Kandy, MINA – PBB pada Ahad (11/3) mengutuk serangkaian serangan anti-Muslim di Sri Lanka, termasuk pembakaran masjid dan tempat bisnis atau usaha.
Wakil Sekretaris Jenderal Urusan Politik Jeffrey Feltman mengatakan kepada pemerintah Sri Lanka bahwa orang-orang di balik kekerasan harus diadili.
Selama kunjungannya, Feltman “mengutuk gangguan hukum dan ketertiban serta serangan terhadap umat Islam dan harta benda mereka,” sebuah pernyataan PBB mengatakan.
Feltman yang bertemu dengan para pemimpin Muslim setempat untuk menunjukkan solidaritas, mendesak implementasi komitmen pemerintah yang cepat dan penuh untuk membawa pelaku kekerasan dan ujaran kebencian ke pengadilan, mengambil tindakan untuk mencegah kejadian berulang, dan supaya menegakkan hukum tanpa diskriminasi.
Baca Juga: DPR AS Keluarkan RUU yang Mengancam Organisasi Pro-Palestina
Serangan kekerasan terhadap umat Islam menyapu distrik pusat Kandy selama sepekan terakhir, Al Jazeera melaporkan, Senin (12/3).
Kekerasan tersebut dipicu oleh kematian seorang Buddhis dari etnik mayoritas Sinhala setelah dipukuli oleh sekelompok pria Muslim karena perselisihan lalu lintas.
Massa Buddhis kemudian melakukan kekerasan dan sweeping yang menyebabkan setidaknya dua Muslim tewas serta masjid, puluhan rumah, dan bisnis dibakar. Beberapa lusin orang terluka dalam kerusuhan tersebut.
“Empat masjid, 37 rumah, 46 toko dan 35 kendaraan rusak di Digana dan daerah Teldeniya akibat serangan massa,” kata seorang pejabat setempat kepada BBC. “Semuanya hancur. Muslim hidup dalam ketakutan,” ujarnya.
Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan
Pihak berwenang mengumumkan keadaan darurat dan memberlakukan jam malam dalam upaya untuk mengurangi kekerasan tersebut. Namun Muslim Sri Lanka mengatakan kepada Al Jazeera bahwa mereka khawatir serangan tersebut akan berlanjut.
Polisi telah menangkap tersangka penghasut kerusuhan tersebut. Mereka termasuk pemimpin kelompok Mahason Balakaya, Amith Weerasinghe, dan biksu Budagoda Atte Gnanasara dari Bodu Bala Sena (BBS).
Mahason Balakaya merupakan yang sering menyebarkan ujaran kebencian terhadap Muslim atau video anti-Islam. Sementara BBS memiliki hubungan dengan kelompok Buddhis garis keras Ma Ba Tha di Myanmar.
Kelompok anti-Muslim semakin berani melakukan kekerasan dan menyulut api kebencian akibat kegagalan pemerintah Presiden Maithiripala Sirisena untuk mengambil tindakan yang memadai.
Baca Juga: Joe Biden Marah, AS Tolak Surat Penangkapan Netanyahu
Misalnya, pidato pada Juni 2014 yang disampaikan Gnansara secara luas dianggap sebagai pemicu timbulnya kerusuhan anti-Muslim di Aluthgama, yang mengakibatkan empat orang terbunuh dan setidaknya 80 lainnya terluka. Tapi dia tidak ditangkap saat itu.
Pada Sabtu lalu, Presiden Maithripala Sirisena mengumumkan panel tiga anggota akan ditunjuk untuk menyelidiki dan menghapus jam malam. Namun, tentara masih siaga di jalanan.
Kekerasan tersebut telah menimbulkan kekhawatiran akan ketidakstabilan di Sri Lanka, sebuah negara kepulauan Asia Selatan yang masih berjuang untuk pulih dari hampir tiga dekade perang saudara etnis.
Muslim mencapai 10 persen dari total 21 juta jiwa penduduk Sri Lanka, atau agama terbesar ketiga setelah Buddha dan Hindu. (T/R11/RI-1)
Baca Juga: Inggris Hormati Putusan ICC, Belanda Siap Tangkap Netanyahu
Miraj News Agency (MINA)