Oleh Ali Farkhan Tsani, Direktur Islamic Center Ma’had Tahfiz Daarut Tarbiyah Indonesia (DTI Foundation) Bekasi, Jabar
Bulan Ramadhan adalah bulan dilipatgandakan pahala segala amal ibadah dan kebajikan.
Bulan Ramadhan adalah bulan dibelenggunya para syaitan, sehingga tidak leluasa menggoda orang yang berpuasa.
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
Bulan Ramadhan adalah bulan bergairahnya amalan-amalan surgawi dan menyempitnya jalan neraka.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menyebutkan di dalam sabdanya:
إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ
Artinya “Apabila Ramadhan tiba, pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, dan syaitan dibelenggu.” (HR Bukhari dan Muslim).
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
Ulama menjelaskan, hadits ini maknanya bukan berarti syaitan terhalangi untuk mengganggu manusia sama sekali. Karena ibarat manusia yang dibelenggu, maka dia hanya terikat dari leher sampai tangan. Namun dia masih bisa bicara, membisikkan ide maksiat, atau banyak gangguan lainnya.
Maka, mengapa pada bulan Ramadhan masih saja ada umat yang tidak maksimal dalam beribadah, dalam beramal kebajikan dan dalam berjuang di jalan Allah? Dalam bulan Ramadhan juga mengapa masih ada orang yang berbuat maksiat, dosa dan keburukan?
Itu karena di dalam jiwa manusia masih ada nafsu yang mengajaknya berbuat pelanggaran.
Lalu, kalau ada di antara kita orang-orang yang berpuasa, kok masih belum bergairah dalam beribadah dan beramal kebaikan. Apakah mau menunggu Ramadhan tahun depan? Apa menunggu setelah Ramadhan.
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
Bulan Ramadhan saja yang Allah telah beri kesempatan syaitan dibelenggu, gairah surga terbuka, jalan neraka dipersempit. Apatah lagi nanti ketika seusai lebaran syaitan kembali merajalela dan jerat-jerat neraka kembali terpasang luas.
Maka, bulan Ramadhan adalah bulan terbiak untuk melatih pengendalian nafsu diri, sehingga merasakan kecintaan dan kenikmatan dalam beribadah. Salat, tadarus Quran, berdzikir, bershalawat dan berdoa bulan lagi beban dan keterpaksaaan. Namun sudah menjadi kegemarannya.
Untuk itu, memasuki sepuluh hari putaran kedua Ramadhan ini, marilah kita tekadkan untuk melawan segala bentuk kemalasan. Kemalasan itu memang seperti tidur, penginnya tidur lagi, setelah bangun tidur lagi. Begitu seterusnya. Sehingga tidak mendapatkan nilai tambah dari puasa Ramadhan, selain lapar, haus dan lelah.
Kemalasan itu harus kita lawan dan kita lawan. Dan kita pasti menang, sanggup mengatasinya, dengan bimbingan Allah.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
Semoga Allah berikan kita kekuatan lahir batin, serta kecintaan untuk beribadah dan beramal sebaik mungkin. Aamiin. (A/RS2/P1)
Mi’raj News Ageny (MINA)
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang