Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pengantin Budak India, Dijual Seperti Sapi dan Kambing

Rudi Hendrik - Kamis, 17 November 2016 - 23:53 WIB

Kamis, 17 November 2016 - 23:53 WIB

1722 Views

Malda, INDIA: An Indian groom puts vermilion, the holy mark belived the as sign of hindu marriage, on the forehead of his underage bride during a mass marriage programme in the village of Malda, some 360 Kms. northeast of Kolkata, 02 March 2006. India amended its Child Marriage Restraint Act in 1978, setting 18 as the minimum age for a woman to marry and 21 for a man, and lawmakers hoped in vain that the threat of fines and imprisonment would curb under-age marriages, but the practice continues. AFP PHOTO/STR (Photo credit should read STRDEL/AFP/Getty Images)

Ketika pertama kali Muklesha dijual, ia baru berusia 12 tahun. Pembelinya adalah seorang pria berumur 70-an. Kemudian yang terjadi adalah pernikahan dan melahirkan bayi.

Namun, tiga tahun kemudian, pria itu meninggal dan Muklesha lagi-lagi dipersiapkan untuk dijual. Dan kali ini, pembelinya adalah seorang yang mengerikan.

Muklesha tidak diberi makan oleh pria yang membelinya. Pria itu membawa Muklesha ke ladang dan menyumpal mulutnya dengan lumpur dan kemudian memukulnya.

Muklesha adalah salah satu dari ribuan pengantin budak India, yaitu anak perempuan dan perempuan dewasa yang dijual untuk pernikahan. Mereka sering disalahgunakan dan hidup dalam kesulitan seumur hidup, sebagaimana tim dokumenter 101 East Al Jazeera ungkapkan.

Baca Juga: Agar Waktu Menjadi Berkah

Di India, aborsi lebih memilih janin perempuan, sehingga menciptakan salah satu ketidakseimbangan jender paling parah di dunia.

Sekarang, kekurangan wanita di India menimbulkan permintaan yang berbahaya untuk pengantin di antara orang-orang yang nekat untuk menikah, terutama di Negara Bagian Haryana, yang memiliki salah satu rasio jenis kelamin terburuk di negara itu.

Untuk memenuhi permintaan pengantin wanita, pedagang melakukan penculikan wanita dari negara bagian lain dan menjualnya kepada pria-pria di Haryana.

Muklesha mengaku tidak bisa melarikan diri atau mengakhiri penderitaan hidupnya, tidak ada seorang pun yang bisa ia mintai bantuan.

Baca Juga: Serangan Siber Fisik di Lebanon: Perang di Era Baru?

Sebuah survei terhadap 10.000 rumah tangga di Negara Bagian Haryana, menemukan ada lebih dari 9.000 perempuan yang menikah berasal dari negara bagian lain.

Tim dokumenter Al Jazeera menemukan fakta bahwa sebagian perempuan yang tinggal di desa-desa di Haryana pernah dijual sebanyak tiga kali. Penduduk desa menyebutnya “Paros”, istilah yang bermaksud merendahkan dan menyiratkan bahwa mereka telah dibeli.

Wanita lain yang bernama Sanjida, telah diperdagangkan ke Haryana ketika dia baru berusia 10 tahun. Sanjida tinggal di sebuah desa di Negara Bagian Assam. Dia mengatakan, seorang gadis yang lebih tua dekat rumah keluarganya telah membius dan menculiknya.

“Saya dipaksa melakukan pekerjaan lapangan, memotong rumput, memberi makan sapi, melakukan semua pekerjaan. Saya menangis selama satu tahun. Saya berada di penangkaran selama empat tahun,” katanya kepada tim Al Jazeera.

Baca Juga: Geger Peretasan Alat Komunikasi Hezbollah oleh Israel, Amankah Handphone dari Ancaman Peretas?

Setelah penangkaran itu, Sanjida kemudian dijual ke dalam pernikahan.

Tapi Sanjida lebih beruntung daripada kebanyakan perempuan India lainnya yang dijual ke pernikahan. Dia mengaku bahwa suaminya selalu memperlakukannya dengan baik. Sanjida sekarang bekerja untuk sebuah LSM yang membantu wanita lain yang bernasib sama.

“Semua orang di Haryana tidak sopan terhadap perempuan seperti kami. Semua orang mengatakan kami tidak memiliki harga diri karena dijual seperti sapi dan kambing. Kami merasa sangat buruk ketika kami mendengar semua ini, karena kami adalah manusia dan kami warga India, sama seperti mereka,” kata Sanjida.

Sanjida sekarang membantu Muklesha setelah diselamatkan dari suaminya yang jahat.

Baca Juga: Adam ‘Alaihissalam Khalifatullah

Muklesha sekarang tinggal di sebuah rumah yang aman bersama putrinya yang berusia 18 bulan, tapi Sanjida mengatakan Muklesha masih begitu trauma dan belum bisa memberi tahu siapa pun dari mana dia berasal.

“Suami keduanya begitu kejam. Dia dipukuli begitu parah sehingga mulutnya rusak dan dia terpengaruh secara mental. Dia berjuang untuk bisa berbicara dan dipahami,” kata Sanjida.

Pemuda India 16 tahun menikahi gadis yang masih usia anak-anak. (Foto: AFP / Getty Images)

Pemuda India 16 tahun menikahi gadis yang masih usia anak-anak. (Foto: AFP / Getty Images)

Menurut Narender Singh, seorang hakim kepala distrik lokal di Haryana, bagi pengantin wanita yang berhasil melarikan diri dari suaminya, adalah mustahil untuk bisa memperjuangkan kasusnya melalui jalur hukum pidana.

Poonam Muttreja, penasehat pemerintah tentang masalah keluarga mengatakan bahwa perempuan dalam kasus ini tidak memiliki hak, termasuk dalam hal warisan.

Baca Juga: Renungan Surah Ash-Shaff Ayat 2-3 bagi Wartawan sebagai Penyeru Kebenaran

“Saya belum melihat ada kasus mereka telah secara sah mewarisi beberapa tanah atas nama mereka. Mereka tidak diterima sebagai anggota keluarga,” kata Poonam Muttreja.

Muttreja yang juga menjabat Direktur Eksekutif Yayasan Penduduk India itu mengatakan, perdagangan pengantin mencerminkan kurangnya budaya menghormati perempuan.

“Ini bukan hanya tentang pemilihan jenis kelamin dan aborsi janin, ini tentang pembunuhan bayi. Ini tentang kurangnya penghargaan bagi anak perempuan,” kata Muttreja.

Dalam hal ini, wanita sudah tidak dihargai sebelum mereka lahir hingga setelah mereka lahir.

Baca Juga: Teladan Nabi dalam Memperlakukan Istri-Istrinya

Menurut Muttreja, kekurangan perempuan di Haryana membuat normal bagi pria untuk membeli pengantin wanitanya dari negara bagian lain. Namun, tetap itu tidak menghormati wanita karena mereka melakukan perdagangan seks.

“Ini bukan seolah-olah mereka (pria) memperlakukan wanita sebagai mitra menikah yang dihormati. Mereka memperlakukan wanita sebagai komoditas yang dapat didaur ulang dan dijual kembali,” kata Muttreja.

Sementara itu, Pemerintah India sedang menyiapkan undang-undang anti-perdagangan yang komprehensif pertama di negara itu, tetapi beberapa aktivis mengatakan itu tidak akan cukup untuk menghentikan penjualan pengantin.

“Kecuali Anda mengubah norma-norma sosial dan cara orang memandang para gadis. Anda tidak akan dapat mengubahnya, baik itu rasio jenis kelamin atau kurangnya rasa hormat bagi perempuan,” kata Muttreja. “Membeli pengantin adalah karena kurangnya rasa hormat bagi perempuan dan tidak adanya nilai yang dimiliki oleh seorang wanita.”

Baca Juga: Tadabbur Surat Al-Ahzab Ayat 56, Allah dan Malaikat Pun Bershalawat kepada Nabi SAW

Bagi Sanjida yang telah memiliki empat orang anak, ia telah menentukan bahwa dalam keluarganya praktik menjual gadis-gadis untuk menikah harus berakhir.

“Saya tidak berharap banyak kepada diri saya sendiri, tapi saya bekerja keras untuk mendidik anak saya sehingga mereka memiliki kehidupan yang lebih baik. Apapun yang saya lalui, mereka tidak harus menderita karena itu,” ujarnya. (P001/R01)

Sumber: Al Jazeera

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Baca Juga: Indahnya Taat Bagi Seorang Muslimah

Rekomendasi untuk Anda