Khartoum, MINA – Faksi oposisi utama di Sudan menolak kesepakatan damai antara Israel dan pemerintah transisi di Khartoum, yang diumumkan pada Jumat (23/10) oleh Presiden AS Donald Trump, yang menjadi perantara kesepakatan tersebut.
“Kekuatan transisi dengan sengaja melanggar dokumen konstitusional dengan membuat langkah menuju normalisasi dengan entitas Zionis, melanggar prinsip dan komitmen Sudan,” kata Aliansi Pasukan Konsensus Nasional Sudan (NCFA) dalam sebuah pernyataan. Algemeiner melaporkan, Ahad (23/10).
NCFA adalah bagian dari aliansi Kebebasan dan Perubahan yang muncul setelah mantan Presiden Sudan Omar Al-Bashir digulingkan pada 2019.
“Tiga kata tidak” dalam pernyataan itu mengacu pada Resolusi Khartoum yang diadopsi pada tahun 1967 oleh Liga Arab dalam pertemuannya di ibukota Sudan.
Baca Juga: Pusat Budaya dan Komunitas Indonesia Diresmikan di Turki
“Tiga kata tidak” dari resolusi tersebut adalah, “tidak ada pengakuan atas Israel, tidak ada perdamaian dengan Israel, dan tidak ada negosiasi dengan Israel.”
Partai Kongres Populer Islamis, yang mendukung Bashir, juga mengecam pengumuman itu.
Pemimpin oposisi Sadiq al-Mahdi mengancam akan mencopot Partai Ummanya dari pemerintah, jika normalisasi dengan Israel dilakukan, menurut laporan itu.
Sisi lainnya, banyak pemimpin Sudan dan tokoh masyarakat menyambut baik berita normalisasi dengan Israel, dan menyatakan harapan bahwa kesepakatan itu akan membawa “masa depan yang lebih baik” bagi negara mereka. (T/RS2/RI-1)
Baca Juga: DPR AS Keluarkan RUU yang Mengancam Organisasi Pro-Palestina
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan