Jalur Gaza, MINA – Kementerian Wakaf dan Agama di Jalur Gaza mengungkapkan, tentara pendudukan zionis Israel telah menargetkan 926 masjid di Jalur Gaza, atau sekitar 74 persen dari total 1.244 masjid yang ada.
Kementerian Wakaf mengatakan dalam pernyataannya, jumlah masjid yang hancur total mencapai 737 masjid, atau sekitar 79 persen masjid yang menjadi sasaran.
Sedangkan jumlah masjid yang rusak sebagian mencapai 189 masjid, lanjut pernyataan. Quds Press melaporkan, Selasa (7/1).
Dalam laporan Mohamed Emmamoğlu jurnalis Anadolu Agency, media berbasis di Ankara, Turkiye, mengatakan genosida berlanjut di Jalur Gaza dan Lebanon, tentara zionis Israel dengan sengaja mengebom dan menghancurkan masjid-masjid.
Baca Juga: Kementerian Wakaf Gaza: Zionis Targetkan 74% Masjid
Kemudian, tentara zionis mendokumentasikan beberapa operasi tersebut dan mempublikasikannya di situs media sosial.
Petinggi zionis mendukung serangan-serangan itu, dan mengklaim bahwa militernya menargetkan para ‘teroris’ yang bersembunyi di masjid-masjid.
Mereka menyebut tindakannya sebagai tanggapan terhadap “ajaran Yahudi dan perintah ilahi.” Sementara narasi yang mereka sebarkan ke masyarakat global adalah seruan untuk tidak menggunakan isu-isu agama dalam pertempuran.
Para pengamat menguraikan beberapa alasan mengapa militer zionis harus menghancuran masjid-masjid di Jalur Gaza, yaitu:
Baca Juga: Wakil Komandan Brigade Nahal Israel Tewas di Gaza Utara, Dua Lainnya Luka-luka
Pertama, pengeboman ke masjid-masjid merupakan balas dendam zionis karena tempat ibadah umat Islam itu merupakan titik awal Perang Badai Al-Aqsa (Thufanul Aqsa).
Pasukan zionis menilai, perintah pertama yang dikeluarkan kepada para anggota Badai Al-Aqsa adalah mengharuskan mereka untuk melaksanakan shalat Subuh berjama’ah di masjid-masjid tempat mereka biasa mengikuti pelatihan.
Kedua, zionis ingin memisahkan masyarakat Gaza dan Lebanon dari identitas agamanya, yang berpusat di masjid.
Ketiga, zionis hendak menjarah barang-barang antik dan berharga dari masjid-masjid yang dibombardir, terutama masjid-masjid kuno bersejarah.
Baca Juga: Abu Ubaidah Puji Operasi Perlawanan di Tepi Barat
Di antara masjid bersejarah yang terkena serangan bom zionis Israel adalah Masjid Agung Umari, yang merupakan salah satu masjid tertua di Gaza.
Penghancuran untuk menutupi kemungkinan tentara Israel mencuri artefak yang ada di dalamnya, menurut para ahli arkeologi.
Skenario yang sama diterapkan di Universitas Al-Isra di Gaza, di mana pasukan Israel menjarah lebih dari 3.000 benda arkeologi, sebelum menghancurkan situs tersebut untuk menutupi pencurian tersebut.
Keempat, zionis hendak memprovokasi terhadap perasaan umat Islam dan tantangan terhadap hukum internasional yang melarang penargetan tempat ibadah.
Baca Juga: Dokter Bayi Thabat Saleem Syahid dalam Serangan Penjajah di Gaza
Zionis rupanya takut suara adzan terus bergema sepanjang waktu shalat yang dikumandangkan dari masjid-masjid, sehinga harus dihentikan dengan mengebom masjidnya.
Juru bicara Brigade Al-Qassam, Abu Ubaida, seperti disebutkan Al Jazeera, menyinggung kesengajaan pendudukan zionis untuk menargetkan masjid-masjid, hingga mereka menghancurkan sebagian besar masjid, dan menyebabkan terhentinya adzan, yang merupakan pemberitahuan datangnya waktu shalat.
Kelima, secara bertahap hendak menyasar pula Masjidil Aqsa. Ini seperti diungkapkan Rabi Elisha Wolfensohn yang mengatakan, “Setelah jatuhnya Gaza, giliran Kubah Sakhrag akan tiba. Zionis akan menghancurkan Masjidil Aqsa dan membangun Kuil Solomon.”
Kementerian Wakaf Gaza mencatat bahwa biaya kerugian dan kerusakan yang harus ditanggung berjumlah sekitar 350 juta dolar (lebih dari Rp5,6 triliun).
Baca Juga: Sebanyak Tiga Warga Israel Tewas, Delapan Luka-luka
Bahkan masjid-masjid yang lolos dari kehancuran pun sengaja dinajiskan oleh pasukan zionis Israel, antara lain dengan menjadikannya sebagai restoran dan klub.
Aksi bar-bar militer zionis itu ditentang oleh oposisi Israel, walaud alam jumlah yang terbatas. Suara-suara internal oposisi mengatakan bahwa “orang-orang terpilih tidak boleh melakukan hal itu, mengingat pentingnya melestarikan warisan budaya, terutama masjid-masjid bersejarah.”
Suara perlawanan juga datang dari Kepala rabi Sephardim (Yahudi Timur), Yitzhak Yosef. Rabi tersebut mengirim surat kepada Kepala Rabi tentara Israel, Eyal Karim, yang memperingatkan bahwa segala sesuatu yang tidak berhubungan langsung dengan pertempuran tidak boleh digunakan sebagai provokasi, terutama masalah agama.
Rabi Sephardim menambahkan, “Rakyat Israel adalah bangsa terpilih, jadi kita harus ekstra hati-hati dan menghindari tindakan yang tidak bermanfaat bagi perjuangan dan merugikan bangsa Israel dan citranya di dunia.”
Baca Juga: Total Delapan Bayi di Gaza Meninggal Karena Kedinginan
Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) mengatakan dalam pernyataannya pada 24 Agustus 2024, “Penodaan, penargetan, dan penghancuran masjid menegaskan sifat entitas ekstremis, tentaranya yang dipenuhi dengan kebencian dan kejahatan, serta perilaku fasis mereka terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan identitas bangsa, negara dan kesucian agama.”
Hamas mengingatkan umat dan dunia Islam bahwa menjadi kewajiban keagamaan Islam untuk menjaga, memelihara dan melindungi masjid-masjid, rumah-rumah Allah, tempat iabdah utama umat Islam, di manapun, khususnya di Jalur Gaza.
Pernyataan menambahkan, Jjika hal itu dibiarkan begitu saja tanpa perlawanan berrarti dari dunia Islam, maka dikhawatirkan geng-geng Zionis akan melebarkan serangannya kle kawasan Masjidil Aqsa.[]
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Serangan Israel Hancurkan Hampir 1.000 Masjid di Gaza