Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rumah Al-Balad, Lokomotif Ekonomi Umat

Rendi Setiawan - Kamis, 25 Juli 2019 - 03:39 WIB

Kamis, 25 Juli 2019 - 03:39 WIB

26 Views

Depok, MINA – Kondisi perekonomian umat Islam menjadi sorotan dan pembahasan sejumlah kalangan dalam beberapa tahun terakhir. Salah satu penyebabnya adalah kuantitas umat Islam yang sangat besar, namun tidak diimbangi dengan kekuatan ekonomi yang memadai.

Salah satu upaya untuk membangkitkan ekonomi umat adalah melalui gerakan Rumah Al-Balad yang diarsiteki oleh seorang trainer bernama Legisan S Samtafsir. Rumah Al-Balad sendiri mulai dirintis sejak 2013 lalu, diharapkan bisa menjadi lokomotif ekonomi umat.

Rumah Al-Balad adalah sebuah lembaga pendidikan, pemberdayaan dan inkubator bisnis, dengan melibatkan masyarakat menjadi pelaku utama, baik bertindak sebagai produsen maupun sebagai konsumen.

Pada awalnya, Rumah Al-Balad bernama Farm 165. Nama Farm 165 diambil dari sebuah lembaga di mana Legisan bernaung di bawahnya menjadi seorang trainer, yaitu ESQ 165. Setelah tidak lagi aktif, ia meminta kepada Ari Ginanjar, pemilik ESQ 165, untuk membawa nama 165.

Baca Juga: Hadiri Indonesia-Brazil Business Forum, Prabowo Bahas Kerjasama Ekonomi 

“165 itu saya pandang bukan sebuah nama lembaga. Tapi 165 itu bagi saya adalah singkatan dari 1 Ihsan, 6 Iman, dan 5 Islam, jadi 165,” kata Legisan di sela-sela menerima kunjungan Imaam Jama’ah Muslimin (Hizbullah) Yakhsyallah Mansur di Depok, Rabu (24/7).

Ketika memperoleh izin dari Ari Ginanjar, Legisan membuat nama Farm 165 melambung tinggi. Kemudian beberapa tahun berselang, Legisan memutuskan untuk mengubah nama Farm 165 menjadi Rumah Al-Balad.

Hal pertama yang dilakukan Legisan adalah mulai mengembangkan teknologi perikanan, yang kemudian dikenal dengan nama teknologi Biofloc.

“Teknologi ini berkembang, dan sepertinya kita jadi pionir pengembangan perikanan ini,” ujarnya.

Baca Juga: Rupiah Berpotensi Melemah Efek Konflik di Timur Tengah

Seiring berjalannya waktu, teknologi perikanan yang dikembangkan Rumah Al-Balad terus menunjukkan hasilnya. Sempat mengalami surplus ikan, Legisan bersama Rumah Al-Balad hasil rintisannya kembali mencoba untuk mengembangkan rumah olahan.

“Waktu kita pernah kelebihan ikan, kita bingung juga bagaimana menjualnya. Alhamdulillah, kita coba bikin olahan, rupanya jadi, akhirnya kita mau dari produksi, pengolahan, sampai bikin rumah makannya. Menu-menunya itu perikanan semua. Sampai situ kita buat pelatihan,” katanya.

Tahun 2016, Legisan mengambil keputusan menjadikan Rumah Al-Balad sebagai yayasan wakaf.

“Jadi, bisa saja kalau itu diakhiri dengan CV atau PT. Tapi keputusan kita, ini dijadiin yayasan wakaf saja, sehingga nanti bisa melibatkan masyarakat, atau bahkan memberi manfaat banyak pada masyarakat,” katanya.

Baca Juga: Komite Perlindungan Jurnalis Kutuk Israel atas Tebunuhnya Tiga Wartawan di Lebanon

Berawal dari ide itu kemudian muncul nama Yayasan Al-Balad. Diakui Legisan, nama Al-Balad sendiri terinspirasi dari salah satu nama surat di dalam Al-Quran. Dalam konteks membangun negeri, berarti Al-Balad itulah rukunnya, dalam arti rukun negeri.

“Dari situ makanya kita buat konsep Al-Balad dan kegiatan kita memang menyebarkan misi Al-Balad itu, mulai dari faqqu roqobah-nya, sampai pangan, perlindungan pada kaum yang lemah, ekonomi, kemudian SDM, dan sebagainya,” katanya.

Setelah menjadi sebuah yayasan wakaf, Legisan ingin apa yang sudah dirintisnya bisa dimanfaatkan dan menjadi gerakan kebaikan bersama di seluruh daerah Indonesia, yang memang mayoritas beragama Islam.

“Kenapa jadi gerakan? Karena kita ingin Rumah Al-Balad menjadi sentra pengembangan misi Al-Balad. Kita ingin ada 1.000 rumah Al-Balad di Indonesia. Sekarang kan baru satu, makanya kita buat gerakan rumah Al-Balad. Dalam rangka mempercepat rumah Al-Balad ini dicopy paste di mana-mana. Jadi paling tidak satu kabupaten ada satu,” paparnya.

Baca Juga: OJK Dorong Literasi dan Inklusi Keuangan Syariah untuk Santri di Kalteng

Legisan berharap dalam beberapa tahun ke depan, bisa menciptakan minimal dua Rumah Al-Balad di setiap satu kabupaten.

“Tapi tidak mungkin satu kabupaten satu, paling tidak harus ada dua, tiga, lima gitu. Target kita dalam dua sampai tiga tahun ke depan ini semua sudah tersebar 1000 rumah Al-Balad. Sekarang baru satu, tapi mimpinya akan kita percepat,” ujarnya.

Ia mengungkapkan, Rumah Al-Balad memiliki sejumlah program unggulan, selain tentunya program membangkitkan ekonomi keumatan. Beberapa di antaranya adalah program Rumah Mengaji, Rumah Usaha, Rumah Pangan, Rumah Training, dan Rumah Fantasiru.

“Misi kita adalah inkubator ekonomi. Jadi itulah tagline kita supaya jadi misi kita menggerakkan perekonomian umat. Bukan berarti pula fokus utama kita adalah berdagang, tapi kita juga memberikan pencerahan kepada masyarakat sesuai konsep Al-Balad. Tidak terpisahkan untuk urusan tauhid, agama, mana urusan yang kaitannya dengan ekonomi,” katanya. (L/R06/P1)

Baca Juga: Wapres: Ekonomi Syariah Arus Baru Ketahanan Ekonomi Nasional

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Breaking News
Breaking News
Ekonomi
Breaking News
Kolom
Kolom
Khadijah