Pengunjuk Rasa Sri Lanka Kembali Turun ke Jalan

Kolombo, MINA – Para pengunjuk rasa anti-pemerintah telah turun kembali ke jalan-jalan di ibu kota setelah Presiden yang baru diangkat bersumpah untuk menindak demonstran yang menggulingkan pendahulunya, Kamis (21/7).

Presiden Ranil Wickremesinghe telah mengutuk para demonstran dan menudingnya “melawan hukum”, Press TV melaporkan.

Parlemen Sri Lanka memilih politisi lama Wickremesinghe sebagai presiden baru negara itu dalam pemungutan suara rahasia pada hari Rabu. Dia sebelumnya menjabat sebagai perdana menteri untuk mantan Presiden Gotabaya Rajapaksa, yang melarikan diri dari negara itu sepekan yang lalu setelah berbulan-bulan protes yang menyerukan pengunduran dirinya.

Kurang dari satu jam setelah dia dinyatakan sebagai presiden pada hari Rabu, sebuah perintah pengadilan dikeluarkan yang melarang siapa pun berkumpul dalam jarak 50 meter dari patung di Galle Face di Kolombo, di mana para demonstran telah berkemah selama berbulan-bulan untuk memprotes keruntuhan ekonomi negara itu.

Wickremesinghe dengan jelas mengatakan, dia tidak akan mentolerir protes dan tidak akan takut untuk menindak demonstrasi.

“Kami tidak akan membiarkan minoritas pengunjuk rasa menekan aspirasi mayoritas diam yang menuntut perubahan dalam sistem politik,” katanya.

“Jika Anda mencoba menggulingkan pemerintah, menduduki kantor presiden dan kantor perdana menteri, itu bukan demokrasi, itu bertentangan dengan undang-undang,” katanya. “Kami akan menangani mereka dengan tegas sesuai hukum.”

Wickremesinghe telah enam kali menjadi perdana menteri dan dekat dengan keluarga Rajapaksa. Rajapaksa yang menunjuk Wickremesinghe sebagai perdana menteri pada Mei lalu dan kemudian sebagai pejabat presiden, setelah Rajapaksa meninggalkan negara itu pada Juli yang semakin membuat marah para pengunjuk rasa, yang ingin elit penguasa negara itu pergi.

Para pengunjuk rasa juga marah karena mereka juga menuntut pemecatan Wickremesinghe selama berpekan-pekan, menganggapnya bertanggung jawab atas krisis ekonomi dan politik yang belum pernah terjadi sebelumnya di negara itu.

Kediaman pribadi Wickremesinghe dibakar pekan lalu dan kantornya juga diduduki selama protes.

Pengunjuk rasa khawatir dia tidak akan mempengaruhi perubahan konstitusi yang dituntut oleh gerakan protes, termasuk diakhirinya sistem kepresidenan eksekutif.

“Kami berhasil mengusir Gotabaya Rajapaksa, yang memperoleh 6,9 juta suara, tetapi Ranil Wickremesinghe sekarang telah mengamankan kursi itu dari belakang,” kata Wasantha Mudalige, pemimpin Federasi Mahasiswa Antar Universitas, kepada orang banyak saat. “Ranil bukan presiden kita… mandat rakyat ada di jalanan.”

Wickremesinghe akan menjabat selama sisa masa jabatan Rajapaksa, hingga November 2024. Segera setelah ia menjadi presiden, jabatan perdana menteri menjadi kosong dan kabinet menteri dibubarkan. Wickremesinghe juga akan mengundurkan diri sebagai anggota parlemen. Fokus langsungnya adalah menemukan kandidat yang cocok untuk perdana menteri dalam pemerintahan baru.

Warga Sri Lanka telah memprotes selama berpekan-pekan di tengah krisis ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang telah membawa negara itu ke jurang kebangkrutan dan semakin tidak mampu membayar makanan, bahan bakar, dan obat-obatan.

Perekonomian negara terus menghadapi inflasi yang melonjak, dan banyak warga Sri Lanka masih mengantre berjam-jam untuk membeli kebutuhan pokok, seringkali dengan harga yang berlipat ganda atau tiga kali lipat dalam beberapa bulan terakhir.

Analisis terbaru Program Pangan Dunia melaporkan bahwa 86% keluarga di Sri Lanka melewatkan makan, makan lebih sedikit, atau membeli makanan yang lebih buruk. (T/RI-1/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)