Khartoum, 1 Rajab 1436/20 April 2015 (MINA) – Presiden Sudan Omar Hassan Al-Bashir Senin ini (20/4) bertolak ke Indonesia untuk menghadiri Konferensi Asia-Afrika (KAA) di Jakarta dan Bandung.
Kementerian Luar Negeri Sudan mengumumkan, bahwa kunjungan tersebut merupakan perjalanan pertama Al-Bashir ke luar Afrika dan Timur Tengah, selama sekitar empat tahun terakhir.
“Presiden Al-Bashir akan berpartisipasi dalam pertemuan puncak Gerakan Non-Blok pada peringatan KAA ke-60 di Indonesia,” ujar juru bicara Ali Al-Sadek.
Ikut bersama rombongan ke Jakarta, Menteri Luar Negeri dan sejumlah pejabat negara.
Baca Juga: BKSAP DPR Gelar Kegiatan Solidaritas Parlemen untuk Palestina
Koresponden Mi’raj Islamic News Agency (MINA) di Khartoum melaporkan, Al-Bashir berkunjung ke Jakarta dalam upaya mempererat hubungan sejarah yang sudah lama terjalin antara Sudan dan Indonesia.
Sejarah 1955 menyebutkan, sebelum kemerdekaan Sudan, Indonesia sudah memberikan bendera khusus kepada delegasi KAA asal Sudan.
Sudan Tribune menyebutkan, Presiden Bashir sejak 2009 dilarang melakukan perjalanan ke luar Sudan sejak Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapannya pada tahun 2009, atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan dalam konflik Darfur.
Indonesia bukan anggota dari Mahkamah Pidana Internasional, dan karena itu tidak wajib untuk menyerahkan Al-Bashir ke pengadilan.
Baca Juga: Warga Israel Pindah ke Luar Negeri Tiga Kali Lipat
Perjalanan terakhir Bashir ke luar negeri adalah pada bulan Juni 2011 ketika ia mengunjungi China, meskipun sejak saat itu ia terus melakukan perjalanan ke negara-negara Arab dan Afrika.
Pada Juli 2013, Bashir meninggalkan ibukota Nigeria, Abuja, setelah kurang dari 24 jam dari kedatangan untuk berpartisipasi dalam pertemuan puncak Afrika, setelah aktivis mengajukan gugatan di Mahkamah Agung untuk memaksa pemerintah menangkapnya.
Presiden Sudan Al-Bashir selama ini menolak mengakui pengadilan internasional tersebut, dan menganggapnya hanya ditujukan terhadap negaranya dan alat kolonial Afrika.
Pada September 2013, Amerika Serikat menolak memberikan visa kepada Bashir untuk berpartisipasi dalam pertemuan Majelis Umum PBB di New York. (T/P4/P2)
Baca Juga: Timnas Indonesia Matangkan Persiapan Hadapi Bahrain
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)