Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Patung-Patung Konfederasi dan Pemilik Budak Bertumbangan

Rudi Hendrik - Sabtu, 13 Juni 2020 - 15:05 WIB

Sabtu, 13 Juni 2020 - 15:05 WIB

12 Views

Gerakan untuk merobohkan monumen Konfederasi di sekitar Amerika Serikat (AS) berlangsung cepat, setelah kematian George Floyd di tangan polisi kulit putih di kota Minneapolis.

Gerakan itu telah meluas menargetkan patung-patung tokoh pedagang budak dan penjajah imperialis di seluruh dunia, termasuk patung Christopher Columbus, Cecil Rhodes dan Raja Leopold II Belgia.

Protes dan dalam beberapa kasus tindakan vandalisme telah terjadi di kota-kota seperti Boston, New York, Paris, Brussels, Oxford, dan London, dalam upaya peninjauan ulang yang intens atas ketidakadilan rasial selama berabad-abad.

Di kota terbesar keempat Selandia Baru patung perunggu dari perwira angkatan laut Inggris Kapten John Hamilton, pada hari Jumat, 12 Juni 2020 dipindahkan pemerintah, sehari setelah suku Maori meminta patung itu diturunkan dan seorang tetua Maori mengancam akan merobohkannya sendiri.

Baca Juga: Pengungsi Sudan Menemukan Kekayaan Di Tanah Emas Mesir

AS pertimbangkan kembali simbol-simbol kekejaman

Di dekat Santa Fe, New Mexico, para aktivis menyerukan pembongkaran patung Don Juan de Onate, seorang conquistador Spanyol abad ke-16 yang dipuja sebagai bapak pendiri Hispanik. Ia dicaci maki karena kebrutalannya terhadap penduduk asli Amerika, termasuk perintah untuk memotong kaki dari dua lusin orang.

Sebuah aksi vandal menggergaji kaki kanan patung pada 1990-an.

Di AS, kematian Floyd pada 25 Mei, seorang pria kulit hitam yang meninggal setelah dijepit lehernya oleh lutut polisi, telah menyebabkan upaya habis-habisan masyarakat luas untuk menghilangkan simbol-simbol Konfederasi dan perbudakan.

Baca Juga: Terowongan Silaturahim Istiqlal, Simbol Harmoni Indonesia

Angkatan Laut, Marinir dan NASCAR telah mengadopsi larangan menampilkan bendera Konfederasi. Sementara patung-patung pahlawan pemberontak di Selatan telah dirusak atau dihancurkan, baik oleh pengunjuk rasa atau pemerintah setempat.

(Foto: Kristen Zeis/The Virginian-Pilot

Konfederasi mempersamakan patung dengan karya seni

Pada Rabu malam, 10 Juni 2020, pengunjuk rasa merobohkan patung Konfederasi yang sudah berusia seabad, Jefferson Davis di Richmond, Virginia, bekas ibu kota Konfederasi.

Patung itu berdiri beberapa blok jauhnya dari sebuah patung penunggang kuda, jenderal berkuda setinggi 18,5 meter, Jenderal Robert E. Lee, yang paling dihormati dari semua pemimpin Konfederasi.

Baca Juga: Bukit Grappela Puncak Eksotis di Selatan Aceh

Gubernur Demokrat Ralph Northam pekan lalu memerintahkan pembongkarannya, tetapi seorang hakim memblokir tindakan tersebut untuk saat ini.

Juru bicara divisi Virginia dari Putra Konfederasi Veteran, B. Frank Earnest, mengutuk penggulingan “karya seni publik”. Ia mengibaratkan kehilangan patung Konfederasi sama dengan kehilangan anggota keluarga.

Di tempat lain di sekitar Selatan, pihak berwenang di Alabama menyingkirkan sebuah obelisk besar-besaran di Birmingham dan rupa perunggu seorang perwira angkatan laut Konfederasi di Mobile.

Di Virginia, blok pelelangan budak dihilangkan di Fredericksburg dan pengunjuk rasa di Portsmouth menjatuhkan kepala empat patung Konfederasi.

Baca Juga: Masjid Harun Keuchik Leumik: Permata Spiritual di Banda Aceh

Monumen itu diyakini terletak di mana pernah berdiri sebuah pos cambuk budak. Aktivis dan penyelenggara Portsmouth Rocky Hines mengatakan, menghapusnya adalah langkah kecil ke arah yang benar.

Trump menentang

Di Washington, Ketua DPR Nancy Pelosi mengatakan, sudah waktunya untuk menghapus patung-patung tokoh Konfederasi dari US Capitol dan menyingkirkan nama mereka dari pangkalan militer seperti Fort Bragg, Fort Benning dan Fort Hood.

Presiden Donald Trump menolak gagasan mengganti nama pangkalan. Namun, Partai Republik di Senat yang berisiko kehilangan mayoritanya dalam pemilihan umum pada November, tidak sependapat dengan Trump dalam hal ini.

Baca Juga: Temukan Keindahan Tersembunyi di Nagan Raya: Sungai Alue Gantung

Panel Senat yang dipimpin GOP pada hari Kamis, 11 Juni 2020, menyetujui rencana untuk mengambil nama Konfederasi dari instalasi militer.

Monumen Davis dan banyak lainnya di Selatan AS dibangun beberapa dekade setelah Perang Saudara selama era Jim Crow, ketika negara-negara bagian memberlakukan undang-undang segregasi baru yang keras, dan selama gerakan Lost Cause.

Gerakan Lost Cause adalah upaya para sejarawan dan lainnya yang berusaha menyusun kembali bahwa pemberontakan Selatan adalah suatu usaha mulia, berjuang untuk membela, bukan perbudakan, tetapi hak-hak negara.

Bagi pengunjuk rasa yang dimobilisasi oleh kematian Floyd, target telah jauh melampaui Konfederasi. Patung-patung Columbus telah digulingkan atau dirusak di kota-kota seperti Miami, Richmond, St Paul, Minnesota dan Boston.

Baca Juga: Kisah Perjuangan Relawan Muhammad Abu Murad di Jenin di Tengah Kepungan Pasukan Israel

Kota Camden, Negara Bagian New Jersey, menyingkirkan patung Columbus. Para pengunjuk rasa menuduh penjelajah Italia melakukan genosida dan eksploitasi terhadap penduduk asli.

(Foto: NYPost)

Cuomo membela simbolisme Columbus untuk orang Amerika Italia

Gubernur Andrew Cuomo pada Kamis, 11 Juni 2020, mengatakan, New York harus menjaga patung-patung penghormatan Christopher Columbus, meskipun kebrutalan penduduk Hindia Barat yang ia temui dalam perjalanannya ke Dunia Baru tidak bisa dimaafkan.

Cuomo mengatakan Columbus adalah sosok penting bagi orang Amerika Italia, melambangkan kontribusi mereka untuk New York. Karena alasan itu, ia menentang pemindahan patung-patung itu.

Baca Juga: Pejuang Palestina Punya Cara Tersendiri Atasi Kamera Pengintai Israel

“Saya mengerti perasaan tentang Christopher Columbus dan beberapa tindakannya, yang tidak akan didukung oleh siapa pun,” kata Cuomo pada briefing. “Tapi patung itu ada untuk mewakili dan menandakan penghargaan atas kontribusi orang Italia-Amerika untuk New York,” katanya.

Cuomo adalah seorang cucu dari imigran Italia. Ia biasa hadir dalam parade Hari Columbus di New York City, telah secara konsisten mendukung patung-patung itu melawan seruan sporadis untuk pemindahannya.

Patung Columbus paling terkenal di New York menjulang di atas lingkaran lalu lintas Manhattan yang menyandang namanya.

Inggris menghadapi masa lalu kolonial

Baca Juga: Catatan Perjalanan Dakwah ke Malaysia-Thailand, Ada Nuansa Keakraban Budaya Nusantara

Di Universitas Oxford, pengunjuk rasa telah meningkatkan upaya lama mereka untuk menghapus patung Rhodes, imperialis Victoria yang menjabat sebagai Perdana Menteri Cape Colony di Afrika Selatan.

Dia menghasilkan banyak uang dari emas dan berlian di punggung para penambang yang bekerja dalam kondisi sangat tidak manusiawi.

Wakil Rektor Oxford Louise Richardson, dalam sebuah wawancara dengan BBC, menolak gagasan itu.

“Kita perlu menghadapi masa lalu kita,” katanya. “Pandangan saya sendiri tentang menyembunyikan sejarah kita bukanlah jalan menuju pencerahan.”

Baca Juga: Pengabdian Tanpa Batas: Guru Honorer di Ende Bertahan dengan Gaji Rp250 Ribu

Gerakan “Rhodes Must Fall” yang dimulai di Afrika Selatan gagal dalam upaya sebelumnya untuk memindahkan patung itu, tetapi telah dihidupkan kembali oleh gelombang protes anti-rasisme terkini.

Sylvanus Leigh (44) mengatakan, patung batu kapur dari taipan era Victoria, yang mendirikan perusahaan berlian De Beers di tempat yang sekarang bernama Zimbabwe, mewakili “pola pikir kolonial”.

Anggota parlemen lokal Layla Moran menyebut Rhodes seorang “supremasi kulit putih yang tidak mewakili nilai-nilai Oxford pada tahun 2020.”

Kekejaman masa lalu di Selandia Baru dan Australia terhadap penduduk asli

Baca Juga: RSIA Indonesia di Gaza, Mimpi Maemuna Center yang Perlahan Terwujud

Protes di Australia dan Selandia Baru telah berfokus pada kekejaman yang dilakukan terhadap penduduk asli oleh penjajah Eropa, dengan ribuan demonstran anti-rasisme berbaris selama sepekan terakhir.

Patung komandan Inggris John Hamilton di kota Hamilton, Selandia Baru, diturunkan sehari setelah seorang pemimpin Maori mengancam akan merobohkannya sendiri.

“Kita tidak bisa mengabaikan apa yang terjadi di seluruh dunia. Pada saat kita berusaha membangun toleransi dan pemahaman antarbudaya dalam masyarakat, saya pikir patung itu tidak membantu kita menjembatani kesenjangan itu,” kata Walikota Paula Southgate.

Hamilton memimpin resimen di Pertempuran Gate Pa antara pemerintah kolonial dan suku-suku Maori pada tahun 1860-an, saat ia terbunuh.

Sudah ada seruan berulang kali oleh komunitas Maori untuk menghapus patung yang pernah dirusak pada tahun 2018.

Namun, tidak semua orang setuju dengan gagasan untuk menjatuhkan patung. Wakil Perdana Menteri Winston Peters menyebutnya sebagai “gelombang kebodohan”.

“Suatu negara belajar dari kesalahan dan kemenangannya. Rakyatnya harus memiliki pengetahuan dan kedewasaan untuk membedakan keduanya,” katanya.

Kota tidak memiliki rencana untuk mengubah namanya.

Leopold II menewaskan hampir 10 juta orang

Di seluruh Belgia, patung-patung Leopold II telah dirusak di setengah lusin kota karena pemerintahan brutal raja terhadap Kongo. Lebih dari satu abad yang lalu, ia memaksa banyak orang ke dalam perbudakan untuk mengekstraksi karet, gading dan sumber daya lainnya untuk keuntungannya sendiri.

Para ahli mengatakan dia menewaskan 10 juta orang.

“Jerman tidak akan memasukkan ke kepala mereka untuk mendirikan patung-patung Hitler dan menghibur mereka,” kata Mireille-Tsheusi Robert, seorang aktivis di Kongo yang ingin patung Leopold dipindahkan dari kota-kota Belgia. Ia mengumpamakan dengan Jerman yang punya masa lalu kelam terhadap Hitler. “Bagi kami, Leopold telah melakukan genosida.” (AT/RI-1/RS3)

Sumber: TRT World

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Eropa
Feature
Breaking News
Palestina