Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Samar Subaih, Tahanan Palestina, Lahirkan Anak Dalam Keadaan Diborgol Tangan dan Kakinya

Nur Hadis - Kamis, 13 Januari 2022 - 06:59 WIB

Kamis, 13 Januari 2022 - 06:59 WIB

5 Views

 

Oleh: Nurhadis, Wartawan MINA

“Saya adalah Barra, anak yang dilahirkan di penjara Israel. Saya lahir dari rahim ibu saya dalam keadaan ibu saya diborgol tangan dan kakinya. Insya Allah, meski demikian kami terus bertahan dan bersabar untuk terus berjuang membela dan mempertahankan Masjid Al-Aqsha dan membela para tahanan yang sampai saat ini masih ditahan oleh Israel”.

Barra, putra pertama dari seorang wanita Palestina, Ustadzah Samar Subaih mengungkapkan hal tersebut saat sang ibu menjadi pembicara pada webinar yang diikuti ratusan peserta bertajuk “Bela Tahanan Palestina di Penjara Israel” yang diadakan Lembaga Kepalestinaan Aqsa Working Group (AWG) yang konsern terhadap sosialisasi pentingnya upaya umat untuk pembebasan kiblat pertama umat Islam, Masjid Al-Aqsha.

Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof El-Awaisi: Ilmu, Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa

Webinar menghadirkan pembicara Pembina Utama AWG, Imaamul Muslimin KH. Yakhsyallah Mansur, MA., Direktur Pusat Kajian Timur Tengah UI Dr. Abdul Muta’ali, Syaikhul Aqsa Raid Salah, tokoh terkemuka Palestina yang sudah berkali-kali ditahan oleh Zionis, dan mantan tahanan  wanita Palestina yang pernah melahirkan di penjara Zionis, Ustadzah Samar Subaih.

Dari sekian banyak pembicara yang tentunya sangat luar biasa, penulis ingin mengungkap bagaimana Ustadzah Samar menceritakan pengalamannya ditangkap, dipenjara dalam keadaan hamil bahkan harus melahirkan di penjara Israel yang jauh dari manusiawi.

Ustadzah Samar ditangkap pada 2005. Ia dipenjara karena dia adalah Aktivis kampus, Ketua BEM di salah satu Universitas di Palestina yang aktif menyuarakan kemerdekaan Palestina dari penjajahan Israel. Saat itu Samar berusia 22 tahun dan sedang mengandung.

“Ini adalah anak saya, Barra yang lahir di penjara Israel dalam kondisi saya diborgol tangan dan kaki,” kata Samar mengenalkan anaknya yang muncul di kamera webinar. Hal ini membuat peserta webinar terharu dan meneteskan air mata.

Baca Juga: Anakku Harap Roket Datang Membawanya ke Bulan, tapi Roket Justru Mencabiknya

Melihat begitu banyak peserta webinar, ada yang di rumah, pusat pendidikan, masjid bahkan di jalanan, Samar mengatakan masyarakat Indonesia ternyata sangat perhatian dengan webinar ini. Samar mengatakan menahan air mata, tersentuh, haru gembira dan berharap webinar ini berdampak besar terhadap pembebasan tahanan Palestina.

Samar menceritakan penderitaan para tahanan di penjara Israel sangat dahsyat dan terus berlangsung hingga saat ini. Ada sekitar 500 orang lebih ditangkap tanpa pengadilan dan sampai saat ini ada sekitar 3.000 orang yang ditahan Israel. Mereka hidup di penjara dengan penuh penderitaan yang amat sangat, kesehatannya tidak diperhatikan, dokter tidak disediakan bahkan ada tahanan yang masih anak-anak dan tidak diperhatikan kesehatannya. Memang penderitaan di penjara Israel ini dirasakan amat sangat berat.

Siang malam dalam kegelapan karena ruangan berada di bawah tanah dan sangat tidak layak ditinggali oleh para wanita.

Baginya, penangkapan dan pemenjaraan dirinya yang berada dalam kondisi hamil, yang juga dirasakan lima orang tahanan wanita lain yang pada akhirnya juga melahirkan di dalam penjara, adalah merupakan pelanggaran berat hukum internasional karena dipenjara bukan di penjara biasa, namun dalam sebuah ruangan bawah tanah, tidak ada cahaya, pemandangan apapun, sangat lembab, udara yang sedikit.

Baca Juga: Tim Medis MER-C Banyak Tangani Korban Genosida di RS Al-Shifa Gaza

Tahanan juga menurut Samar, sering dicaci maki dengan sumpah serapah, dan diawasi begitu banyak kamera sehingga gerak-gerik tawanan sangat terganggu. Kamera ini, kata Samar sangat mengganggu kebebasan hak tawanan wanita Palestina padahal wanita memiliki batasan privasi yang harus mereka jaga dari pantauan orang lain.

Pada akhirnya, Samar harus melahirkan di dalam penjara yang tidak manusiawi tersebut, dan betapa perihnya apa yang Samar rasakan, dia harus melahirkan dalam kondisi tangan dan kaki diborgol oleh Zionis Israel.

Samar juga mengungkapkan tidak semua tahanan ditangkap dalam keadaan sehat, ada juga tahanan yang tertembak oleh zionis. “Meskipun dalam keadaan merintih mereka tetap bersabar meski akhirnya diseret di penjara yang tidak layak untuk dihuni dan mereka harus menahan sakit karena luka tembak yang diderita,” katanya.

Israel menurut Samar, tidak membedakan perlakuannya terhadap tahanan wanita dan laki-laki. Menurutnya ada 32 orang wanita ditempatkan di penjara Damoon yang merupakan penjara yang mengerikan. Diantaranya ada ibu-ibu, paruh baya, ada yang sedang sakit, bahkan terluka.

Baca Juga: Laba Perusahaan Senjata Israel Melonjak di Masa Perang Gaza dan Lebanon

Para tahanan wanita tidak jarang dapat perlakuan yang sangat kejam dipukul, diseret, dijambak, bahkan kebutuhan yang merupakan hak tahanan pun tidak ditunaikan. untuk minta ruangan layak pun tidak diberikan.

Sebetulnya, ungkap Samar, tahanan wanita minta diberi tempat yang layak dan minta dipindah dari penjara Damoon yang sangat mencekam dan tidak layak karena berada di bawah tanah, sangat lembab dan banyak serangga dan hewan yang betul-betul menggangu tahanan.

“Kami juga meminta alat komunikasi yang bisa menjadi alat komunikasi antara tahanan satu dengan tahanan yang lain, namun tidak diberikan oleh israel. Karena permintaan tidak pernah dijawab oleh israel akhirnya tawanan melakukan aksi mogok makan sehingga Israel akhirnya berikan alat komunikasi tersebut,” katanya.

Samar mengatakan juga melakukan upaya bersama tahanan lain untuk mendesak Israel melepaskan dan mencopot kamera yang sangat mengganggu tahanan Palestina di penjara terebut. Namun Israel tetap tidak mengabulkannya.

Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat

Lebih lanjut Samar mencritakan betapa biadabnya zionis yang menyeting toilet dalam penjara ini bukan berada di dalam kamar tapi ditempatkan di ruangan terbuka dan sangat mengganggu dan menyiksa tahanan wanita Palestina.

Toilet ini pun kata Samar tidak juga sewaktu-waktu bisa digunakan, tapi dibatasi hanya di waktu pagi saja bisa digunakan.

Gerakan untuk tekan zionis menurut Samar terus dilakukan oleh tahanan Palestina utamanya laki-laki. Beberapa waktu lalu, Abu Hawwash yang melakukan mogok makan selama 141 hari dan akhirnya dibebaskan. “Saat ini masih ada tahanan yang juga mogok makan. Salah satunya Naseer Abu Humair yang kita doakan bisa mendapatkan kemerdekaan dan Israel bertekuk lutut atas perjuangannya,” katanya.

Samar sangat berharap masyarakat dunia terus mendukung, peduli, solid menekan zionis. Menurutnya, apapun yang dihadapi warga Palestina perlu suport masyarakat dunia, tidak hanya tentang tahanan, tapi juga tanah yang dirampas oleh Israel harapannya bisa dikembalikan dan tempat suci umat Islam juga dikembalikan sehingga mereka tidak menodai tempat ibadah umat Islam di sana, utamanya Masjid Al-Aqsha.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat

Pada kesempatan tersebut, Samar mengucapkan terimakasih banyak kepada penyelenggara acara, yakni AWG yang konsern membahas tahanan Palestina. Ini baginya sangat menggembirakan dan memiliki dampak positif bagi tahanan Palestina yang saat ini masih dipenjara kalau mereka ketahui. Dan Samar sangat senang bisa ikutserta pada kegiatan webinar ini.

Ia juga berharap rencana Konferensi Perempuan Internasional yang akan digelar pada Maret nanti di Indonesia yang juga akan membahas tahanan Palestina bisa terlakasana. Samar sangat mengapresiasi dan yakin konferensi ini nantinya akan sangat memberikan risalah dan pesan kepada tahanan Palestina akan perhatian masyakat muslim terhadap tahanan Palestina di penjara Israel.

“Saya terus meyakini dan sangat optimis masyarakat Indonesia sangat memiliki kepedulian dan perhatian terhadap urusan tahanan Palestina,’’ katanya.

Saat ini, anaknya Barra berusia 14 tahun dan sudah berhasil menghafal 25 juz Al-Qur’an. Tidak hanya itu, nilai akademik Barra juga besar, 98,5. Tentu hal ini menjadi hal yang sangat luar biasa bagi anak yang lahir di penjara Israel dan selama dua tahun diasuh oleh ibunya di dalam penjara.

Baca Juga: Jumlah Syahid di Jalur Gaza Capai 44.056 Jiwa, 104.268 Luka

Satu kalimat penyemangat dari Samar yang diungkapkannya pada webinar, “Israel mencoba mencabut kemerdekaan kami dengan segala upaya, memberikan kecemasan kepada kami, sehingga kami bahkan tidak mendapatkan asupan makanan yang cukup, tapi hal ini tidak menyurutkan tekad kami. Kami akan terus bertahan terhadap perjuangan ini (Pembebasan Masjid Al-Aqsha dan Kemerdekaan Palestina) dan tidak akan sekali-kali pernah tunduk kepada Israel,” tegasnya. (A/B03/P1)

Mi’raj News Agency (MINA).

Baca Juga: Hamas Sambut Baik Surat Perintah Penangkapan ICC untuk Netanyahu dan Gallant

Rekomendasi untuk Anda

Palestina
Palestina
Palestina
Palestina