Nasihat Iblis kepada Nabi Musa

Oleh Bahron Ansori, wartawan MINA

Bersikap hati-hati dan waspada terhadap segala tipu daya setan harus senantiasa dilakukan. Karena itu, ada baiknya seorang muslim mengetahui rahasia-rahasia setan. Satu di antara rahasia setan, bisa dilihat dalam dialog antara setan dan as.

Setan berkata, “Hai Musa! Engkaulah yang te-lah dipilih Allah untuk membawa risalah-Nya, dan engkaulah yang diajak-Nya berkata-kata dengan sebenar-benarnya. Dan, aku salah satu makhluk Allah Ta’ala yang telah berdosa, dan aku ingin bertobat. Maka mohonkanlah kepada Tuhanku, supaya Ia berikan obat kepadaku”.

Maka Nabi Musa as memohon kepada Allah, dan mendapat jawaban, “Hai Musa! Telah aku perkenankan permintaanmu.” Lalu Nabi Musa menemui dan berkata padanya, “Engkau telah diperintah sujud hormat kepada kubur Adam as, dan akan diberi tobat atasmu!”.

Mendengar nama Adam itu, iblis tiba-tiba bersikap takabur dan marah, seraya berkata, “Aku tidak mau sujud kepada Adam waktu hidupnya. Apakah aku patut sujud kepadanya sesudah matinya?”

Kemudian iblis berkata lagi, “Hai Musa! Sesungguhnya engkau berhak menerima balasan dariku, karena engkau telah memohon syafa’at kepada Allah bagi keampunanku. Maka ingatlah kepadaku dalam tiga perkara, niscaya aku tidak membuat kebinasaan kepadanya.

Pertama, ingatlah kepadaku di waktu engkau marah, karena aku akan membawa bisikan ke dalam hatimu, dan mataku berada dalam matamu dan aku berjalan dalam tubuhmu menurut aliran darah.

Kedua, ingatlah kepadaku di waktu engkau bertempur di medan perang menghadapi musuh, karena aku akan datang kepada manusia di waktu bertempur dengan musuh itu, dan aku ingatkan kepadanya akan anak istrinya, dan keluarganya supaya lari mundur teratur.

Ketiga, berhati-hatilah duduk dengan perempuan yang bukan mahramnya, karena aku akan menjadi utusannya kepadamu, dan menjadi utusanmu kepadanya.

Dari dialog Nabi Musa dengan setan di atas dapat diambil beberapa kesimpulan yang terkait dengan kondisi Indonesia saat ini. Pertama, krisis yang tak kunjung usai, telah membuat setiap orang mudah marah. Menyadari bahwa setan akan mudah memainkan orang yang sedang emosi (marah), menjadikan kita senantiasa waspada akan tipu dayanya itu.

Kedua, secara fisik perang memang jarang ter-jadi, tapi bukan berarti perang dalam bentuk lain tidak ada lagi. Bukankah perang yang paling besar itu, perang melawan hawa nafsu?

Maraknya korupsi, kolusi, nepotisme, suap menyuap dan prilaku anarkis lainnya merupakan cermin dari ketidakmampuan seseorang meme-rangi hawa nafsunya sendiri.

Ketiga, kehidupan yang bebas dari nilai-nilai Islami menyebabkan pergaulan antara lawan jenis semakin tak terkendali dan cenderung permisif. Dampaknya bisa dipastikan, banyak kejadian yang tidak diharapkan. Sebut saja misalnya, prilaku asusila, pelecehan seksual, sodomi, perkosaan, aborsi dan perbuatan mesum lainnya. Dan ini adalah akibat dari kelalaian manu-sia terhadap tipu daya setan. Waspadalah, waspadalah…! Waspadalah…! (R02/P001)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.