PENGAMAT SOSIAL: JANGAN BIARKAN MANOKWARI RUSUH KARENA TOLAK MASJID

Pembangunan Masjid di Manokwari Papua Barat
Pembangunan di

Manokwari, 21 Muharram 1437/3 November 2015 (MINA) – Pengamat sosial Universitas Papua, Manokwari, DR Mulyadi Djaya mengatakan, aksi demonstrasi dengan mengerahkan massa besar-besaran untuk melakukan penolakan terhadap pendirian masjid di Manokwari seperti yang terjadi pada Kamis lalu (29/10), sebenarnya tidak perlu terjadi.

Syaratnya adalah bila kedua belah pihak atau kelompok patuh dan taat dengan keputusan pertemuan yang difasilitasi oleh Polda Papua Barat pada bulan September lalu.

“Bila ada persoalan yang mengganjal maka seharusnya semua itu kemudian diserahkan kepada Pemerintah yang memang sudah memiliki payung hukum tentang pendirian rumah ibadah,” kata Mulyadi, yang juga Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Papua Barat, Selasa (3/11). Demikian keterangan Pers DMI.

Mulyadi menegaskan, demonstrasi besar-besaran yang membawa soal isu suku agama ras dan antargolongan (SARA) punya risiko yang tinggi atas terjadinya gangguan keamanan dan meletupkan konflik sosial. Hal ini karena aksi tersebut sangat mudah disusupi pihak lain yang tidak menginginkan kondisi Papua, khususnya Manokwari, tetap aman dan damai.

“Apalagi kini situasinya menjelang ajang pemilukada yang akan berlangsung pada Desember nanti. Maka, akan sangat mudah dimanfaatkan oleh orang-orang yang sengaja ummat beragama di Manokwari pecah berkeping-keping,’’ katanya.

Sebelumnya, pada Kamis (29/10) sekitar dua ribu masa umat Kristiani di Manowari melakukan aksi unjuk rasa menolak kehadiran masjid di Manokwari.

Pada saat itu, para pengunjuk rasa di dalam orasinya yang dilakukan di depan kantor Bupati Manokwari, meminta agar aparaat membongkar dan tidak melanjutkan pembangunan sebuah masjid yang akan didirikan di Kelurahan Andya, Kecamatan Manokwari Selatan. (T/P002/R03)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

 

 

 

Comments: 0