Oleh Ali Farkhan Tsani, Direktur Islamic Center Ma’had Tahfiz Daarut Tarbiyah Indonesia (DTI Foundation) Bekasi, Jabar
Tak terasa, sepuluh hari putaran pertama Ramadhan sudah kita lalui. Masa pembatasan karena wabah virus Corona juga kita rasakan.
Apakah pembatasan fisik itu juga berlaku bagi pembatasan ketaatan kita kepada Allah? Maksudnya, jangan sampai karena pembatasan jarak membuat kita tidak shalat berjamaah.
Jangan sampai juga karena pembatasan kegiatan membuat kita melewatkan shalat tarawih dan tadarus Al-Quran pada malam-malam Ramadhan. Juga jangan sampai karena lebih banyak di rumah membuat kita enggan bersedekah kepada kaum yang lebih membutuhkan.
Baca Juga: [Hadist Arbain ke-5] Tentang Perkara Bid’ah
Lalu, kita pun memasuki sepuluh hari putaran kedua bulan suci Ramadhan. Sejenak mengevaluasi diri, maka ibarat balapan kecepatannya perlu kita tambah lagi.
Peningkatan amaliyah menunjukkan bahwa kita sungguh-sungguh ingin mendapatkan ampunan Allah. Kesempatan langka, momentum setahun sekali ini, jangan sampai kita sia-siakan.
Kita harus dapat membuat lockdown terhadap semua perkataan dan perbuatan yang tidak mendukung ibadah puasa Ramadhan. Mumpung kesempatannya terbuka lebar saat pembatasan berskala besar ini.
Kita tidak perlu lagi berpikir mudik, keliling pusat-pusat perbelanjaan, ke tempat rekreasi, dan perjalanan keluar kota.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-4 ] Proses Penciptaan Manusia dan Takdir dalam Lauhul Mahfuzh
Sedemikian besar peluang ampunan yang Allah berikan kepada kita, jangan sampai kita tidak mendapatkannya.
Bahkan Malaikat pun turut mendoakan keburukan bagi orang yang menjumpai Ramadhan, tapi keluar darinya dalam keadaan belum mendapatkan ampunan Allah. Doa ini pun diaminkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Seperti disebutkan di dalam hadits. Suatu ketika, Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wasallam naik mimbar hendak berkhutbah. Saat menginjakkan kaki pada anak tangga pertama, beliau mengucapkan “Aamiin”. Hal yang sama beliau lakukan ketika menginjak anak tangga kedua dan ketiga, beliau mengucapkan “Aamiin. Aamiin”.
Seusai shalat para sahabat bertanya, wahai Rasulullah, mengapa engkau mengucapkan Aamiin ketika menaiki tangga?
Baca Juga: [Hadist Arbain ke-3] Rukun Islam
Lalu Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wasallam menjawab, Malaikat Jibril menyampaikan di hadapanku dan berdoa, “Merugilah orang yang berkesempatan hidup bersama kedua orang tuanya tetapi dia tidak sampai bisa masuk surga.” Lalu aku mengucapkan, “Aamiin”.
Kemudian Malaikat Jibril berdoa lagi, “Merugilah seseorang yang bila namamu disebut tapi dia tidak mengucapkan shalawat atasmu.” Lalu aku pun mengucapkan, “Aamiin”.
Untuk ketiga kalinya, Malaikat Jibril berdoa lagi, “Merugilah orang yang berkesempatan hidup pada bulan Ramadhan, tetapi tidak sampai diampuni dosa-dosanya.” Kemudian aku pun mengucapkan “Aamiin”. (HR Ahmad).
Ini sekaligus menunjukkan bahwa kita harus lebih berhati-hati lagi, bersungguh-sungguh lagi dan lebih baik lagi dalam menjalankan perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya pada bulan Ramadhan ini. Sehingga mendapatkan peluang ampunan Allah.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-2] Rukun Islam, Iman, dan Ihsan
Semoga Allah menolong kita menjadi hamba yang gemar berdzikir, pandai bersyukur dan semakin baik amal ibadah kita. Aamiin. (A/RS2/P1)
Mi’raj News Ageny (MINA)