Oleh Ali Farkhan Tsani, Duta Al-Quds, Alumni Mu’assasah Al-Quds Ad-Dauly Sana’a, Yaman, Da’i Pesantren Al-Fatah Cileungsi, Bogor, Jabar
Ketika iblis dilaknat dan dikeluarkan dari surga. Lalu, akan dicampakkan ke dalam neraka. Iblis bersumpah akan menggoda manusia untuk menjadi kawan-kawannya di neraka.
Begitulah, kemudian iblis dan balatentaranya, menggoda manusia, merayunya dan menjerumuskannya ke dalam jurang kemaksiatan, kemungkaran dan pelanggaran.
Baca Juga: Langkah Kecil Menuju Surga
Banyak manusia tergelincir. Namun, iblis sendiri mengatakan bahwa pasukannya tidak akan sanggup menghadapi orang-orang yang ikhlas. Seperti Allah abadikan di dalam ayat-Nya:
قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِىْ لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِى الْأَرْضِ وَلَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِيْنَ (39( إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِيْنَ (40(
Artinya: Iblis berkata: “Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, Kecuali hamba-hamba Engkau yang ikhlas terpilih di antara mereka”. (QS Al-Hijr [15]: 39-40).
Ikhlas artinya bersih, jernih, suci dari campuran dan pencemaran, baik berupa materi ataupun immateri. Maknanya, membersihkan hati supaya menuju kepada Allah semata. Dengan kata lain dalam beribadah hati tidak boleh menuju kepada selain Allah. Puncak keikhlasan adalah memperibadati Allah tanpa ada kesyirikan di dalamnya.
Mereka yang tidak tergoda adalah yang ikhlasnya sudah terpilih. Allah yang memilihnya sebab keikhlasan yang terus-menerus, sepanjang hidupnya, di awal di tengah dan di akhir setiap amalannya.
Baca Juga: Akhlak Mulia: Rahasia Hidup Berkah dan Bahagia
Adapun untuk mencapai tingkat keikhlasan memang tidak mudah. Namun tahapannya bisa dilatih. Kita perlu belajar. Di antaranya:
Pertama, paksakan. Untuk tahap awal, kita harus memaksakannya. Paksakan salat berjamaah, paksakan salat sunah, paksakan tahajud, paksakan dhuha, paksakan baca Quran. Paksakan juga berinfak, paksakan berbuat baik. Paksakan mengikhlaskan kesalahan orang lain. Dst.
Salat khusyu misalnya, susah. Tapi bukan berarti lalu tidak salat. Salat saja. Berdzikir setelah shalat masih belum khusyu. Bukan berarti juga meninggalkannya. Coba terus berdzikir.
Kedua, biasakan. Kalau sudah dipaksakan. Lanjut biasakan. Seperti orang biasa makan pagi. Sekali tidak makan pagi, tentu ada yang kurang. Orang yang biasa ngopi, sekali nggak ngopi ada yang hilang dari peredaran hidupnya.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-22] Islam Itu Mudah, Masuk Surga Juga Mudah
Kalau kita tidak salat tahajud, lalu ada yang terasa kurang di hati. Kita tidak shalat Dhuha, ada yang menghilang di jiwa. Itu berarti kebiasaan sudah mulai menjadi kegemaran.
Ketiga, nikmati. Ini sudah menjadi puncaknya. Kalau kita sudah menikmati amalan-amalan yang kita kerjakan. Shalat tahajud, bukan lagi paksaan dan kebiasaan rutin. Namun sudah pada tahapan kenikmatan.
Itulah mengapa. dalam hal menikmati salat, Nabi jika menghadapi problematika berat, Nabi memilih solusi melalui salat. “Qurrota ‘ainii fish sholaah.” Kata Nabi. “Penyejuk pandanganku ada di dalam salat.”
Coba kita lihat para penikmat kopi. Ia paham kopi mana yang pas sesuai seleranya. Ia seperti kacau kalau tak ngopi hari itu. Sebab ia telah menikmatinya.
Baca Juga: Baca Doa Ini Saat Terjadi Hujan Lebat dan Petir
Ia paham ini kopi robusta, itu kopi lite, kopi capuchino, dll. Bukan sekedar sebagai peminum kopi, tapi sudah menjadi penikmat kopi.
Begitupun dalam ibadah. Kalau ini kita kerjakan terus-menerus secara istiqamah. Dalam kesendirian atau bersama-sama. Di rumah atau di luar rumah, konsisten dalam amal. Maka, akan mencapai tingkatan ikhlas.
Kita akan ikhlas waktunya kepotong 20 menit untuk tahajud, 1 jam sehari untuk tadaris 1 juz Al-Quran. Kita pun ikhlas menerima pemberian Allah. Bahkan ikhlas sebagian hartanya diambil untuk jalan takwa.
Nah, Ramadhan beberapa detik lagi hadir di tengah-tengah kita. Kita akan memperoleh kesempatan dan momentum belajar ikhlas lebih tinggi lagi.
Baca Juga: Ini Doa Terbaik Dari Keluarga untuk Jamaah Yang Pulang Umrah
Semoga kita dapat menikmati kehadiran bulan suci Ramadhan dengan senang, ikhlas, dan sungguh-sungguh, hingga meraih derajat muttaqin. Aamiin. (A/RS2/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-21] Tentang Istiqamah