Jakarta, MINA – Lembaga Kemanusiaan Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) menghimbau kepada Pemerintah Indonesia untuk tidak terburu-buru untuk mencabut status gawat darurat bencana di kota Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah.
Anggota tim Presidium MER-C pertama yang baru saja kembali dari Palu berpendapat, status gawat darurat bencana Sulteng yang akan berakhir pada tanggal 26 Oktober nanti dirasa terlalu dini karena melihat kondisi lokasi bencana yang masih memerlukan banyak penanganan.
“Masih banyak korban-korban yang belum terevakuasi dan teridentifikasi. Masih banyak daerah-daerah terpencil yang belum tersentuh bantuan dan pengoperasian layanan masyarakat seperti rumah sakit sebagian besar masih dijalankan oleh para relawan,” jelas Anggota tim Mer-C, dr. Arief Rahman, dalam Konferensi Pers dengan tema “Palu – Donggala: Titik Krusial Refleksi dari Penanganan Tsunami Aceh” di gedung MER-C Jakarta Pusat, Jum’at (12/10).
Menurut tim MER-C, kebanyakan kebutuhan layanan kesehatan dioperasikan oleh relawan, jika status tanggap darurat dicabut maka berangsur-angsur para relawan akan kembali ke daerahnya masing-masing, sedangkan jumlah korban terus bertambah sehingga akan mengakibatkan bertambahnya korban dari pasien yang tidak tertangani.
Baca Juga: Prakiraan Cuaca Jakarta Akhir Pekan ini, Mayoritas Turun Hujan pada Pagi
Selain korban dari pihak pasien ditakutkan jatuh korban dari pihak petugas medis lokal, karena selain jumlah mereka masih sedikit juga karena belum siapnya mereka baik dari sisi fisik maupun psikis.”Jangan sampai karena salah langkah terjadi bencana kedua,” jelas anggota tim MER-C dr. Arief Rahman.
Saat ini tim MER-C mendapat kepercayaan menjadi koordinator sementara kegiatan operasional Rumah Sakit Umum Sis Al-Jufri bekerjasama dengan tim dokter dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta untuk menangani para korban bencana.
Tim MER-C juga mendapatkan tugas khusus untuk melakukan pengobatan keliling ke daerah-daerah terpencil yang belum tersentuh oleh bantuan. (L/Sj/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Menag Tekankan Pentingnya Diplomasi Agama dan Green Theology untuk Pelestarian Lingkungan