Oleh: Rudi Hendrik, jurnalis Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Setitik pun Indah Hutabarat (Nurul Hidayati) tak pernah menyesali keputusannya untuk hijrah memeluk Islam, meski kemudian badai ujian menerpanya bertubi-tubi. Namun ujian dan musibah yang harus diterimanya, justeru kian menguatkan iman dan Islamnya.
Kini sang muallaf telah berhijab sempurna dengan niqabnya, namun perlu solidaritas sesama Muslim.
Gadis Batak ini dilahirkan 26 tahun silam di Simalungun, Sumatera Utara. Ia dibesarkan dalam keluarga besar Kristen Protestan yang taat dan digadang-gadang menjadi aktivis Kristen. Sejak berusia dua tahun, ia diasuh oleh pamannya, seorang pengurus gereja Batak di Dumai. Sang paman yang dianggap sebagai ayah angkat ini menjabat sebagai Sintua di gereja.
Baca Juga: Tak Ada Tempat Aman, Pengungsi Sudan di Lebanon Mohon Dievakuasi
Mempertanyakan Ketuhanan Yesus
Meski dibesarkan di lingkungan fanatik Protestan, tapi di sekolah, Indah banyak bergaul dengan teman-teman Muslim. Dari sinilah perjuangan “mencari Tuhan” bermula. Perjalanan mengenal Islam mulai tumbuh sejak kelas 3 SD. Secara sembunyi-sembunyi, ia sering ikut teman-temannya belajar di Madrasah. Namun ia harus berhenti ke madrasah setelah ketahuan dan sang paman marah besar.
Menginjak remaja, di bangku SMP ia nekad bergaul dengan teman-temannya yang Muslim. Ia ingin belajar banyak tentang Islam kepada teman-teman Muslimnya. Namun kembali ketahuan keluarga sehingga ia mendapat sanksi dipindahkan sekolah.
Setelah diungsikan setahun, ia dipulangkan kembali ke sekolah yang lama di Bengkalis, tapi diwajibkan mengikuti kelas Marguru Malua, yaitu program katekisasi gereja Batak untuk pendalaman doktrin Kristen.
Baca Juga: Pengungsi Sudan Menemukan Kekayaan Di Tanah Emas Mesir
Anehnya, semakin dipaksa untuk mengikuti kegiatan gereja secara rutin, ia justru semakin tidak nyaman hidup dalam iman kristiani. Semakin memperdalam Alkitab (Bibel), justru semakin banyak pertanyaan yang mengusik benaknya. Ia semakin merasakan keganjilan dengan imannya.
Persoalan pelik yang sulit dipecahkannya dalam studi di gereja adalah doktrin Ketuhanan Yesus. Menurutnya, semasa hidupnya Yesus belum pernah mengajarkan dirinya sebagai Tuhan yang wajib disembah dan diibadahi. Tak satu pun ayat Alkitab yang mencatat Yesus bersabda: “Wahai manusia, aku adalah Allah Tuhan pencipta alam semesta. Karena itu beribadahlah kepadaku dan sembahlah aku.”
Sebagai remaja yang cerdas, dengan berani ia bertanya kritis tentang doktrin Ketuhanan Yesus kepada pendeta pembimbing katekisasi di Gereja. Salah satu pertanyaan yang membuatnya dihukum adalah persoalan ketuhanan Yesus dalam Injil Matius 27:46: “Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: “Eli, Eli, lama sabakhtani?” Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?”
“Sampai saat ujian pun saya pertanyakan kepada pak pendeta, termasuk ada yang didatangkan dari Jakarta. Dalam empat Injil, baik Matius, Markus, Lukas, maupun Yohanes saya baca bolak-balik tidak ada pengakuan dari Yesus bahwa dirinya adalah Tuhan. Saya tanyakan, kalau memang Yesus itu Tuhan, kenapa ketika disalib Yesus justru meminta tolong kepada Tuhan, “Eli, Eli, lama sabakhtani? Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” paparnya kepada relawan Infaq Dakwah Center yang datang ke kontrakannya beberapa bulan lalu.
Baca Juga: Terowongan Silaturahim Istiqlal, Simbol Harmoni Indonesia
Buntut dari pertanyaan kritis itu, Indah menerima hukuman fisik dipukul dan dikurung, karena dianggap sudah melampaui batas iman.
“Pak pendeta itu mengadu kepada paman saya dan saya dipukulnya, sempat dikurung,” ungkapnya.
Kabur dari rumah demi memeluk Islam
Di bangku SMA ia banyak berinteraksi, bertanya dan belajar kepada guru-guru yang beragama Islam. Keyakinannya kepada kebenaran Islam pun terus bertumbuh. Menginjak kelas 2 SMA, ia mengikrarkan dua kalimat syahadat.
Baca Juga: Bukit Grappela Puncak Eksotis di Selatan Aceh
“Kepada ibu guru di SMA, saya banyak tanya tentang Islam, apa itu Islam, mengapa kita harus menutup aurat dan lain-lain. Lalu ketika saya duduk di kelas 2 SMA, barulah saya berani meyakinkan diri bahwa Islam itu adalah agama yang benar,” ucapnya.
Ia sudah membayangkan bahwa pilihan hijrah memeluk agama Islam akan menyulitkan posisinya untuk bersatu dengan keluarga besarnya yang Kristen fanatik. Terbayang di matanya betapa besar resiko dan tekanan keluarga yang akan dihadapinya.
Dengan dorongan iman yang meluap-luap tak tertahankan, tak pikir panjang lagi ia nekat melarikan diri dari rumah demi mempertahankan Islam. Namun rencananya terendus keluarga. Usahanya gagal setelah travel yang dinaikinya dicegat di tengah jalan oleh pihak keluarga.
“Paman saya bersama beberapa orang mencari saya. Ketika saya sudah naik travel menuju Dumai, dicegat di tengah jalan. Saya pun dipaksa keluar dan dipulangkan kembali ke rumah,” tuturnya.
Baca Juga: Masjid Harun Keuchik Leumik: Permata Spiritual di Banda Aceh
Berita kabur dari rumah yang gagal tersebut tersebar juga ke sekolah dan membuat heboh. Akhirnya ia dipanggil guru agama Islam yang juga menjabat sebagai guru BP guna memberikan nasihat tentang resiko dan konsekuensi masuk Islam.
Dibaptis ulang
Ia semakin menyadari resiko pilihan hidupnya. Namun tekadnya sudah bulat, tantangan di depan mata tidak menggoyahan keyakinannya untuk memeluk Islam.
Ia terus mencari cara untuk lari dari rumah, supaya kegagalan lari dari rumah sebelumnya, tidak terulang lagi. Ia minta tolong kepada teman-temannya untuk membawa tas kosong supaya saya bisa menitipkan surat-surat penting, ijazah, akte kelahiran dan lain-lain. Setelah baju-baju dan surat-surat itu dikumpulkan ia pun keluar dari rumah itu. Malam itu ia menginap di rumah ibu guru Bahasa Inggrisnya. Pagi harinya diantarkan ke sebuah masjid untuk prosesi pengislaman.
Baca Juga: Temukan Keindahan Tersembunyi di Nagan Raya: Sungai Alue Gantung
Momen bersejarah dalam hidup Indah pun terjadi tanggal 31 Mei 2005. Ba’da Zhuhur ia lahir baru menjadi Muslimah dengan mengikrarkan dua kalimat syahadat di Masjid Al-Mukaromah, dengan diberi nama hijrah Nurul Hidayati.
Usai prosesi, ia pulang ke rumah ibu guru Bahasa Inggrisnya yang kini dianggap sebagai ayah angkat barunya.
Prosesi pensyahadatan itu ternyata diumumkan secara terbuka di masjid dan beritanya tersebar dari mulut ke mulut, sehingga informasinya sampai kepada keluarga. Nurul pun diseret paksa untuk pulang ke rumah keluarga besarnya di Siantar, Sumatera Utara. Nurul pun dibaptis ulang di gereja setempat.
“Ayah angkat saya bersama pihak gereja menggeruduk rumah ibu guru Bahasa Inggris saya. Lalu saya diseret paksa dari kamar. Saya pun dipulangkan ke Siantar. Ibu, nenek dan keluarga saya pun kaget dengan keislaman saya. Di sana keluarga besar Hutabarat dan Marpaung memperisiapkan upacara untuk membaptis saya,” paparnya.
Baca Juga: Kisah Perjuangan Relawan Muhammad Abu Murad di Jenin di Tengah Kepungan Pasukan Israel
Peristiwa ini sangat tidak diinginkan Nurul, karena pantang kembali murtad setelah masuk Islam. Ia tidak mau berbelot murtad seperti kitab suci mengibaratkan, “Seperti anjing kembali lagi ke muntahnya, dan babi yang mandi kembali lagi ke kubangannya.”
Alhamdulillah, pertolongan Allah datang melalui nenek yang sangat menyayangi cucunya. Hatinya luluh mendengar kisah perjuangan cucunya, meski sudah berbeda iman.
“Saya berupaya membujuk opung sampai akhirnya beliau mau mengantarkan saya pergi naik bis dan memberikan ongkos. Saya pun kembali ke Riau, pihak Muslim di sana meminta perlindungan dari aparat. Alhamdulillah selama setahun tidak terjadi apa-apa,” ungkapnya. (T/P001/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Pejuang Palestina Punya Cara Tersendiri Atasi Kamera Pengintai Israel
Sumber: Infaq Dakwah Center