MITSUBISHI JEPANG MINTA MAAF KEPADA TAHANAN PERANG AS

James Murphy (94 tahun) dipaksa bekerja untuk perusahaan Mitsubishi Jepang 70 tahun yang lalu. (Foto: AP)
James Murphy (94 tahun) dipaksa bekerja untuk perusahaan Mitsubishi 70 tahun yang lalu. (Foto: AP)

Los Angeles, 4 Syawal 1436/20 Juli 2015 (MINA) – Perusahaan Mitsubishi Jepang mengeluarkan permintaan maaf bersejarah karena telah memaksa tawanan perang Amerika (POW) untuk bekerja di tambang selama Perang Dunia II.

Permohonan maaf itu disampaikan dalam upacara di Museum Simon Wiesenthal di Los Angeles, Ahad (19/7), Mitsubishi adalah perusahaan Jepang pertama yang mengeluarkan pernyataan maaf secara resmi, Al-Jazeera yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).

Sebelumnya, Pemerintah Jepang secara resmi meminta maaf kepada tawanan perang Amerika pada  2009 dan 2010.

Permintaan maaf dikeluarkan 70 tahun setelah perang berakhir.

Selama Perang Dunia II, 12.000 tahanan Amerika Serikat dikirim ke Jepang dan bekerja sebagai tenaga kerja budak, termasuk 500 yang dipaksa bekerja untuk Mitsubishi generasi sebelumnya, Mitsubishi Mining Co..

Hikaru Kimura, seorang eksekutif senior Mitshubishi, adalah orang “yang paling menyesal” dan menyatakan maafnya kepada James Murphy (94 tahun) dari California, yang merupakan salah satu dari dua mantan tahanan yang masih hidup.

Murphy dengan “murah hati” menerima maaf itu dan dia berharap itu bisa membantu menyembuhkan luka bangsanya.

Murphy mengungkapkan, para tahanan saat itu ditahan dalam kondisi “perbudakan”, tanpa makanan, pakaian dan sanitasi.

“Selama 70 tahun sejak perang berakhir, para tawanan perang yang bekerja untuk perusahaan-perusahaan Jepang hanya meminta sesuatu yang sangat sederhana, permintaan maaf,” kata Murphy.

“Saya telah mendengarkan permintaan maaf Tuan Kimura dan menilai itu sangat tulus,” katanya.

Ribuan tawanan perang lainnya, termasuk dari Filipina, Korea dan Cina, juga pernah dipaksa bekerja untuk Mitsubishi selama perang.

Menurut laporan wartawan Al-Jazeera, ada banyak perusahaan Jepang lainnya yang masa perang itu mempekerjakan ribuan tahanan dari Australia, Inggris dan negara-negara lainnya.

Namun, Jan Thompson, seorang akademisi dari Southern Illinois University yang ayahnya adalah POW, mengatakan kepada Al-Jazeera, butuh banyak keberanian bagi Mitsubishi untuk maju mengakui.

“Saya berpikir dunia bertepuk tangan untuk Mitsubishi,” pujinya. (T/P001/R05)

 

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0