Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Neo Nazi dan Supremasi Kulit Putih Mengancam Dunia

Rifa Arifin - Senin, 25 Maret 2019 - 17:37 WIB

Senin, 25 Maret 2019 - 17:37 WIB

15 Views ㅤ

Oleh: Rifa Berliana Arifin, Kepala Redaksi Arab MINA

Lebih dari sepekan, aksi teror penembakan masal yang dilakukan Brenton Tarrant penganut ideologi neo Nazi terhadap jamaah Masjid Al-Noor di Chirstchurch, Selandia Baru, belum menuai upaya serius di tingkat internasional untuk memobilisasai perlawanan terhadap terorisme yang dipelopori Supermasi Kulit Putih.

Neo Nazi melakukan teror bertujuan mencegah masuknya imigran Muslim yang mereka anggap sebagai ancaman bagi kelangsungan hidup orang kulit putih di Eropa.

Dalam dokumen “manifesto” Brenton Tarrant, dirinya menyebut imigran Muslim sebagai “penjajah” (invaders), dan adalah tugasnya untuk menghentikan upaya “genosida” secara diam-diam terhadap kulit putih.

Baca Juga: Tak Ada Tempat Aman, Pengungsi Sudan di Lebanon Mohon Dievakuasi

Judul manifesto yang diunggahnya sebelum melakukan aksi adalah “The Great Replacement” bercerita tentang teori yang dipelopori oleh penulis Perancis Renaud Camus.

Teori tersebut mengatakan -seperti ditulis Renaud– masuknya imigran Muslim dari Timur Tengah dan Afrika Utara sebagai “konspirasi” untuk menghancurkan “identitas” Eropa.

Menurut kelompok ini, para imigran Muslim akan “mengubah wajah” Eropa dengan membangun masjid-masjid, memberlakukan hukum syariah dan menguasai kekuasaan politik.

Meski ucapan belasungkawa dan tangisan tak henti-henti tapi itu tidak lantas memecahkan masalah yang enggan diakui secara terus terang oleh negara-negara Barat.

Baca Juga: Pengungsi Sudan Menemukan Kekayaan Di Tanah Emas Mesir

Sampai saat ini belum terdengar ada deklarasi “perang melawan teroris neo Nazi dan Supremasi Kulit Putih” seperti halnya dideklarasikan kepada Al-Qaeda dan ISIS.

Mengapa tidak ada larangan dan upaya pembatasan yang jelas ditujukan kepada gerakan atau yang memiliki latar belakang teroris  neo Nazi dan ekstrimis kulit putih untuk bisa bergerak bebas.

Mengapa tidak ada inisiatif pemantauan berskala global untuk memerangi dan menekan penyebaran gerakan neo Nazi dan ekstrimis kulit putih di seluruh dunia.

Mengapa tidak ada langkah agresif untuk menghilangkan kelompok teroris neo Nazi dan ekstrimis kulit putih yang saat ini ,masih bebas menghasut kebencian di beberapa negara.

Baca Juga: Terowongan Silaturahim Istiqlal, Simbol Harmoni Indonesia

Situasi ini akan berbeda sekali ketika actor antagonisnya adalah dari kelompok Muslim atau yang berafiliasi dengan Islam, contohnya:  Aliansi Global perang melawan ISIS tahun 2014 yang terdiri dari 73 negara di seluruh dunia berkoalisi melawan ISIS, kenapa komitmen yang sama tidak dilakukan untuk memerangi neo Nazi dan Supremasi Kulit Putih di seantero dunia?

Seharusnya tidak ada standar ganda bahwa pemahaman neo Nazi dan Supremasi kulit sama bahayanya dengan ideologi yang diyakini ISIS. Bahkan jika dipahami secara mendalam, ancaman terorisme neo Nazi dan kulit putih jauh lebih berbahaya daripada ISIS.

Kenapa? karena ISIS hanya merekrut Muslim untuk menjadi pasukan mereka di Irak dan Suriah, tetapi gerakan teroris neo Nazi dan Supremasi Kulit Putih telah merajalela di Eropa, Amerika, bahkan Asia Pasifik.

ISIS hanya menargetkan serangan mereka di Afrika dan Asia, gerakan ‘Supremasi Putih’ tidak hanya bergerak underground, tapi semakin hari semakin aktif mempromosikan pemahaman mereka melalui modus operandi lewat partai-partai politik.

Baca Juga: Bukit Grappela Puncak Eksotis di Selatan Aceh

Sejarah mengajarkan bagaimana dalam situasi ekonomi dunia yang tidak stabil, penyebaran ideologi politik diskriminasi  khususnya yang terkait dengan kelompok-kelompok bersenjata ekstrim -ditambah dengan kekuatan militer akan menjadi simbiosis yang merusak.

Kasus serangan teroris neo Nazi dan Supremasi Kulit Putih bukanlah hal baru, tetapi serangkaian serangan ini memiliki grafik yang terus meningkat. Serangan di Oslo, Norwegia tahun 2011, Munich (Jerman), Kota Quebec (Kanada), Pittsburgh (AS), Charleston (AS) dan banyak lagi.

Dalam artikel yang dimuat The Economist berjudul ‘Is Right-Wing Terrorism on the Rising in the West?’ dengan jelas diterangkan bahwa Supremasi Kulit Putih semakin serius dan melonjak dari 2011 ke 2019.

Gerakan neo Nazi dan Supremasi Kulit Putih kurang terorganisir, tidak seperti ISIS yang memiliki struktur dan jaringan yang jelas. Ditambah mereka tidak terfokus hanya pada dua negara (seperti Irak dan Suriah yang merupakan target utama ISIS), hal itu membuat sulit untuk melawan neo Nazi dan Supremasi Putih.

Baca Juga: Masjid Harun Keuchik Leumik: Permata Spiritual di Banda Aceh

Selama langkah-langkah konkret untuk memerangi akar ideologis dari Supremasi Putih dan neo Nazi tidak diuapakan secara optimal, maka ancaman terorisme kulit putih tidak akan pernah surut.

Sudah saatnya kita mendesak diumumkannya deklarasi ‘perang melawan terorisme neo Nazi dan Supremasi Kulit Putih’ seperti yang diumumkan kepada Al-Qaeda dan ISIS.

Sudah saatnya mengambil langkah agresif untuk menghilangkan kelompok teroris neo Nazi dan Supremasi Kulit Putih yang saat ini bebas untuk menyebarkan kebencian di beberapa negara.

Sudah saatnya pula NGO dan yayasan nasional dan internasional berkoordinasi untuk mencegah penyebaran ideologi neo Nazi dan Supremasi Kulit Putih di seluruh dunia.

Baca Juga: Temukan Keindahan Tersembunyi di Nagan Raya: Sungai Alue Gantung

Pemerintah yang menolak mengklasifikasikan gerakan neo Nazi dan Supremasi Kulit Putih sebagai ‘teroris’ juga harus dikutuk sebagai pihak yang melindungi teroris.

Faktanya saat Iran, Irak, Afghanistan, Libya, Suriah, Yaman hancur terporak poranda karena dituduh bersekongkol dan melindungi teroris.

Negara OKI serta pemimpin Islam lainnya, tidak cukup berbelasungkawa tapi langkah proaktif menciptakan kerjasama multilatelar pada platform internasional harus diwujudkan untuk memerangi neo Nazi dan Supremasi Kulit Putih.

Dunia perlu tahu kekerasan dan terorisme bisa dilakukan oleh segala jenis manusia dengan segala jenis ideologi. Bisa datang dari ISIS ataupun neo Nazi, bahkan umat Budha yang selalu dicitrakan pecinta perdamaian bisa melakukan genosida terhadap masyarakat Muslim Rohingya. (A/RA-1/R06)

Baca Juga: Kisah Perjuangan Relawan Muhammad Abu Murad di Jenin di Tengah Kepungan Pasukan Israel

Miraj News Agency (MINA)

Artikel ini disampaikan dalam acara bedah berita MINA di Radio Silaturahim pada Jumat (22/3) lalu.

Sumber lanjutan :

https://www.economist.com/graphic-detail/2019/03/18/is-right-wing-terrorism-on-the-rise-in-the-west

Baca Juga: Pejuang Palestina Punya Cara Tersendiri Atasi Kamera Pengintai Israel

https://en.wikipedia.org/wiki/The_Great_Replacement_conspiracy_theory

Rekomendasi untuk Anda

Internasional
Eropa
Feature
Amerika