Tennessee, AS, 12 Jumadil Awwal 1437/20 Februari 2016 (MINA) – Komunitas Muslimah di kawasan kota Antioch, Tennessee, AS bagian selatan, saat ini banyak yang mendaftarkan dirinya untuk mengikuti pelatihan beladiri Jiu-Jitsu aliran Brazilian.
Wanita-wanita berjilbab itu berlatih untuk pertahanan diri gangguan orang yang akan melecehkannya, CNN Kamis (19/2) melaporkan.
Kaum Muslimah itu selama tiga jam dalam satu kali pertemuan, berlatih beladiri Jiu-Jitsu, mulai dari gerakan pertahanan, hingga teknik serangan tendangan kaki, pukulan tangan dan serangan siku, yang akan membantu mereka menghadapi penyerang.
“Kami merasa lebih aman dengan berlatih beladiri,” ujar salah satu peserta.
Baca Juga: Di Balik Hijab, Ada Cinta
Sekitar tiga puluh wanita mengikuti satu sessi latihan di atas matras gym, dan sebagian di antara mereka adalah kaum Muslimah berjilbab.
Lufta Islam, seorang Muslimah ibu dari empat, tidak pernah diserang secara fisik, tetapi menggambarkan merasa lebih aman dari sebelumnya sepanjang mengikuti latihan beladiri itu.
Ia seringkali merasakan, saat berjalan melintasi jalanan parir, mendapatkan sekelompok laki-laki mendekat, tertawa-tawa dan bergumam, “Lihat, ada satu lagi.”
“Aku merasa seperti aku tidak benar-benar nerada di tempat yang aman,” ujarnya. Ia menambahkan, ia kadang melakukan perjalanan dengan suaminya, tapi tidak selalu.
Baca Juga: Menjadi Pemuda yang Terus Bertumbuh untuk Membebaskan Al-Aqsa
Lufta Islam mengatakan belajar beberapa gerakan beladiri telah membantu membangun kepercayaan dirinya.
Kelas serupa, kaum Muslimah berlatih beladiri, juga marak di kota besar New York dan Los Angeles.
Serangan Meningkat
Data kejahatan kebencian nasional yang dilaporkan ke FBI pada tahun 2014, menunjukkan kejahatan kebencian terhadap Muslim meningkat, pada peringkat kedua setelah kejahatan anti-Yahudi.
Baca Juga: Muslimat Pilar Perubahan Sosial di Era Kini
Namun FBI tidak melacak apakah korban dalam kejahatan-kejahatan kebencian agama adalah laki-laki atau perempuan.
Dewan Hubungan Islam-Amerika mengatakan, dalam dua bulan November dan Desember akhir tahun lalu, terjadi 17 insiden serangan terhadap masjid. Jumlah tertinggi sejak organisasi itu mulai melacak serangan pada tahun 2009. Kelompok itu mengatakan jumlah serangan terhadap masjid di AS tahun 2014-2015 meningkat empat kali lipat.
Kriminolog Brian Levin, seorang profesor di Universitas California State, San Bernardino, meluncurkan studi kejahatan rasial melalui kelompok penelitiannya, Pusat Studi Kebencian dan Ekstremisme.
Levin menganalisis aksi-aksi kejahatan kebencian laporan dari media dan kelompok-kelompok hak-hak sipil, menemukan data dari 13 November – 13 Desember 2015, tingkat kejahatan kebencian anti-Islam meningkat tiga kali lipat. Itu jika dibandingkan dengan rata-rata bulanan dari lima tahun sebelumnya.
Baca Juga: Tujuh Peran Muslimah dalam Membela Palestina
Levin menyebutkan data lebih lanjut, bahwa empat puluh persen korban kebencian itu adalah perempuan.
“Mereka perempuan dengan mudah diidentifikasi dan target yang mudah,” kata Levin. (T/P4/P2)
Mi’raj Islamic News Agency
Baca Juga: Muslimah dan Masjidil Aqsa, Sebuah Panggilan untuk Solidaritas