Pengaruh Qiyamul Lail Bagi Kesehatan dan Kesungguhan Tokoh Empat Madzhab

Oleh: Imaam Yakhsyallah Mansur

Dari sahabat Bilal radhiyallaahu ‘anhu, Rasulullah shalallaahu alahi wa sallam bersabda:

عَلَيْكُمْ بِقِيَامِ اللَّيْلِ فَإِنَّهُ دَأْبُ الصَّالِحِينَ قَبْلَكُمْ وَإِنَّ قِيَامَ اللَّيْلِ قُرْبَةٌ إِلَى اللَّهِ وَمَنْهَاةٌ عَنِ الإِثْمِ وَتَكْفِيرٌ لِلسَّيِّئَاتِ وَمَطْرَدَةٌ لِلدَّاءِ عَنِ الْجَسَدِ

Hendaklah kalian senantiasa melakukan (shalat malam), karena sesungguhnya shalat malam adalah kebiasaan Shalihiin (orang-orang shalih) sebelum kalian. Dan sesungguhnya shalat malam adalah pendekatan kepada Allah, penghalang dari perbuatan dosa, penghapus segala kesalahan dan mengusir segala penyakit dari jasad (tubuh).” (HR At-Tirmidzi).

Keutamaan waktu malam adalah sebagai momentum yang sangat baik untuk mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bentuk pendekatan diri kepada Rabbnya yang paling utama adalah shalat tahajud atau qiyamul lail.

Dalam sabda Rasulullah Muhammad Shallallahu alaihi wa salam lainnya sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Hurairah adalah:

أَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ صَلاَةِ الْمَفْرُوْضَةِ، صَلاَةُ اللَّيْلِ.

 “Shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah qiyamul lail (shalat lail)” (HR. Muslim).

Qiyamul Lail atau shalat malam yang dilakukan di sepertiga malam menyimpan keagungan dan kemuliaan yang luar biasa untuk mengatasi berbagai problematika kehidupan, apalagi dalam situasi pandemi saat ini. Dari sisi kesehatan, qiyamul lail yang dilakukan secara rutin mempunyai delapan manfaat, yaitu;

1. Mengontrol Emosi

Manfaat qiyamul lail adalah untuk mengontrol emosi. Kortisol yang tidak menurun dapat merangsang depresi yang berlebihan. Maka dianjurkan untuk qiyamul lail. Karena di waktu inilah kortisol akan menurun sehingga seseorang menjadi lebih tenang. Ketenangan tersebut tidak akan membuat seseorang mudah stres dan tidak tertekan dengan segala permasalahan yang dapat mengganggu kesehatan.

2. Mengatasi Diabetes

Menurut beberapa penelitian, qiyamul lail menyebabkan kandungan kortisol dalam tubuh menjadi rendah. Kortisol memiliki manfaat untuk meningkatkan kandungan gula darah dengan cara merangsang metabolisme karbohidrat. Apabila kortisol ini bertambah maka kandungan gula darah dalam tubuh pun akan naik.

3. Mencegah Pembengkakan Jantung dan Gagal Ginjal

Manfaat qiyamul lail berikutnya adalah mencegah pembengkakan jantung dan gagal ginjal. Shalat Tahajud dianjurkan bagi yang menderita pembengkakan jantung dan gagal ginjal. Seperti diabetes, qiyamul lail dapat mengurangi kortisol. Ketika kortisol ini berkurang, maka tidak akan terjadi pembengkakan jantung, dan pembuangan urine pun akan semakin mudah.

4. Kemoterapi Kanker Tanpa Efek Samping

Manfaat qiyamul lail selanjutnya adalah sebagai kemoterapi kanker yang tidak memiliki efek samping. Menderita kanker tentu bukanlah hal yang diharapkan oleh semua orang. Tetapi, bagi yang mengidap penyakit kanker harus menjalani serangkaian pengobatan kemoterapi. Nah, manfaat shalat Tahajud salah satunya adalah sebagai kemoterapi penyakit kanker.

5. Mencegah Penyakit Hipertensi dan Hipotensi

Manfaat qiyamul lail juga penting bagi otak manusia. Pada waktu sepertiga malam otak manusia akan melepaskan serotonin, beta endorsin, dan melatonin. Lepasnya ketiga zat tersebut akan membuat seseorang merasa lebih tenang sampai homeostasis terbangun.

Namun, apabila homeostasis terganggu, orang tersebut akan mudah mengalami pusing dan bisa mengakibatkan hipertensi, hipotensi, tekanan darah rendah.

Untuk itu, qiyamul lail dapat dijalani dengan kondisi senyaman mungkin. Tidak hanya itu saja, keseimbangan tubuh juga akan lebih terbangun dan membuat peluang hipertensi maupun hipotensi menurun.

6. Terhindar dari Infeksi Pernapasan

Manfaat qiyamul lail bagi kesehatan berikutnya adalah terhindar dari infeksi pernapasan. Qiyamul lail  sangat baik untuk melatih pernapasan karena ia mampu menjadi terapi yang sangat baik untuk menyembuhkan dan mencegah infeksi pernapasan.

7. Melancarkan Aliran Darah

Manfaat qiyamul lail bagi kesehatan selanjutnya adalah melancarkan aliran darah dalam tubuh. Seperti diketahui bahwa qiyamul lail dilakukan pada sepertiga malam yaitu sekitar pukul tiga pagi. Pada waktu tersebut, udara belum tercemar yang dapat menyehatkan paru-paru, melancarkan peredaran darah, serta menyehatkan tubuh. Selain itu, dengan mengerjakan shalat Tahajud sama saja dengan senam di pagi hari. Di saat itu seluruh otot tubuh bergerak sehingga aliran darah menjadi lebih lancar.

8. Meningkatkan Kekebalan Tubuh

Manfaat qiyamul lail bagi kesehatan adalah dapat meningkatkan kekebalan tubuh dan juga mengusir semua penyakit. Jika sering mengerjakan shalat malam itu akan membuat kekebalan tubuh semakin kuat. Seorang profesor telah melakukan kajian tentang hal ini. Profesor Dr. Mohammad Shaleh yang melakukan penelitian shalat malam ini menyebutkan mengerjakan shalat malam ini sangatlah menguntungkan bagi kesehatan. Manfaat kedelapan hal itu dapat dilihat dari kehidupan Rasulullah Shallallahu alaihi wa salam, para sahabat-sahabatnya dan para ulama yang jarang sakit.

Dalam buku berjudul “Bersujud di Keheningan Malam” karya Muhammad Shalih Ali Abdullah Ishaq dikisahkan, di antara ulama yang patut menjadi contoh untuk qiyamul lail adalah para imam empat madzhab, yaitu;

Imam Hanafi (80 H-150 H).

Qiyamul lail yang dikerjakan Imam Abu Hanifah rahimahullah sungguh sangat menakjubkan. Menurut Abu ‘Ashim al-Baghdadi, Abu Hanifah sering dijuluki ‘tiang’ karena banyaknya mengerjakan shalat dan bermunajat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Abu Hanifah rahimahullah selalu menghidupkan seluruh malam, ia menangis sampai tetangganya merasa kasihan. Ada cerita yang bisa dipercaya tentang dirinya bahwa ia selalu menghabiskan malamnya, sampai tukang pencucinya mengatakan: “Engkau telah menyusahkan orang setelahmu (untuk mengikuti atau melebihi shalatmu), dan engkau telah melebihi para ahli ibadah.”

Diceritakan dari al-Qasim bin Mu’in rahimahullah, ia mengatakan: “Abu Hanifah berdiri mengerjakan shalat malam dengan membaca ayat ini:

بَلِ السَّاعَةُ مَوْعِدُهُمْ وَالسَّاعَةُ أَدْهَىٰ وَأَمَرُّ (القمر[٥٤]: ٤٦)

“Sebenarnya hari kiamat itulah hari yang dijanjikan kepada mereka dan kiamat itu lebih dahsyat dan lebih pahit.” (Q.S. Al-Qomar [54]: 46)

 Ia mengulang-ulang ayat ini sambil menangis dan merendahkan diri di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala sampai pagi hari.”

Pada suatu malam Abu Hanifah mengerjakan shalat dan membaca ayat ini:

فَمَنَّ اللَّهُ عَلَيْنَا وَوَقَانَا عَذَابَ السَّمُومِ (الطور[٥٢]: ٢٧)

“Maka Allah memberikan karunia kepada kami dan memelihara kami dari azab neraka,” (Q.S. Ath-Thur [52]: 27).

Ia tetap mengulang-ulang ayat tersebut sampai pagi.

Diriwayatkan dari Yazid bin al-Kumait, ia mengatakan, “Abu Hanifah rahimahullah sangat takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Pada suatu malam ketika mengerjakan shalat Isya, kami diimami oleh Ali bin Al-Husain Al-Mu’adzdzin dan ia membaca surat Al-Zalzalah, sedangkan Abu Hanifah berada di belakang sebagai makmum. Ketika orang-orang telah bubar, Abu Hanifah berdiri dan mengerjakan shalat sampai pagi dan berulang-ulang mengatakan: “Wahai Dzat yang memberikan balasan kebaikan dengan kebaikan walau kebaikan itu hanya seberat atom, dan yang memberikan balasan keburukan dengan keburukan walaupun hanya seberat atom, jauhkan hambamu dari neraka dan dari segala  yang mendekatkan pada keburukan, dan masukkan hambamu ini ke dalam rahmatmu yang sangat luas.”

Imaam Maliki (93 H – 179 H)

Imam Malik bin Anas rahimahullah sebagai Imam di Madinah, shalat malamnya juga sangat menakjubkan. Asyab bin Abdul Aziz pernah menceritakan: “Aku pernah keluar pada suatu malam ketika orang-orang telah tertidur. Aku melewati rumah Malik bin Ana. Dia tidak tidur dan mengerjakan shalat, setelah membaca surah Al-Fatihah ia membaca surah At-Takatsur, dan ketika sampai pada ayat terakhir, “Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan tentang dunia itu).” (Q.S. At-Takatsur [102]: 8) ia menangis lama sekali. Ia ulangi lagi surat tersebut dan menangis lagi. Lamanya tangis Malik bin Anas  yang aku dengar membuat aku lupa pada kebutuhan yang aku tuju. Ketika fajar telah nampak ia baru ruku’. Aku pun pergi meninggalkan dia dan pulang ke rumah, lalu aku mengambil air wudu dan pergi ke masjid. Tiba-tiba Malik sudah berada di tempat duduknya di masjid bersama orang-orang lainya. Pada waktu pagi aku melihat wajahnya bersinar.”

Imaam Syafi’i (150 H-204 H)

Imam asy-Syafi’i rahimahullah tetap tekun mengerjakan qiyamul lail walaupun sibuk menuntut ilmu. Menurut ar-Rabi’ bin Sulaiman, salah seorang muridnya, al-Imam Syafi’i membagi malamya menjadi tiga: yang pertama untuk menulis, yang kedua untuk shalat, dan yang ketiga untuk tidur.

Husain al-Karabisyi pernah mengatakan, “Aku pernah bermalaman dengan asy-Syafi’i. Ia mengerjakan shalat kira-kira sepertiga malam. Ketika melewati ayat rahmat ia selalu memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan memohon untuk dirinya dan orang-orang Mukmin. Ketika melewati ayat ia selalu memohon perlindungan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan memohon keselamatan untuk dirinya sendiri dan untuk orang-orang Mukmin. Seolah-olah malam itu terisi penuh dengan harapan akan rahmat dan takut akan siksa secara bersama-sama.”

Imam Hambali (164 H-248 H)

Imam Ahmad bin Hambal rahimahullah, terkenal sebagai imam ahli hadis, qiyamul lailnya juga luar biasa. Ibrahim bin Syammasy al-Abid pernah mengatakan: “Aku melihat Ahmad bin Hambal rahimahullah selalu menghidupkan malamnya semenjak ia masih kecil.

Abdullah, putera Imam Ahmad pernah mengatakan: “Setiap malam ayahku hampir membaca sepertujuh Al-Quran dan menghatamkan Al-Quran setiap tujuh kali. Menghatamkan Al-Quran setiap tujuh hari sekali itu selain yang ia lakukan ketika shalat di siang hari. Ketika selesai mengerjakan shalat Isya ia tidur sebentar kemudian bangun dan tidak tidur sebentar kemudian bangun dan tidak tidur sampai pagi untuk mengerjakan shalat dan berdoa.”

Abubakar Al-Marudzi pernah mengatakan, “Aku pernah bersama dengan Imam Ahmad rahimahullah dalam satu pasukan, kira-kira selama empat bulan. Ia tidak pernah meninggalkan Qiyamul Lail dan membaca Al-Quran pada siang hari. Aku tidak pernah mengetahui kapan dia mengkhatamkan Al-Quran. Ia selalu menyembunyikannya.”

Menurut Ibrahim bin Hani, Imam Ahmad rahimahullah selalu mengerjakan shalat sunnat ba’da Isya beberapa rakaat, kemudian tidur sebentar lalu bangun mengambil air wudhu dan terus menerus-menerus mengerjakan shalat sampai fajar terbit, lalu shalat witir. Ini kebiasaan al-Imam ketika bersama denganku. Ia tidak pernah meninggalkan satu malam pun, dan aku tidak kuat melakukan ibadah seperti dia.”

Wallahu ‘Alam Bissoab

(A/R8/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.