Ambon, 27 Rabi’ul Akhir 1438/26 Januari 2017 (MINA) – Menteri Penerangan Myanmar, U Pe Myint mengaku kagum dengan Maluku. Pasalnya, daerah yang sempat dilanda konflik horisontal 18 tahun silam ini mampu bangkit dengan cepat dari keterpurukan konflik bernuansa SARA. Bersama dengan dua puluh wakil menterinya, ia meminta solusi dari pemerintah Maluku mengenai langkah yang diambil sehingga kerukunan bisa terjalin dengan baik.
Dalam dialog bersama jajaran pemerintah provinsi Maluku beserta tokoh-tokoh agama, Myint mengatakan, pihaknya saat ini sedang berfikir keras bagaimana konflik religus yang terjadi di Myanmar bisa segera teratasi, sehingga masyarakat bisa hidup dengan tenang dan damai.
“Saya mau minta solusi apa yang bisa kami pemerintah Myanmar dapatkan dari Maluku ini, sehingga bisa kami terapkan untuk menyelesaikan konflik di negara kami dan untuk itu kami datang ke Maluku,” kata Myint dalam pertemuan tertutup yang berlangsung di Kantor Gubernur Maluku, Kamis (26/1). Demikian keterangan pers Kemanag yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Menanggapi permintaan dari pihak pemerintah Myanmar, Gubernur Maluku, Said Assagaff mengungkapkan, solusi pemecahan konflik di Maluku tidak lepas dari kearifan lokal masyarakat setempat.
Baca Juga: Prediksi Cuaca Jakarta Akhir Pekan Ini Diguyur Hujan
“Bersamaan dengan itu, kesadaran masyarakat untuk hidup saling berdampingan kian tumbuh seiring berjalannya waktu.Ditambah lagi dengan pemerintah Maluku yang memainkan fungsi dan perannya sebagai mediasi untuk menyelesaikan konflik,” ujar Said.
“Di Maluku, semua masyarakat kami tempatkan sama. Bahkan setiap kegiatan keagamaan berskala nasional yang warga Muslim kami tempatkan di rumah warga Kristen, sebaliknya yang kristen ditempatkan di perumahan warga Muslim, beber Assagaaf terkait solusi pemecahan konflik di Maluku,” terangnya.
Gubernur menyarankan, supaya mendapatkan solusi lebih lengkap lagi, waktu beberapa hari di Kota Ambon ini, pemerintah Myanmar mempergunakan waktunya untuk menemui tokoh-tokoh agama, karena peran mereka membangun kerukunan di Maluku juga cukup besar,
Sementara itu ditempat yang sama Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Maluku, Fesal Musaad, yang juga turut hadir memberikan solusi pemecahan konflik menyatakan, tidak salah jika pemerintah Myanmar menjadikan Maluku sebagai Class Room (Rumah Belajar) untuk menyelesaikan konflik yang sedang berlangsung di negaranya.
Baca Juga: Menag Tekankan Pentingnya Diplomasi Agama dan Green Theology untuk Pelestarian Lingkungan
Hal ini dilihat karena kedua daerah pada batas geografis yang berbeda ini sama-sama mengalami konflik. Hanya saja Maluku berhasil keluar dari perang horisontal bernuansa sara tersebut. Kakanwil mengungkapkan ada tiga hal yang menjadi indikator keberhasilan Maluku keluar dari lingkaran konflik.
“Yang pertama rehabilitas atau proses pembenahan, kemudian berikutnya membangun dialog dengan tokoh-tokoh agama untuk mencari langkah penyelesaian, dan ketiga penegakkan hukum,” ujar Musaad.
“Rehabilitasi yang dilakukan adalah memperbaiki rumah-rumah ibadah dan penduduk di daerah konflik, kemudian rehabilitasi mental masyarakat yang mengalami konflik,” jelasnya.
Solusi berikutnya menurut Musaad, adalah akar kearifan lokan yang begitu kuat, semisal Ai Ni Ain atau rasa saling memiliki, hubungan pela gandong atau hubungan persaudaraan mengikat antar suku, ras maupun agama.
Baca Juga: Menhan: 25 Nakes TNI akan Diberangkatkan ke Gaza, Jalankan Misi Kemanusiaan
“Siapa saja yang mau belajar tentang kerukunan termasuk pemerintah Myanmar boleh datang belajar di Maluku, karena Maluku adalah laboratorium kerukunan umat beragama di Indonesia,” tandasnya. (T/R05/RS3)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: BMKG: Waspada Gelombang Tinggi di Sejumlah Perairan Indonesia