Beirut, MINA – Perdana menteri sementara Lebanon Hassan Diab mengancam akan berhenti melakukan tugasnya jika politisi tidak membentuk pemerintahan baru, Sabtu (6/3).
Pernyataan itu mengutip insiden di mana pembeli memperebutkan susu untuk menggambarkan keadaan ekonomi yang buruk, MEMO melaporkannya.
Kabinet pimpinan Diab mengundurkan diri setelah ledakan pelabuhan Beirut 4 Agustus yang menghancurkan sebagian besar Ibu Kota. Perdana Menteri Saad Al-Hariri yang ditunjuk pada Oktober gagal membentuk kabinet baru karena kebuntuan politik antara dia dan Presiden Michel Aoun.
Krisis keuangan yang sedang berlangsung, merebak sejak 2019, telah menghapus pekerjaan, meningkatkan peringatan akan meningkatnya kelaparan dan mengunci simpanan uang orang di bank.
Baca Juga: Konferensi Tawasol 4 Bahas Narasi Palestina dan Tantangan Media Global
Pembentukan kabinet baru dapat melaksanakan reformasi yang diperlukan untuk memicu datangnya bantuan internasional miliaran dolar.
“Jika pengasingan akan membantu pembentukan kabinet, maka saya siap untuk melakukannya, meskipun itu bertentangan dengan keyakinan saya karena itu mengganggu seluruh negara bagian dan merugikan Lebanon,” kata Diab dalam pidato yang disiarkan televisi.
“Bukankah perebutan susu merupakan insentif yang cukup untuk melampaui formalitas dan memperhalus batas guna membentuk pemerintahan?” kata Diab mengacu pada insiden baru-baru ini di supermarket Beirut di mana pembeli memperebutkan susu bubuk.
Sebuah video pertengkaran menjadi viral di media sosial, membuat banyak orang terkejut dengan keadaan ekonomi yang sangat buruk.
Baca Juga: Uni Eropa Umumkan Paket Bantuan Rp3,9 T untuk Suriah
Kelompok pengunjuk rasa telah membakar ban untuk memblokir jalan di seluruh negeri setiap hari sejak mata uang Lebanon jatuh ke level terendah pada Selasa (2/3), membuat marah penduduk.
Jatuhnya pound Lebanon, yang turun menjadi 10.000 terhadap dolar pada Selasa, adalah pukulan terbaru bagi banyak orang yang telah melihat harga barang-barang konsumsi seperti popok dan sereal hampir tiga kali lipat sejak krisis keuangan dimulai. (T/RI-1/R1)
Mi’raj News Agency (MINA)