. Dorongan agar seseorang mau bekerja dengan baik dan semangat kebutuhan untuk berprestasi (need of achievement). Apapun profesi atau pekerjaannya, jangan sampai kehilangan identitasnya selaku muslim yang taat beribadah dan berakhlak mulia, isyhad bi-anni muslim.

Kelima, Mengamalkan ilmu

Ilmu yang telah dimiliki hendaknya diamalkan, dipraktikkan dalam kehidupan kesehariannya agar lebih berkah dan memberikan nilai manfaat. Ilmu tidaklah murni sebagai sebuah ilmu/pengetahuan saja (العلم للعلم) tetapi ilmu sebagai sarana untuk beribadah dan beramal (العلم للعبادة والعمل). Pepatah Arab mengatakan,

Baca Juga: [Hadist Arbain ke-5] Tentang Perkara Bid’ah

العلم بلاعمل كالشجر بلا ثمر

Artinya: “Ilmu tanpa amal bagaikan pohon tanpa buah.”

Ilmu yang berkah adalah yang mampu memberikan solusi terhadap problematika umat manusia. Makin banyak orang yang berilmu maka makin sedikitlah persoalan yang dihadapi oleh manusia, hidupnya makin bahagia. Hendaknya kita jangan meremehkan ilmu/syariat yang Allah dan Rasulullah tetapkan meski saat itu (zaman Nabi dan sahabat) ilmu pengetahuan belum mampu mengungkap rahasianya. Setelah makin berkembangnya ilmu pengetahuan mulailah terbukti secara ilmiah akan kebenaran apa yang diajarkan oleh Rasulullah.

Misalnya saja, wudhu dapat menjadi pengobatan dan pencegahan matinya sel-sel syaraf lebih dini dengan media air (hidro therapy), tahfiz Al-Quran dapat meningkatkan kecerdasan seseorang dan mempercepat pengaktifan sel syaraf motoric bagi yang terkena stroke, dan lain sebagainya.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-4 ] Proses Penciptaan Manusia dan Takdir dalam Lauhul Mahfuzh

Berbahaya sekali kalau orang makin pinter tapi keblinger, ilmunya akan berdampak negatif merusak tatanan sosial sehingga tatanan dunia akan terus mengalami kehancuran. Terkadang kita merasa bahwa situasi yang penuh dengan problematika di dunia modern justru disebabkan oleh perkembangan pemikiran manusia sendiri. Dibalik kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, dunia modern sesungguhnya menyimpan suatu potensi yang dapat menghancurkan martabat manusia.

Perhatikanlah betapa kerusakan alam semesta terus bertambah, eksploitasi alam tanpa memerhatikan keramahan lingkungan, jenis dan jumlah penyakit terus bertambah, rumah sakit bukannya makin sepi, jumlah apotek terus bertambah, tingkat perceraian meningkat, penyakit-penyakit sosial hingga peperangan sulit dihentikan saat ini. Dengan alasan pencegahan pre-emptive, perang tidak lagi menganggap bahwa mereka harus menunggu untuk diserang dan kemudian membalasnya.

Berbagai bentuk dan jenis penjajahan antarnegara menunjukkan kerakusan yang bersifat duniawiyah sulit dihindari, lihatlah bagaimana negeri para Nabi Palestina terus mengalami penindasan zionis israel, misalnya. Harapan terbaik hanyalah kembali kepada agama yang haq yakni Islam yang rahmatan lil ‘alamin. Lahirnya para ilmuwan/cendekiawan/ulama muslim sebagaimana era keemasan Islam yang banyak memberikan kontribusi merupakan bagian dari upaya mengembalikan kejayaan Islam. Dunia akan kembali baik atau salih manakala dipegang oleh umat Islam sebagaimana diutusnya Nabi Muhammad. Abu Bakar bin ‘Iyasy menjelaskan bahwasanya Allah Ta’ala mengutus Nabi Muhammad. untuk penduduk bumi karena mereka telah rusak/fasad maka Dia memperbaikinya dengan cara mengutus beliau.

Barang siapa yang menentang terhadap apapun yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. maka dia termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. Kian lama manusia mencari aturan  hidup mereka di dunia, akhirnya mereka mengakui bahwa hanya sistem Islam yang paling cocok untuk mengatur hidup manusia, walaupun mereka tidak masuk ke dalam agama Islam.

Allahu a’lam

(AK/R4/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Rekomendasi untuk Anda

Tausiyah