Baghdad, MINA – Korban tewas protes anti-pemerintah di Irak telah meningkat menjadi 100 orang, di tengah ekspansi mereka di Baghdad dan pemerintah pusat serta selatan sejak 25 Oktober.
Protes yang dimulai pada Jumat (25/10) itu menyebabkan kematian lebih dari 100 orang dan melukai 5.500 lainnya, baik dari pihak demonstran maupun petugas keamanan, menurut Komisi Hak Asasi Manusia Irak (badan resmi yang berafiliasi dengan parlemen) dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada Rabu (31/10) malam, MEMO melaporkan.
Komisi mengatakan, pasukan keamanan menangkap 399 orang selama protes, 343 di antaranya telah dibebaskan sejauh ini, sementara 98 bangunan umum dan pribadi rusak.
Meskipun kekerasan telah menurun selama dua hari terakhir, Baghdad tengah telah menyaksikan konfrontasi yang intens antara demonstran dan pasukan keamanan.
Baca Juga: Militer Israel Akui Kekurangan Tentara dan Kewalahan Hadapi Gaza
Setidaknya satu demonstran tewas, dan puluhan lainnya terluka ketika pasukan keamanan menembakkan gas air mata dan granat kejut pada demonstran yang mencoba melintasi pos pemeriksaan di Jembatan Al-Jumariyah untuk mencapai Zona Hijau, yang berisi gedung-gedung pejabat pemerintah dan misi diplomatik asing.
Sementara itu, ribuan orang terus berdemonstrasi di lapangan publik di Provinsi Wasit tengah dan selatan, Muthanna, Basra, Maysan, Dhi Qar, Babel, Al-Diwaniyah, Najaf dan Karbala.
Komisi Pemilihan Tinggi Independen Irak dalam sebuah pernyataan mengungkapkan adanya peningkatn jumlah demonstran di Baghdad dan provinsi lainnya, serta partisipasi banyak serikat pekerja, asosiasi, organisasi, universitas, sekolah, lembaga negara dan keluarga Irak.
Komisi menunjukkan bahwa “kerja sama besar antara para demonstran dan pasukan keamanan di beberapa provinsi telah mencerminkan demonstrasi damai selama dua hari terakhir.”
Baca Juga: Netanyahu Akan Tetap Serang Lebanon Meski Ada Gencatan Senjata
Perluasan protes terjadi seiring dengan meningkatnya permintaan dari kekuatan politik pada Perdana Menteri Adil Abdul-Mahdi untuk mengundurkan diri.
Dalam kaitan yang sama, pemimpin gerakan Al-Sadr Muqtada Al-Sadr, mantan Perdana Menteri Ayad Allawi dan mantan Perdana Menteri Haider Al-Abadi telah memperingatkan kelanjutan pemerintahan saat ini.
“Kelanjutan pemerintah saat ini dapat mengubah nasib Irak mirip dengan apa yang terjadi di Suriah dan Yaman,” kata Al-Sadr dalam sebuah pernyataan. (T/Ast/RS1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Agresi Israel Hantam Pusat Ibu Kota Lebanon