Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Renungan Ramadhan H27: Batang Usiaku Sudah Tinggi

Ali Farkhan Tsani - Rabu, 20 Mei 2020 - 14:27 WIB

Rabu, 20 Mei 2020 - 14:27 WIB

13 Views

Oleh Ali Farkhan Tsani, Direktur Islamic Center Ma’had Tahfiz Daarut Tarbiyah Indonesia (DTI Foundation) Bekasi Jabar  

 

Chairil Anwar dalam puisi “Menyesal” menulis pada bait pertamanya:

Pagiku hilang sudah melayang
Hari mudaku sudah pergi
Kini petang datang membayang
Batang usiaku sudah tinggi
.
Karya sastra ini menggambarkan betapa manusia akan menyesal manakala tahu-tahu usianya sudah meninggi, alias sudah menua. Sementara ia belum berbuat kebaikan apa-apa yang bermakna dalam kehidupan ini.

Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat

Dalam diksi lain dikatakan telah senja usia ini. Sebentar lagi Maghrib, lalu gelap malam, alias selesai kehidupannya di dunia yang gemerlap ini.

Senada dengan itu, ada “Terlena” karya Prof Buya Hamka, yang antara lain mengetakan:

Waktu berlalu begitu pantas menipu kita yang terlena

Belum sempat berdzikir di waktu pagi, hari sudah menjelang siang, belum sempat bersedekah pagi, matahari sudah meninggi.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat

Niat pukul 9.00 pagi hendak Sholat Dhuha, tiba-tiba adzan Dhuhur sudah terdengar.

Teringin setiap pagi membaca 1 juz Al-Quran, menambah hafalan satu hari satu ayat, itu pun tidak dilakukan.

Rancangan untuk tidak akan melewatkan malam kecuali dengan Tahajjud dan Witir, walau pun hanya 3 rakaat, semua tinggal angan-angan._

Beginikah berterusannya nasib hidup menghabiskan umur? Berseronok dengan usia?

Baca Juga: Tertib dan Terpimpin

Lalu tiba-tiba menjelmalah usia di angka 30, sebentar kemudian 40, tidak lama terasa menjadi 50……

Gubahan itu menunjukkan bahwa semakin usia seseorang bertambah, sesungguhnya semakin mendekat jatah usianya. Karenanya, hidup bukan sekedar mengukur jarak, tapi ia sedang mengukir jejak.

Jejak-jejak kebaikan akan dikenang dan diikuti generasi berikutnya. Sehingga menjadi jalan amal yang terus mengalir. Sementara jejak-jejak keburukan, akan menuai penyesalan bertubi-tubi.

Begitulah, maka yang terbaik adalah kita ini sebenarnya tinggal mengikuti jejak-jejak kenabian (manhaj nubuwwah).

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat

Dan, yang terbaik adalah mereka yang semakin bertambah umur, semakin bertambah pula kebaikannya.

Karena itu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengingatkan kita dalam sabdanya :

خَيْرُ النَّاسِ مَنْ طَالَ عُمْرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُهُ

Artinya : “Sebaik-baik manusia adalah yang panjang umurnya dan baik perbuatannya”. (HR At-Tirmidzi).

Marilah kita senantiasa hidup senantiasa di dalam kebaikan, gemar beramal shalih, berlomba dalam kebajikan, memberikan yang terbaik itulah yang seharusnya kita camkan di dalam dada iman kita masing-masing seiring pertambahan usia.

Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang

Semoga dengan puasa Ramadhan ini kita bisa mengisi hari-hari yang semakin menua, dengan berbagai manfaat untuk diri, keluarga dan seluas mungkin masyarakat, dalam ridha Allah. Aamiin. (A/RS2/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat

Rekomendasi untuk Anda

Ramadhan
Tausiyah
Tausiyah
Tausiyah
Ramadhan
Ramadhan