Pesan Perdamaian dari Jagad Musik Indonesia

Beberapa bulan terakhir ini sedang trending (viral) di jagad Nusantara lantunan lagu-lagu yang dibawakan dengan merdu oleh sebuah grup musik khas Timur Tengah () namun dengan personel sumuanya anak negeri.

Lagu berjudul Deen As-Salam (Islam Agama yang Damai/ Islam a Peacefull Religion) telah menyita perhatian generasi muda Indonesia. Lagu yang yang dibawakan oleh Khairun Nisa atau lebih dikenal dengan nama Nissa menuai komentar positif dari berbagai kalangan. Apresiasi juga datang dari kawula muda dari berbagai negara di Eropa, Amerika, Korea dan berbagai penjuru dunia.

Para pecinta lagu dari kalangan non-Muslim pun juga tidak mau ketinggalan ikut memberikan apresiasi terhadap lagu itu. Selain karena pesan dalam syair lagu yang menyuarakan perdamaian, cinta kasih dan toleransi antar umat manusia sebagai inti dari ajaran agama Islam yang damai, mereka juga mengagumi suara sang penyayi yang begitu indah sehingga  banyak dari mereka mengatakan setelah mendengar lantunan lagu tersebut hati terasa adem, tentram dan damai.

Seorang remaja dari Inggris (non-Muslim) mengomentari lagu itu sebagai sebuah refleksi dari ajaran agama Islam. Meskipun ia non-muslim, tetapi dari lagu itu ia semakin mantap menyatakan bahwa itulah ajaran Islam yang sesungguhnya. “Islam adalah agama yang mengajarkan kedamaian. Saya dapat merasakannya dari lagu itu. Ketika mendengarkannya, saya merasa hati ini menjadi tenteram dan rileks, “ katanya.

Di tengah deru bising suara-suara Islamophobia dan berbagai prasangka negatif yang berkembang terhadap Islam di benua Eropa dan Amerika, setidaknya lagu ini membantu menjelaskan kepada mereka tentang Islam yang mengajarkan nilai-nilai cinta kasih, toleransi dan kedamaian.

“Islam bukan seperti apa yang saat ini mereka lihat di beberapa negara di timur tengah yang masih saja dilanda peperangan. Inilah Islam yang sesungguhnya. Jika ingin melihat Islam, lihatlah Indonesia,” begitulah kira-kira pesan lagu itu kepada masyarakat Barat.

Generasi Shalawat

Kalangan pondok pesantren di Indonesia memang melestarikan budaya musik gambus dengan ciri khas alunan lirik lagu shalawat kepada Nabi Muhammad SAW sebagai sebuah sarana kesenian yang menghibur.

Bagi mereka, hal itu merupakan ekspresi kecintaannya kepada Nabi Muhammad yang dituangkan dalam sebauh syair lagu sebagai hiburan sekaligus penyemangat dalam beraktifitas.

Lagu religi saat ini menjadi pilihan bagi generasi muda, terutama mereka yang memiliki latar belakang pondok pesantren atau sekolah-sekolah Islam.

Di tengah meraknya lagu k-pop yang digandrungi kaum muda Indonesia, kini ada sebuah grup musik yang menawarkan lagu-lagu shalawat dipadu dengan sentuhan-sentuhan modern aliran zaman now namun tetap memegang identitas asli aliran gambus dengan alat musik khasnya yaitu perkusi dan darbuka.

“Sabyan” telah berhasil menjadi sebuah ikon idola anak muda dengan menyuguhkan alunan musik dengan syair shalawat berbahasa Arab dengan sesekali menyisipkan syair Indonesia agar mudah dipahami bahasanya oleh penikmat musik nusantara.

Grup musik ini terdiri atas Khoirunnisa (Lead vocal) Annisa Rahman (vokal dua), Ahmad Fairuz alias Ayus (keyboardis), Sofwan Yusuf alias Wawan (perkusi), Kamal (darbuka), dan Tubagus Syaifullah alias Tebe (biola).

Grup itu setidaknya telah menjadi idola baru yang siap memeriahkan jagad musik nusantara dengan lagu-lagu khas yang mereka bawakan.

Lagu bertema cinta Rasul dan perdamaian memang serasa masih jarang dibawakan oleh grup musik Indonesia sehingga bagi sebagian kalangan masih terasa asing di telinga para penikmat musik nusantara. Namun dengan kehadiran grup Sabyan ini telah membawa warna tersendiri bagi dunia permusikan nasional dengan rasa khas ala Timur Tengah.

Penulis artikel ini meyakini, grup ini tidak bermaksud melebih-lebihkan keagungan musik Timur Tengah di tengah-tengah kampanye Islam Nusantara. Namun penulis melihat bahwa budaya musik memang tidak mengenal sekat-sekat regional.

Musik gambus akan bisa dinikmati oleh siapa saja, meski ia berasal dari suku, etnis dan budaya yang sama sekali berbeda. Itulah nilai universal musik yang tetap bisa dinikmati oleh siapapun yang mengaguminya. (A/P2/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

 

Wartawan: Widi Kusnadi

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.