Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

MTCC Unimma Ajak Masyarakat Dukung Komitmen “Berani Berhenti Merokok”

Rana Setiawan - Kamis, 17 Juni 2021 - 04:26 WIB

Kamis, 17 Juni 2021 - 04:26 WIB

7 Views

Magelang, MINA – Muhammadiyah Tobacco Control Center (MTTC) Universitas Muhammadiyah Magelang (Unimma) menyatakan bahwa perlu sikap tegas Pemerintah Indonesia pada industri rokok.

MTCC Unimma sebagai bagian gerakan pusat pengendalian tembakau juga menyatakan dukungan penuh untuk mewujudkan tujuan nasional Hari Tanpa Tembakau Sedunia pada tahun ini, yaitu meraih komitmen 5 juta perokok untuk berhenti merokok dan mengajak seluruh komponen masyarakat mendukung komitmen berhenti merokok.

Hal tersebut disampaikan Ketua MTCC Unimma Retno Rusdijati dalam talkshow yang diselenggarakan secara virtual dengan tema “Berani Berhenti Merokok” dalam memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2021 di Magelang, Rabu (16/6).

Retno mengungkapkan hasil kajian MTCC UNIMMA menunjukkan fakta makin parahnya capaian pembangunan SDM di Indonesia. “Saat ini lebih dari 32% dari total populasi Indonesia adalah perokok aktif. Jika dielaborasi lebih dalam, maka, misalnya dua dari tiga laki-laki dewasa di Indonesia adalah perokok aktif,” katanya.

Baca Juga: AWG Gelar Webinar Menulis tentang Baitul Maqdis

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan prevalensi perokok usia 10-18 mencapai 9,1% – angka itu naik dari 7,2% pada tahun 2013.

Hasil penelitian juga menunjukkan sebanyak 32,1% siswa Indonesia di rentang usia 10-18 tahun pernah mengonsumsi rokok (PKGR, 2019).

“Ditambah lagi, tantangan besar pandemi Covid 19 adalah upaya peningkatan derajat masyarakat dan dampaknya pada sistem kesehatan,” ujarnya.

Menurutnya, Covid-19 yang ditetapkan Pemerintah sebagai bencana nonalam pada Maret 2020, jelas memberikan dampak besar bagi perekonomian masyarakat. Perokok lebih rentan terinfeksi dan bahkan meninggal akibat Covid 19.

Baca Juga: 30 WNI dari Suriah Kembali Dievakuasi ke Indonesia   

Tembakau sebagai bahan dasar rokok juga merupakan faktor resiko utama penyakit tidak menular (penyakit kardiovaskuler, kanker, penyakit pernapasan dan diabetes). “Orang yang hidup dengan kondisi ini lebih rentan terhadap Covid 19 yang parah,” tuturnya.

Oleh karena itu, lanjut dia, perlu kewaspadaan ekstra bagi perokok agar berhenti merokok, dan perlu tindakan pencegahan bagi perokok pemula.

Tujuan global HTTS tahun 2021 ini adalah “Commit to Quit (Berani Berhenti Merokok)””, meraih komitmen 100 juta perokok berhenti merokok untuk menjawab tantangan pandemic Covid 19.

“Commit to quit” akan membantu menciptakan lingkungan yang sehat dan kondusif untuk berhenti merokok dengan mengadvokasi kebijakan pengendalian tembakau yang kuat, peningkatan kesadaran akan taktik industri tembakau, meningkatkan akses ke layanan berhenti merokok, dan memberdayakan perokok agar berhasil dalam upaya berhenti merokok.

Baca Juga: Banjir di Makasar Rendam Rumah Dinas Gubernur dan Kapolda

Talkshow “Berani Berhenti Merokok” MTCC Unimma yang juga dihadiri mahasiswa, pelajar dan anak-anak ini bertujuan menggugah kesadaran tentang efek bahaya konsumsi rokok dan paparan asap rokok, serta mencegah penggunaan rokok dalam bentuk apapun (cq e-cigarret, vape) khususnya untuk anak-anak.

Anak Petani Tembakau “Berani Berhenti Merokok

Retno juga menyampaikan, pada peringatan HTTS kali ini, MTCC Unimma mengangkat tekad anak-anak petani tembakau – sebagai wakil generasi muda di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Nusa Tenggara Barat sebagai bagian dari gerakan “Berani Berhenti Merokok”.

“Ini bagian dari upaya meraih komitmen lima juta perokok untuk berhenti merokok dan mengajak seluruh komponen masyarakat mendukung komitmen berhenti merokok,” katanya.

Baca Juga: Angkatan Kedua, Sebanyak 30 WNI dari Suriah Kembali ke Tanah Air

Petani penghasil tembakau di Indonesia saat ini sejumlah 526.389 keluarga atau setara 2,6 juta orang.

Jumlah anak-anak petanipun masuk dalam golongan prevalensi merokok di kalangan remaja dan anak yang mencapai lebih dari 8%.

Retno mengungkapkan, meski riset MTCC Unimma menunjukkan bahwa petani pun tidak menghendaki anak-anak mereka menjadi perokok, namun gempuran iklan dan kurangnya kebijakan pengendalian tembakau melemahkan keinginan ini.

“Belum lagi selain resiko kesehatan, banyak aspek pertanian tembakau di Indonesia yang menimbulkan resiko signifikan bagi kesehatan dan keselamatan anak-anak petani tembakau,” pungkasnya.

Baca Juga: Antisipasi Macet saat Nataru, Truk Barang akan Dibatasi Mulai 21 Desember

Beberapa anak yang diwawancarai melaporkan gejala masalah pernapasan, gangguan kulit dan iritasi mata saat bekerja di pertanian tembakau.(L/R1/P1)

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Kota Semarang Raih Juara I Anugerah Bangga Berwisata Tingkat Nasional

Rekomendasi untuk Anda