Baru-baru ini, Hamas mengumumkan pembentukan satu “pasukan rakyat” di Jalur Gaza yang khusus didirikan untuk menghadapi konflik bersenjata dengan Israel pada waktu mendatang, terutama di komplek Masjid Al-Aqsha.
Seorang juru bicara Brigade Izzudin Al-Qassam, sayap militer dari gerakan Hamas, mengatakan sebanyak 2.500 orang telah direkrut untuk membentuk “bagian pertama tentara rakyat untuk pembebasan Al-Aqsha dan Palestina”.
Muhamed Abu Askar, seorang pejabat Hamas, mengatakan mereka yang berusia lebih dari 20 tahun dapat menandatangani kontrak “siap bagi konfrontasi” dengan Israel.
Untuk menindaklanjuti hal itu, tim koresponden Mi’raj Islamic News Agency (MINA) di Jalur Gaza berkesempatan mewawancarai Abu Wadhi salah satu komandan Al-Qassam di wilayah utara Gaza.
Berikut petikan wawancara tersebut:
MINA: Apakah perbedaan antara pasukan Rakyat dan pasukan dari brigade-brigade lainnya di Palestina?
Abu Wadhi : Pasukan Rakyat ini adalah pasukan yang diambil dari masyarakat biasa, dengan segala perkembangan mereka ketika dilatih, maka mereka akan menjadi bagian dari tentara Al-Qassam secara resmi.
MINA: Dikatakan bahwa pasukan ini dibentuk untuk melawan Israel di Al-Aqsha, bagaimana cara pejuang Gaza mencapai ke Al-Quds (lokasi Masjid Al-Aqsha berada) sementara Israel menutup perbatasan untuk warga Gaza?
Baca Juga: Wawancara Ekskusif Prof Abdul Fattah El Awaisi (2): Urgensi Rencana Strategis Bebaskan Baitul Maqdis
Abu Wadhi : Pasukan Rakyat ini tidak dikhususkan untuk melawan Zionis di Al-Aqsha, akan tetapi awalnya dikhususkan untuk bisa melindungi diri sendiri dahulu, karena yang khusus untuk melawan Zionis Israel adalah Al-Qassam itu sendiri.
MINA: Kriteria apa saja secara khusus untuk bisa bergabung dalam pasukan ini?
Abu Wadhi : Kriterianya sama dengan kriteria pembentukan pasukan Al-Qassam, yaitu akhlaq yang tinggi, rajin shalat terutama shalat Fajr berjama’ah di masjid pada barisan pertama.
MINA: Apakah pasukan ini gabungan dari semua brigade atau cabang Al-Qassam saja? Dan apakah dari gerakan Fatah terlibat di dalamnya?
Baca Juga: Fenomana Gelombang Panas, Ini Pendapat Aktivis Lingkungan Dr. Sharifah Mazlina
Abu Wadhi : Pasukan ini tidak dari Al-Qassam saja, karena di Tepi Barat ada dari muqowamah (perlawanan) Fatah yang juga terangkul oleh aktivitas pembentukan pasukan ini.
MINA: Bagaimana harapan pemerintah rekonsiliasi terhadap pembentukan pasukan ini?
Abu Wadhi : Secara khusus tidak ada kaitannya dengan pemerintahan rekonsiliasi, karena tidak boleh ada satu pun pihak yang bisa melarang masyarakat dalam mengikuti pelatihan membela diri mereka.
MINA: Apakah pasukan ini menerima pasukan asing?
Abu Wadhi : Tentu menerima, selama mereka Muslimin, baik dari suku mana pun dan apa pun warnanya.
MINA: Sejauh ini apakah Zionis Israel masih membangun Kuil Solomon di atas Masjid Al-Aqsha?
Abu Wadhi : Tentu hingga saat ini mereka masih terus membangun kuil ini siang dan malam demi mencapai tujuan mereka. Mengapa kita meneruskan perlawanan terhadap pembangunan ini? Karena kita-lah yang lebih berhak terhadap Kuil Solomon dibanding mereka.(L/K01/K02/R04/R05)
Baca Juga: HNW: Amanat Konstitusi! Indonesia Sejak Awal Menolak Kehadiran Penjajah Israel
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)