Bangkok, 4 Syawal 1436/20 Juli 2015 (MINA) – Pengamat internasional di Thailand menyatakan keraguannya terhadap kebijakan pemerintah yang membebaskan mantan pemimpin gerilyawan Muslim Melayu untuk menengahi pembicaraan damai.
Matthew Wheeler, seorang peneliti organisasi cendekiawan International Crisis Group, menyatakan keraguannya pada Senin (20/7) tentang terbatasnya pengaruh pejuang lama terhadap kelompok-kelompok pejuang yang aktif.
“Tampaknya diragukan bahwa pembebasan ini dapat membantu banyak,” katanya kepada Anadolu Agency yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
“Ada kemungkinan mereka masih memiliki sedikit pamor, karena mereka memilih ditangkap daripada menerima kesepakatan dengan pemerintah, tetapi mereka jelas dari era yang berbeda dari perlawanan sekarang,” tambahnya.
Baca Juga: Presiden Korea Selatan Selamat dari Pemakzulan
Pada Jumat (17/7), junta Thailand membebaskan Haji Sama-ae Thanam (63), mantan pemimpin sayap bersenjata Organisasi Persatuan Pembebasan Patani (PULO), kelompok pejuang Muslim Melayu utama di tahun 1970-an hingga 1980-an.
Sama-ae Thanam telah ditangkap pada 1997 dan divonis hukuman seumur hidup pada 2011.
Bangkok Post mengutip sumber keamanan dalam pemberitaan Senin yang mengungkapkan mantan pemimpin PULO lainnya, Haji Daoh Thanam, akan dibebaskan pekan ini.
Kedua mantan pemimpin gerilyawan itu diharapkan membantu Pemerintah Thailand “memperlancar jalannya pembicaraan damai dengan kelompok gerilyawan selatan”.
Baca Juga: Jumat Pagi Sinagog Yahudi di Meulbourne Terbakar
Kelompok-kelompok bersenjata yang berbasis di Provinsi Pattani, Yala, Narathiwat, dan Songkhla, dibentuk pada tahun 1960 setelah kediktatoran militer mencoba campur tangan dalam sekolah-sekolah Islam.
Sebuah dialog perdamaian telah dimulai di bawah pemerintahan terpilih, mantan Perdana Menteri Yingluck Shinawatra pada 2013, namun dihentikan pada Desember tahun itu karena ketegangan politik di Bangkok.
Enam kelompok Pejuang Muslim, termasuk PULO dan BRN, baru-baru ini mendirikan sebuah Dewan Konsultatif Patani dengan nama MARA Patani, dalam rangka mengkoordinasikan pembicaraan damai. (T/P001/R05)
Baca Juga: Taliban Larang Pendidikan Medis Bagi Perempuan, Dunia Mengecam
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)