Wina, 18 Muharram 1437/31 Oktober 2015 (MINA) – Pertemuan negara-negara besar di Wina telah gagal mencapai kesepakatan solusi mengenai Suriah, terutama tentang masa depan Presiden Suriah Bashar Al-Assad.
Meski demikian, pembicaraan alot itu menemukan cukup “landasan bersama” untuk pertemuan baru beberapa pekan ke depan.
“Percakapan sulit hari ini,” kata Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) John Kerry dalam konferensi pers, Jumat (30/10). “Ini adalah awal dari proses diplomatik baru.”
Kerry mengakui, para delegasi dari sekutu dan lawan Assad yang hadir memiliki perbedaan besar tentang status Presiden Suriah ke depannya.
Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan
Menteri Luar Negeri Perancis Laurent Fabius sebelumnya mengatakan, semua masalah dibahas, bahkan yang paling sulit.
Pertemuan Wina ini adalah yang pertama kalinya menghadirkan semua pemain asing utama dalam konflik Suriah.
“Ada poin ketidaksepakatan, tapi kami cukup maju untuk bertemu lagi dalam konfigurasi yang sama, dalam dua pekan,” kata Fabius, Al Jazeera melaporkan yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Federica Mogherini mengatakan, ada “harapan” untuk sebuah kemajuan proses politik, dan dia menegaskan, dalam pembicaraan “ditemukan kesamaan” untuk diskusi lebih lanjut.
Baca Juga: Militer Israel Akui Kekurangan Tentara dan Kewalahan Hadapi Gaza
“Ini adalah pertemuan yang sangat panjang dan sangat besar. Ini tidak mudah, tapi ini salah satu sejarah,” katanya sambil memuji orang-orang yang mengambil keputusan sulit untuk bergabung dalam pembicaraan.
Sementara konflik di Suriah memasuki fase baru dengan penyebaran pasukan khusus AS di negara itu. (T/P001/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Netanyahu Akan Tetap Serang Lebanon Meski Ada Gencatan Senjata