Palestina, Bukan Merebut, Tapi Memperjuangkan Hak

Oleh: , Mahasiswi Ma’had Al-Imam Malik Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP), Banyumas, Jateng

Membela diri sesungguhnya sangat tepat disematkan kepada para pejuang Palestina. Mereka berjuang untuk mendapatkan kembali hak tanah yang telah dirampas. Mereka berjuang untuk meraih kemerdekaan dari penjajahan Zionis Israel yang sangat kejam.

Jadi, pembelaan diri yang sah adalah milik rakyat Palestina, bukan negara penjajah Israel. Harusnya yang dimanakan teroris yang sesungguhnya adalah Israel. Israellah yang telah merampas, mengusir dan bahkan membunuh para warga, wanita, anak-anak Palestina yang tak berdosa. Seharusnya, mereka warga Palestinalah yang mendapatkan perlindungan dan keamanan.

Banyak orang yang menaruh harapan besar kepada Indonesia sebagai salah satu negara Muslim terbesar di dunia, yang konsisten membantu perjuangan rakyat Palestina, dalam mempromosikan perdamaian dunia dan menentang segala bentuk penjajahan.

Palestina atau yang mempunyai nama klasik Ardu Kan’an adalah wilayah yang sejak dahulu hingga sekarang menjadi tanah sengketa antara umat Islam dan Yahudi. Karena bagi kedua agama ini, Palestina tidak sekedar tempat hidup, tetapi mempunyai nilai spiritual.

Palestina sendiri yang pada awalnya dihuni oleh mayoritas umat Islam dengan perlahan-lahan tersingkir dan menjadi wilayah kependudukan Israel. Penjajahan oleh Israel Yahudi di tanah Palestina hingga saat ini sudah berlangsung lama sampai saat ini.

Karena alasan perebutan wilayah tersebut itu sebagai tempat hidup. Tetapi isu yang beredar itu salah satunya perebutan tentang ”tanah yang dijanjikan” menjadi faktor utama bagi mereka untuk menduduki wilayah tersebut

Milik Umat Islam

Palestina adalah tanah umat Muslim. Orang Yahudi atau orang-orang yang tidak beriman kepada Allah, tidak memiliki hak untuk memerintah di tanah Palestina.

Hal ini sebagaimana di jelaskan Allah SWT dalam surat Al Maidah : 21.

يَا قَوْمِ ادْخُلُوا الْأَرْضَ الْمُقَدَّسَةَ الَّتِي كَتَبَ اللَّهُ لَكُمْ وَلَا تَرْتَدُّوا عَلَىٰ أَدْبَارِكُمْ فَتَنْقَلِبُوا خَاسِرِينَ

Artinya : “(Nabi Musa AS berkata), Hai kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu lari ke belakang (karena takut kepada musuh), sehingga kamu menjadi orang-orang yang merugi.” (QS Al Maidah : 21).

Ayat tersebut diklaim orang-orang Yahudi sebagai bukti bahwa tanah Palestina adalah milik mereka. Padahal, ayat itu ditujukan kepada Bani Israil, pengikut Nabi Musa yang beriman kepada Allah, bukan kepada mereka yang tidak beriman.

Dalam ayat tersebut juga, Allah telah mengatur dan menetapkan bahwasannya pengikut Nabi Musa yang beriman kepada Allah akan melakukan pertemuan dengan musuh-musuh Allah yang mengambil alih tanah Palestina dan apa yang ada di sekitarnya.

Palestina adalah tanah umat Islam dan tidak dibolehkan bagi orang-orang kafir untuk memerintah atau bahkan tinggal di sana.

Nabi Musa, begitu pun Nabi-Nabi yang lain, membawa risalah Islam. Hal ini sebagaimana firman Allah :

وَقَالَ مُوسَىٰ يَا قَوْمِ إِنْ كُنْتُمْ آمَنْتُمْ بِاللَّهِ فَعَلَيْهِ تَوَكَّلُوا إِنْ كُنْتُمْ مُسْلِمِينَ

Artinya: “Dan Musa berkata, ‘Wahai kaumku! Apabila kamu beriman kepada Allah, maka bertawakallah kepada-Nya, jika kamu benar-benar orang Muslim (berserah diri)’.” (QS Yunus 84).

Orang-orang Yahudi sendiri tidak beriman kepada Nabi mereka, dan mencela Nabi Muhammad dengan tidak mengakuinya sebagai utusan Allah. Mereka menganggap Nabi Muhammad tidak punya hak untuk tidak beriman kepada Nabi Musa.

Padahal, Allah telah mengambil sumpah dari para Nabi yang diutus-Nya sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Ali Imran 81.

وَإِذْ أَخَذَ اللَّهُ مِيثَاقَ النَّبِيِّينَ لَمَا آتَيْتُكُمْ مِنْ كِتَابٍ وَحِكْمَةٍ ثُمَّ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مُصَدِّقٌ لِمَا مَعَكُمْ لَتُؤْمِنُنَّ بِهِ وَلَتَنْصُرُنَّهُ ۚ قَالَ أَأَقْرَرْتُمْ وَأَخَذْتُمْ عَلَىٰ ذَٰلِكُمْ إِصْرِي ۖ قَالُوا أَقْرَرْنَا ۚ قَالَ فَاشْهَدُوا وَأَنَا مَعَكُمْ مِنَ الشَّاهِدِينَ

Artinya : “Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi: “Sungguh, apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa kitab dan hikmah kemudian datang kepadamu seorang rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya”. Allah berfirman: “Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu?” Mereka menjawab: “Kami mengakui”. Allah berfirman: “Kalau begitu saksikanlah (hai para nabi) dan Aku menjadi saksi (pula) bersama kamu”.” (QS Ali Imran : 81)

Dengan demikian, seharusnya kita sebagai umat Muslimlah yang mengusir Yahudi dari tanah Palestina, seperti hal ketika Allah memerintahkan para pengikut Nabi Musa yang beriman kepada-Nya untuk mengusir mereka yang tidak beriman kepada Allah.

Kita tahu betul, bagaimana orang-orang Yahudi adalah bangsa pengecut yang dihinggapi rasa takut. Sikap pengecut ini terlihat jelas dari jawaban mereka terhadap ajakan Nabi Musa.

Kelanjutan ayat di atas menyebutkan:

قَالُوا يَا مُوسَىٰ إِنَّ فِيهَا قَوْمًا جَبَّارِينَ وَإِنَّا لَنْ نَدْخُلَهَا حَتَّىٰ يَخْرُجُوا مِنْهَا فَإِنْ يَخْرُجُوا مِنْهَا فَإِنَّا دَاخِلُونَ

Artinya : “Mereka berkata :”Hai Musa, sesungguhnya dalam negeri itu ada orang-orang yang gagah perkasa, sesungguhnya kami sekali-kali tidak akan memasukinya sebelum mereka ke luar daripadanya. Jika mereka keluar daripadanya, pasti kami akan memasukinya”.

قَالَ رَجُلَانِ مِنَ الَّذِينَ يَخَافُونَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمَا ادْخُلُوا عَلَيْهِمُ الْبَابَ فَإِذَا دَخَلْتُمُوهُ فَإِنَّكُمْ غَالِبُونَ ۚ وَعَلَى اللَّهِ فَتَوَكَّلُوا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ

“Berkatalah dua orang diantara orang-orang yang takut (kepada Allah) yang Allah telah memberi nikmat atas keduanya : “Serbulah mereka dengan melalui pintu gerbang (kota) itu, maka bila kamu memasukinya, nisacaya kamu akan menang. Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman”.

قَالُوا يَا مُوسَىٰ إِنَّا لَنْ نَدْخُلَهَا أَبَدًا مَا دَامُوا فِيهَا ۖ فَاذْهَبْ أَنْتَ وَرَبُّكَ فَقَاتِلَا إِنَّا هَاهُنَا قَاعِدُونَ

“Mereka berkata : “Hai Musa, kami sekali-kali tidak akan memasukinyua selama-lamanya, selagi mereka ada di dalamnya, karena itu pergilah kamu bersama Rabb-mu, dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja”.

قَالَ رَبِّ إِنِّي لَا أَمْلِكُ إِلَّا نَفْسِي وَأَخِي ۖ فَافْرُقْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ الْقَوْمِ الْفَاسِقِينَ

“Berkata Musa : “Ya Rabb-ku, aku tidak menguasai kecuali diriku sendiri dan saudaraku. Sebab itu, pisahkanlah antara kami dengan orang-orang yang fasik itu”.

قَالَ فَإِنَّهَا مُحَرَّمَةٌ عَلَيْهِمْ ۛ أَرْبَعِينَ سَنَةً ۛ يَتِيهُونَ فِي الْأَرْضِ ۚ فَلَا تَأْسَ عَلَى الْقَوْمِ الْفَاسِقِينَ

“Allah berfirman : “(Jika demikian), maka sesungguhnya negeri itu diharamkan atas mereka selama empat puluh tahun, (selama itu) mereka akan berputar-putar kebingungan di bumi. Maka janganlah kamu bersedih hati (memikirkan nasib) orang-orang yang fasik itu.” (QS Al-Maidah/5: 22-26).

Sudah jelas, bahwa dengan terusirnya dari tanah yang diberkahi ini, bagaimana mungkin mereka mengaku bahkan memiliki hak atas tanah ini?

Sementara itu, pengembaraan ke berbagai penjuru bumi, karena terusir di mana-mana menimbulkan konsekwensi bagi mereka berinteraksi, dan beranak-pinak dengan bangsa lainnya. Sehingga terputuslah nasab mereka dengan nenek moyangnya.

Propaganda Yahudi

Besar kemungkinan, bahwa generasi Yahudi pada masa sekarang ini bukanlah keturunan Bani Israil, bukan keturunan Nabi Musa, juga bukan keturunan Nabi Yaqub (Nabi Israil).

Meski demikian, mereka berupaya keras menyebarluaskan propaganda dan klaim palsu ini, bahwa merekalah yang keturunan orang-orang Bani Israil generasi pertama yang menghuni Palestina dahulu.

Tujuan propaganda ini, agar kaum Nasrani menilai mereka sebagai keturunan Nabi Ya’qub. Sehingga muncul opini, bahwa merekalah yang dimaksud oleh janji sebagaimana tersebut dalam Pejanjian Lama. Dengan ini Yahudi berharap Nasrani merasa memiliki ikatan emosional, dan kemudian membela Yahudi.

Sebab Nasrani mengagungkan Taurat (Perjanjian Lama) dan menganggapnya sebagai wahyu dari Allah.

Akan tetapi, fakta menujukkan, jika klaim mereka adalah dusta. Mereka mengaku akar keturunannya masih murni, bersambung sampai ke Israil (Ya’qub). Padahal, mereka sendiri telah mengakui, banyak di antara orang-orang Yahudi yang menikahi wanita non-Yahudi. Demikian juga, kaum wanitanya pun menikah dengan lelaki non-Yahudi.

Sebagai bukti, ada sebuah suku yang besar di Rusia , Khazar telah memeluk Yahudi pada abad ke-8 Masehi. Kerajaan ini begitu kuatnya. Kemudian mengalami kehancuran total setelah diserang Rusia.

Sejak abad ke -13 Masehi, wilayah ini terhapus dari peta Eropa. Penduduknya bercerai-berai di Eropa Barat dan Timur. Ini merupakan salah satu indikasi yang jelas, bahwa mereka tidak mempunyai ikatan dengan Ya’qub dan keturunannya.

Kalaupun mereka tetap bersikeras mengaku sebagai keturunan Ya’qub, akan tetapi kita sebagai kaum Muslimin, kita tidak mengubah sikap sampai kapan pun.

Selama mereka memusuhi kaum Muslimin dan menindas saudara-saudara semuslim kami di Palestina, kita akan tetap menyuarakan dan membela kemerdekan Palestina. Karena itu adalah hak bagi warga Palestina. Karena, nasab tidak ada artinya, bila masih berkutat dalam kekufuran. Wallahu A’lam. (A/Luq/RS2)

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.