Perjuangan Seorang Anak Kuli Bangunan Mengejar Mimpi Kuliah di UGM

Masih teringat dalam benak Budi Suhartati saat ketika anak bungsunya, Elan Galant Saputri, mengutarakan keinginannya untuk kuliah di Universitas Gadjah Mada (). Penghasilan keluarganya yang tidak menentu membuatnya harus meminta Elan untuk melupakan keinginan tersebut. Siapa sangka, kini Elan justru dapat berkuliah secara gratis di fakultas yang ia idamkan.

“Dulu saya bilang sama Elan, kamu nggak bisa, dipikir dulu kalau mau ke kedokteran. Kamu harus lihat Bapak Ibu kan kerjanya pocokan. Nanti kalau kuliahnya malah berhenti di tengah jalan bagaimana,” kisahnya.

Saat ditemui di rumahnya di Cilacap, ia sedang tidak bekerja dan hanya beraktivitas di rumah bersama anaknya. Sehari-hari wanita paruh baya ini memang hanya bekerja serabutan.

Terkadang ia bekerja mencuci piring di warung nasi rames tidak jauh dari rumahnya, atau sesekali bekerja pada tetangganya untuk membersihkan rumah atau sekadar menyeterika baju. Sementara suaminya, Agus Sudiarto, bekerja sebagai tukang bangunan dengan upah paling banyak Rp60 ribu per hari.

“Kami hanya pocokan, jadi kadang kerja kadang tidak. Kalau pas lagi ada pekerjaan ya bisa cukup untuk kebutuhan sehari-hari, tapi kalau tidak bekerja ya tidak bisa, pasti kurang. Hanya dari saudara yang kadang-kadang membantu,” ujarnya.

Meski orang tuanya memiliki kekhawatiran terkait kebutuhan biaya kuliah, Elan memang nekad saja mendaftarkan diri di UGM melalui kalur SNMPTN. Ia menumpukan harapannya pada program beasiswa yang dapat meringankan beban orang tuanya.

Berjuang Demi Cita-Cita

Sejak SMA, ia memang telah menetapkan niat dan berjuang meningkatkan nilainya agar dapat diterima di Program Studi Gizi Kesehatan, Fakultas Kedokteran UGM.

Sang ibu menjadi saksi bagaimana Elan tekun berjuang dalam belajar hingga larut malam demi mendapat nilai yang baik dan meraih dalam studinya.

“Kalau belajar sampai malam, bisa  jam 1 baru selesai. Kadang-kadang ibu sudah bangun tidur dia masih belajar. Semangat sekali karena ingin kuliah,” ujarnya.

Berkat prestasi yang diraih Elan di sekolah, Budi mengaku cukup terbantu karena Elan dapat memperoleh beasiswa sehingga biaya sekolah yang harus dibayarkan menjadi lebih ringan, bahkan kini Elan juga bisa sampai berkuliah.

Meski ia telah yakin bahwa anaknya ini dapat meraih impiannya dengan ketekunan yang dimiliki, ia mengaku tetap tidak menyangka ketika mendengar pengumuman bahwa Elan diterima untuk kuliah di UGM.

“Waktu itu ibu baru pulang dan lihat dia nangis. Ibu tanya kenapa, tidak dijawab, langsung berdiri peluk ibu, ditunjukkan di hp ada tulisannya selamat Anda diterima di UGM,” kenangnya.

Sang bapak yang menerima kabar serupa via pesan singkat beberapa waktu kemudian bahkan langsung meninggalkan tempat kerjanya untuk pulang ke rumah dan mencium anaknya.

“Semalaman tidak bisa tidur mengetahui Elan bisa diterima, ya karena saking senangnya,” katanya.

Elan turut meneteskan air mata ketika mengisahkan kembali saat-saat ia menerima berita sukacita tersebut. Ia sungguh merasa bangga karena perjuangannya selama ini terbayar sudah ketika ia diterima di program studi yang ia idamkan sejak lama.

“Saya suka gizi itu karena di gizi hitungannya ada, kesehatannya ada, sosialnya juga ada. Sudah sejak lama, dari SMA sudah kepikiran, tapi mulai kepingin sekali itu awal-awal sebelum UN,” ucap Elan.

Menjelang hari keberangkatannya ia berjanji kepada orang tuanya untuk menjalani masa kuliahnya dengan sungguh-sungguh, bukan hanya untuk mencapai keinginan pribadinya menjadi ahli gizi, tapi juga untuk membahagakan sang orang tua yang telah begitu banyak memberi dukungan.

“Ingin kuliah yang baik, jadi mahasiswa yang berprestasi supaya bisa membahagiakan ibu dan bapak. Ingin bikin bangga saja,” ujar alumnus SMAN 1 Cilacap itu. (T/R05/RS2)

Sumber: Laman Resmi UGM

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

 

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.